Prolog: Akhir yang palsu

1.2K 127 31
                                    


Hujan turun membasahi area yang dipenuhi rerumputan itu, menunggu kedatangan orang yang akan segera tiba menyatu dengan mereka. Jauh dari tempat itu ribuah orang memadati pinggiran jalanan, tak peduli mau hujan menguyur tubuh mereka bagi mereka langit juga menangis sama seperti mereka, mobil putih yang dikawal oleh banyaknya mobil patroli canggih melintas, dan sayup-sayup suara nanyian para masyarakat terdengar menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya.

Seorang personifikasi berambut merah putih memandang kumpulan masa di depanya dengan senyum tipis, mencoba menutupi raut wajah sedihnya. Mobil melaju dan ketika tiba di tempat tujuan sesuai amanat sang presiden semua orang mengantarkan nya ke liang kuburnya di sertai doa dan nyanyian. Tidak peduli apa agama semua hadir yang datang, mereka sama-sama mendoakan agar sang presiden mendapatkan tempat yang baik di sisi-Nya.

Di Padang rumput nun jauh dari makam para pahlawan dan hiruk pikuk kota, ia terbaring, ia tertidur dengan tenang diatas balutan kain putih yang sama seperti warga negara biasa, tanpa suatu kemewahan maupun pagar pembatas ia diistirahatkan sesuai dengan apa yang ia inginkan.

"Apa kau menyiapkan semua ini untuk hari ini? Presiden?"

Indonesia menatap makam lain yang berhiaskan atap dan pagar yang kokoh, tampak sangat berbeda dengan milik sang presiden yang sederhana dan seadanya. Disana, tepat di sekeliling Padang rumput itu makam-makam para pahlawan tanpa nama dan tanda jasa terkubur.

"Dulu banyak yang mencaci beliau karena seenaknya membongkar makam tua milik orang lain dan memindahkannya, namun sekarang kita tahu apa alasan beliau" TNI bergumam sembari menatap sebuah pohon besar yang salah satu dahannya tergantung sebuah papan kayu dengan tulisan yang ditulis sang presiden sendiri.

'merekalah pahlawanku, mereka yang membuatku tidur nyenyak selama ini!'

Tangis terdengar dari beberapa perwira, dikabarkan presiden mereka sudah merawat wilayah itu sejak lama bahkan sebelum ia menjabat. Tertulis dalam buku diary nya, ia menabung untuk membeli sebuah tanah kecil untuk memakamkan sosok yang begitu ia kagumi, sosok kakek pahlawan tanpa tanda jasa yang dahulu merawatnya hingga akhir hayat, namun ketika ia sudah memiliki banyak uang ia mulai membeli tanah di sekitarnya dan menghijaukan nya sebelum kemudian menghabiskan harta kekayaannya sebagai presiden untuk mencari informasi lokasi dan kisah para veteran pejuang kemerdekaan.

"Padahal dia sudah mengumpulkan sebanyak ini, tapi masih membekas jelas saat-saat ia frustasi karena menyadari ada beberapa makam yang hilang karena zaman"

"Aku jadi ingat saat ia mengetahui sebuah bangunan mall di bangun tepat di atas sebuah makam pejuang tanpa nama, beliau langsung mengosongkan mall itu dan membongkar setiap umbinya hingga menemukan tulan belulang manusia dikubur di sana. Kupikir beliau hanya orang gila"

Baik AL maupun AU keduanya mencoba tersenyum sembari mengingat masa lalu, namun ketika mata mereka menatap Indonesia yang menatap sendu ke arah suatu makam, air mata sudah tak lagi bisa mereka tampung.

Indonesia menatap suatu makam yang keberadaannya paling di caci maki oleh seluruh bangsanya, namun jauh dari apa yang orang di dalam makam itu perbuat dia tetaplah pernah melakukan perjuangan demi kemerdekaan bangsa ini.

"PKI..." Indonesia hanya dapat menatap makam tanpa nama itu, presiden sengaja tak memberikan makam itu batu nisan, hanya pagar pembatas dan sebuah atap batu yang terlihat modern dan rapi karena ia tahu akan banyak orang yang mencaci makam itu bila mereka tahu siapa yang ada di dalam sana. Tak lupa Indonesia juga melihat makam disampingnya, itu adalah makam Alivas, ayah angkatnya.

"Ku dengar makam yang di samping makam tanpa nama itu makam seseorang yang Bu presiden hormati, makanya arsitektur nisan dan pagarnya begitu bagus"

"Ku dengar beliau rutin mengirimkan bunga ke makam itu setiap Minggu, sekarang siapa yang akan memberikan makam itu bunga?"

Fly Away Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang