Indonesia duduk pada meja kerjannya, untuk waktu yang cukup lama ia merenungkan semua yang terjadi dan perbincangannya dengan Personifikasi dari dunia lain itu. Wajahnya yang selalu tersenyum kini kusut dan terlihat serius, ia terlarut akan pikiranya hingga tak menyadari ini adalah jam pulang.
Mata emasnya menatap ke tumpukan dokumen yang belum selesai ia kerjakan, memang banyak namun tak sebanyak dulu. Dahulu- tepatnya sebelum di eksekusi dan terlahir kembali, ia selalu menunda pekerjaanya dan akan memilih segera pulang. Namun kini tak lagi, dia lebih nyaman mengerjakan urusannya sendiri dan bersikap seakan semuanya baik-baik saja.
Ponselnya berdering. rupanya Asean menelponya. Indonesia mengangkat telepon itu setelah helaan nafas keluar dari mulutnya, ia tersenyum dan sebisa mungkin terdengar normal. "Halo pa? kenapa nelpon?" Indonesia mulai berbicara dengan nada ramah. Mencoba menyembunyikan kegelisahan dalam dirinya.
["Indo, ini sudah waktu pulang kan? kenapa belum pulang?"]
Asean terdengan khawatir, terutama karena kejadian siang tadi memang sukses menganggunya. Kedengarannya dia penasaran apa yang akan Indonesia lakukan dan pikirkan saat ini, Indonesia kemudian menjawab dengan santai mencoba setidaknya menghapus kekhawatiran sang ayah.
"Pekerjaan Indo banyak hari ini, jadi mungkin akan lembur. Papa dan yang lainnya pulang saja duluan" Indonesia meraih beberapa dokumen dan membacanya sekilas supaya menimbulkan suara kertas yang dapat di dengar oleh Asean.
["Lalu kamu?"]
"Ya nginep di kantor"
["Nanti kamu bisa sakit loh-"]
"Papa, Indo kan udh dewasa. Sehari nginep di kantor kan juga bukan perkara besar. Si Singa aja hampir tiap hari lembur" Asean terdengar menghela nafas kala ia mendengar jawaban anaknya itu, dia tidak bisa memaksa putranya lagi.
"Yaudah... Kalau memang ada apa-apa telpon ya, langsung pulang aja kalau kamu berubah pikiran." Nada personifikasi organisasi Asia tenggara itu tampak sedikit kecewa dan sedih, di sisi lain Indonesia juga hanya bisa tersenyum.
Bukan berarti Indonesia membuat jarak diantara dirinya dan keluarganya, namun masih berat baginya kembali bersikap seperti dahulu. Melupakan semua tragedi, mengulang kembali ke lembaran lama dan menghapus semua ingatan kelamnya. Indonesia juga memiliki sisi manusiawi, sisi dimana dia terkadang terjebak dalam masa lalu, menginggat kenangan lama dan kemudian merasakan sakit dan tak bisa bersikap seakan ia tak mengalami apapun.
Sakit yang timmbul di batinnya karena ia khawatir apakah takdir mempermainkannya, semua seperti sebuah lelucon. Mau sebanyak apa ia berlari, mau sepintar apa ia bersembunyi pada akhirnya dia kembali ke titik awal dan kehilangan banyak hal. Indonesia masih merasakan sesak, dia masih berduka. Baik atas dirinya sendiri, takdir, dan bahkan dunia yang ia tinggali.
Kesendirian adalah satu-satunya hal yang dapat menenangkan dirinya, dari lubuk hati terdalam ya dia merasa tenang ketika tak ada seseorang yang menganggu waktunya. Meskipun terkadang ia merasa kesepian, namun ia selalu menginggat bahwa ia hanya bisa mempercayai dirinya sendiri. Ia tidak bisa bergantung pada siapapun lagi.
Ketukkan pintu terdengar dan ketika Indonesia mempersilahkan masuk, seorang personifikasi dengan kacamata tampak membuka pintu dan berjalan masuk membawa dua buah cangkir teh. "Hi~" Indonesia membulatkan matanya sesaat ketika ia sadar siapa itu.
"Nekomi?"
"Hehe aku datang berkunjung karena Aniki lembur lagi hari ini~"
Nekomi berlari dan meletakan secangkir teh di meja Indonesia dan kemudian duduk di sofa. "Hup! Boleh aku disini dan membaca komik?" Indonesia hanya tersenyum dan mengangguk. Personifikasi kedua dari negara matahari terbit itu kemudian tersenyum senang dan membuka komik miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fly Away Season 2
FanfictionCeria bagaikan matahari, bersinar dan terbang bebas bagaikan burung Garuda, setidaknya itulah Indonesia dimasa lalu. Luka lama yang ia terima mengakibatkan goncangan besar pada dirinya, hampir menghilangkan sisi keceriaannya. Mimpi buruk tiada akhir...