DUA🏡

178 26 2
                                    

"Assalamu'alaikum MAMI" gedebuk suara langkah kaki memenuhi lantai satu yang semula tenang.

Keita yang baru saja memasuki rumah kalang kabut mencari sang ibu yang ditaksirnya tengah berada di dapur pada jam jam seperti ini, benar saja matanya menangkap presensi Selen yang tengah berdiri di depan wastafel setelah membasuh tangan.

"MAMI." Ulang nya begitu salam nya tak digubris oleh sang mami.

"Iya waalaikumsalam kenapa kak teriak teriak gitu." Selen berbalik menatap sang putra yang tengah berkacak pinggang dihadapanya, masih dengan pakaian yang sama seperti yang dikenakan saat meninggalkan rumah satu jam yang lalu.

"Sebentar lagi ada mati listrik mi." jelasnya dengan raut wajah heboh seolah akan terjadi gempa bumi.

"Tahu dari mana kamu kak?"

"Dari Jaehyuk mi, tadi abis nongkrong terus nggak sengaja denger pada ngomongin pemadaman listrik, katanya lagi ada perbaikan."

"Jam berapa? Lama nggak mati nya?" Selen yang mulai tertarik dengan topik yang dibawa Keita pun beranjak mencari ponselnya yang ia letakan di atas meja makan.

"Jam sembilan mi, nggak tau lama apa engganya."

Wanita berusia awal tiga puluhan itu melirik jam di ponselnya yang hampir menunjukan pukul Sembilan malam, matanya seketika melebar.

"Telat banget ngasih taunya kak, ini udah mau jam Sembilan."

Keita mengaruk belakang kepalanya kikuk, "Ya dari pada mami taunya pas udah padam."

"Ah bener ternyata, ini mami udah dapat info dari sore, cuma nggak sempet buka hp."

"Nggak bisa charger hp dulu ini mah." Keluh Selen begitu melihat daya ponselnya yang sudah hampir sekarat.

Ibu dua anak itu terlalu sibuk mengurus rumah hingga tak sempat memperhatikan ponselnya.

"Power bank kakak kayaknya masih ada isinya mi, mami mau pake?" tawar si sulung begitu melihat raut sedih ibunya.

"Nggak usah kak, biarin aja."

"Kamu naik gih suruh adik mu turun, nanti nangis dia kalau tiba tiba gelap." Titah sang ibu begitu mengingat anak bungsu nya yang phobia gelap.

BLAM

Lampu seketika padam, diikuti jeritan mengelegar dari lantai dua, membuat sepasang ibu dan anak itu berjengit kaget.

"MAMIIIIII!!!"

Dugaan Selen benar terjadi, anak bungsunya benar benar mengemparkan isi rumah dengan teriakannya begitu lampu padam, ibu dua anak itu mendesah pasrah terlambat mengantisipasi adegan seperti ini.

"Ini papa lagi jalan ke kamar mu, nggak usah nangis." Samar samar suara Jiwoong terdengar dari lantai atas, berusaha menenangkan anak bungsunya yang masih histeris.

Laki laki yang awalnya mendekam di ruang kerja itu langsung keluar begitu mendengar teriakan si bungsu, mengabaikan laptop yang masih menyala menerangi ruang kerjanya.

Merasa sudah aman, Selen pun menatap anak sulung nya yang kini berdiri sembari memegang ponselnya sebagai penerangan.

"Kak senterin dulu mami mau ambil lilin di laci." Keita langsung mendekat merangkul lengan sang ibu, menuntunya menuju laci yang dimaksud.

Setelah mendapatkan yang ia butuhkan Selen mengajak Keita menuju ruang tengah, menyalakan lilin disana sebagai tempat berkumpul.

Tak lama berselang Jiwoong turun bersama Yujin yang cemberut sembari mendekap beberapa buku dan alat tulisnya.

F4 ROYAL GARDEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang