Chapter 2 Berakhir

384 49 2
                                        

Mei 2022

Sudah dua minggu berlalu pasca lebaran, itu artinya sudah sebulan lebih Maya berada di tengah-tengah keluarga besarnya.

“Kapan nih, ngundang?” tanya salah satu tetangga Maya.

“Hmm, kapan, ya? Doain aja  yang terbaik,” jawab Maya. Gadis berusia 31 tahun itu sudah mulai terbiasa mendengar pertanyaan-pertanyaan semacam tadi. “Kapan nikah, lah. Kapan itu lah.”

Anak kedua dari tiga bersaudara itu hanya bisa berkata, “Doain aja.” Sebab ia sendiri tidak tahu kapan dia akan menikah, laki-laki yang berjanji akan bertemu dengannya sampai saat ini belum memberi kepastian. Kecewa? Jelas Maya kecewa. Sudah satu bulan lebih Maya menunggu kabar baik dari pacar online nya.

***

[ Abang kapan datang kesini?]

Pesan yang selalu Maya kirim pada pacarnya beberapa waktu belakangan ini. Pasalnya, pria itu selalu beralasan jika di tanya kapan mereka berdua ketemuan. Sampai Maya enggan untuk meneleponnya, seperti biasa mereka hanya chatingan.

[Abang sedang sakit, Dek. Juga lagi ngumpulin ongkos buat ke sana]

Selalu saja begitu jawabannya. Padahal Maya sudah memberinya waktu dari jauh-jauh hari, agar laki-laki itu mempersiapkan diri untuk bertemu.

[Sebenarnya, Abang serius ga, sih, sama aku?] desak Maya. Dia sudah bosan dengan alasan yang diberikan oleh sang pacar.

[Abang serius sama kamu, Dek Maya]

Pacar Maya memang memanggil Maya dengan sebutan Adek.

[Kalau serius, buktikan, Bang. Jangan cuma janji-janji doang. Katanya Abang siap ketemuan kalau aku udah balik ke Indo. Satu tahun, loh, Bang. Aku kasih waktu Abang, satu tahun untuk mempersiapkan diri]

Ini yang Maya takutkan, laki-lak itu hanya mengumbar janji saja. Janji serius, namun ketika diminta keseriusannya, selalu banyak alasan.

[Iya, Dek. Maafin Abang belum bisa ke sana. Tapi gini aja, bagaimana, kalau Adek yang datang ke Sumatera, lalu Abang ikut Adek ke Jawa?] kata laki-laki yang mengaku berprofesi sebagai petani tersebut.

[Apaan, masa cewek yang datang ke tempat cowok?!]

Tidak, Maya tidak sebodoh itu. Ngapain jauh-jauh pergi ke Sumatera demi seorang pria. Ga kebalik tuh, harusnya pria dong yang ngebuktiin keseriusannya. Sejauh apa pun jarak yang memisahkan mereka, dia akan tetap berusaha untuk bertemu wanita pujaannya.

Emang laki-laki dia doang apa. Maaf bukan Maya sombong. Hanya saja, dia sudah kesal dengan pacarnya yang selalu mencari alasan. Selalu mengulur waktu untuk ketemuan.

[Abang ingin banget nemuin kamu, Dek. Tapi Abang ga tau caranya pergi ke Jawa]

What ?! Ga tau caranya?! Maya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat pesan dari pacarnya. Ini abad modern, masa tidak tahu cara datang ke Jawa.

[Jadi, Abang ga mau memperjuangkan cinta kita?]
Maya masih mencoba bersabar menghadapi sang kekasih.

[Mau gimana lagi, Dek. Abang benar-benar ga tau caranya pergi ke Jawa. Abang sama sekali belum pernah pergi jauh]

Dengan perasaan dongkol Maya kembali menulis pesan,

[Terus aku harus nunggu Abang sampai kapan? Ini udah setahun lebih, Bang. Harusnya Abang dah siap]

[Maaf, Dek. Abang ga tau harus gimana lagi]

Maya menghela nafasnya, selain di buat pusing oleh keluarga yang selalu menanyakan kapan pacarnya datang ke rumah, belum lagi pertanyaan dari manusia-manusia kepo lainnya. Bukan salah mereka sih, nanya kapan nikah. Orang si Abang udah ngomong mau serius sama keluarga Maya. Dia berjanji akan segera bertemu jika Maya pulang ke Indonesia. Si Abang sendiri yang memberi harapan pada Maya dan keluarganya.

[Terus sekarang gimana dengan hubungan kita, aku ga mungkin nunggu laki-laki tanpa kepastian, Bang] Geram Maya.

[Terserah, Adek. Asal Adek tahu, Abang sayang banget sama kamu, Dek Maya]

[Ya, kalau sayang buktiin, dong. Jangan ngomong doang]

Maya sudah memprediksikan hal ini bakal terjadi.

[Kalau Abang benar-benar sayang sama aku, Abang kasih kepastian yang jelas. Aku ga mau di gantung kek gini]

Ya, Maya merasa dirinya di permainkan oleh laki-laki ini. Dia rela mengakhiri kontrak dengan majikannya yang begitu baik demi pria itu, yang katanya ingin serius dengan putri dari pasangan Wawan dan Anis itu.

[Abang mau lanjutin hubungan kita apa enggak] tanya Maya.
[Ya maulah, Dek]

[Kalau mau, tentukan hari Abang mau datang ke rumahku]

[Abang ga tau, Dek. Abang kan udah bilang ga tau caranya pergi ke Jawa]

Banyak alasan, Maya benar-benar cape dengan orang satu ini. Di zaman serba modern gini, dia bilang ga tahu caranya pergi ke Jawa?

[Maafin aku ya, Bang. Jika aku ada salah. Mungkin kita memang tidak berjodoh. Kalau Abang terus-terusan seperti ini, lebih baik kita akhiri saja hubungan ini. Aku ga mau di gantung tanpa kepastian]

Akhirnya kalimat itu yang Maya ketik. Tak lama kemudian si Abang membalas pesan Maya.

[Loh, kok, gitu, Dek. Abang sayang sama Adek. Tapi sekarang Abang ga bisa ke Jawa]

Sepertinya dia tidak mau berpisah dengan Maya.

[Ya, kalau sayang sama aku, buktiin, Bang]

Tak ada airmata yang keluar, hanya perasaan kesal pada diri Maya pada pria itu.

[Ga bisa, kan?! Dari awal emang Abang ga mau berjuang. Tapi ga apa-apa, mungkin takdir tidak mengizinkan kita untuk bersama]

Maya juga ingin kali di perjuangin, seperti wanita diluar sana. Seperti tetangga Maya, dia mempunyai kekasih di luar pulau Jawa, tapi demi pujaan hati, dia rela pergi ke tempat kekasihnya tersebut meski jarak mereka sangat jauh.

Lah, beda dengan Maya, malah dia yang di suruh datang ke tempat laki-lakinya.

Ya, mungkin ada wanita yang rela menempuh jarak jauh demi cintanya, tapi tidak dengan Maya, dia tidak akan melakukan itu demi seorang laki-laki. Pokoknya dia ingin di perjuangkan oleh laki-laki. Itu prinsip Maya.

[Aku mau putus, Bang]

Yang Maya inginkan sekarang hanya kejelasan hubungan mereka, jika terus seperti ini, dia bisa stress. Mungkin jika dia bukan berstatus pacar orang lain, Maya merasa bebas. Dan mungkin juga, dia akan mencari laki-laki yang benar-benar serius padanya.

[Ya sudah kalau itu mau Adek. Maafin Abang juga, ya]

Udah gitu aja? Laki-laki itu sama sekali tidak ada usaha sama sekali untuk mempertahankan hubungan mereka.

Maya menghembuskan nafasnya pelan, benar kan, si Abang ini ga berusaha memperjuangkan hubungan keduanya.

[Sama-sama, Bang. Aku juga minta maaf kalau ada salah kata. Semoga Abang menemukan wanita yang lebih baik dari aku]

[Iya, Dek. Semoga Adek juga bahagia]

[Assalamualaikum, Bang]
[Waalaikum salam, Adek Cantik]

Selesai. Hubungan Maya dan pacar online nya berakhir sampai di sini.

Entah mengapa Maya merasa tenang sekarang. Saat memutuskan menjalin hubungan dengan pria bernama asli Danu, Maya sadar, jarak yang akan menjadi penghalang hubungan mereka. Benar saja, laki-laki itu tidak mau di ajak ketemuan karena alasan jarak yang terlalu jauh. Maya tidak sepenuhnya menyalahkan mantan pacar online nya, karena dia mengerti untuk pergi dari Sumatera ke Jawa membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Dari awal, Maya memang tidak terlalu menaruh hatinya pada pria Sumatera itu, dia takut kejadian seperti ini bakal terjadi, dan Maya tidak ingin bersedih jika seandainya mereka tidak bersama. Benar kan, Maya dan si Abang tidak bisa bersatu.

“Maafkan aku, Bang. Mungkin kita memang tidak berjodoh,” monolog Maya.

Sekarang wanita itu hanya memikirkan bagaimana caranya memberitahu semua orang jika dia sudah tidak lagi mempunyai hubungan dengan Danu.

Bersambung

Selamat menunaikan ibadah puasa.

Minggu, 6 Maret 2023
THB

MY DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang