Phase 6 🌖 Alasan

147 26 4
                                    

(warning! Bukan Gore, tapi paragraf kedua mungkin bikin beberapa orang gak nyaman)

PERJAMUAN DUKA
Phase 6 🌕 Alasan

Tawa kecil Dazai seolah lagu pengiring dalam alunan kematian yang melena seluruh pasang telinga di ruang pesta. Seluruhnya, kecuali milik William. Lelaki pirang itu menumpuk kedua tangan di meja, dengan gelisah dia edarkan pandangan pada objek apa pun selain Dazai Osamu.

Para peserta perjamuan tengah mereguk cawan-cawan nista. Masing-masing dengan cara mereka sendiri---sepasang muda-mudi berciuman saat merapatkan tubuh dalam pelukan si Gadis Besi¹, tiga orang pria saling menggorok leher masing-masing dengan belati perak yang berhiaskan permata rubi, dan seorang wanita tua kurus telanjang tengah mengangkangi sebuah pasak; berandai-andai dia menjelma korban sang Vlad Dracula dari Wallachia²: ditusuk layaknya kambing guling, dari celah antara dua kakinya hingga tembus ke mulut, lalu pasak berdiri tegak, dan kematian yang menyakitkan akan membawanya pulang.

William muak pada kegilaan itu. Dan dia lebih muak pada celotehan Dazai yang tidak masuk akal. Namun, dia tidak bisa pulang. Tidak sampai lelaki pirang itu menyadari apa yang dicarinya, dan menemukan apa yang ditunggunya.

Seolah-olah dia terjebak dalam sangkar busuk bersama sekumpulan anjing gila dan seekor dubuk.

Tidak sanggup melihat pergumulan dua gentong nasib buruk, William kembali menatap rekan duduknya. Dazai diam bagaikan patung batu. Yang membuatnya terlihat hidup hanya sepasang mata yang berbinar-binar saat menyaksikan belasan kematian.

"Mereka luar biasa," gumam lelaki muda itu dengan suara dalam nan parau, "memikirkan cara menyenangkan dan tidak takut pada rasa sakit yang menyiksa ... benar-benar luar biasa. Aku tidak akan sanggup menikam diriku seperti wanita cantik itu ...."

Dazai dimabuk kegilaan yang sama dengan para tamu perjamuan. Namun dia tetap tenang di tempat duduknya, sementara yang lain berdansa dan bermesraan dengan maut, atau memenuhi meja-meja bundar setelah membeli makanan dari kedai prasmanan.

Sekali lagi William meragukan akal sehat Dazai. Namun dia bersyukur karena lelaki berkemeja hitam itu tidak mengusiknya lagi.

Hanya keberadaan Dazai yang masih mengganggu jalan pikir William.

Sejak awal, kenapa Dazai mendekatinya?

"Oooh, itu kecambah kentang!³" Dazai tiba-tiba bersorak seperti baru saja menemukan makanan kesukaannya setelah sekian lama. Namun dia tetap duduk diam. Hanya bibirnya yang kini melengkung, membentuk seukir senyum nostalgia.

Entah ke arah mana lelaki berambut cokelat itu melihat.

Sedangkan si pirang merasa semakin gila.

Seorang gadis bergaun biru dari salah satu kedai prasmanan berjalan ke luar aula. William diam memperhatikan. Kalau gadis itu bisa melenggang dengan mudahnya, kenapa berat bagi dirinya sendiri untuk pergi dan menutup semua episode gila itu dengan menekuri rumus-rumus matematika yang belum terpecahkan di meja kerjanya?

"Tempat ini sangat misterius, kau tahu?" Tiba-tiba Dazai bersuara lagi. Yang kali ini benar-benar diarahkan pada William. "Mereka yang telah hadir tidak akan bisa pulang sebelum mendapatkan keinginannya---kau pasti juga merasakan hal itu, Moriarty-san."

"Dan apa keinginanmu, Dazai-san?" tanya William sambil lalu. Dia tidak berharap Dazai akan menjawabnya jujur. Lagi pula, sulit membedakan kebohongan di wajah Dazai.

"Aku mencari alasan hidupku yang kemarin menghilang."

Di luar dugaan William, Dazai menjawab dengan, jika boleh dia bilang, cukup serius. Setidaknya sorot jenaka sudah pergi dari mata Dazai.

Kini William kembali habis kata-katanya. Yang bisa dia pikirkan hanyalah sekumpulan angka acak; rumus-rumus dan persamaan---Phytagoras dan Fourier, rasio emas yang membangun sebuah tangga di Noahtic, teka-teki yang Sherlock Holmes berikan padanya sebulan lalu, dan juga Louis; adik tersayangnya yang pasti sedang menunggu di rumah sembari berselimut cemas.

Ah, Louis.

William menarik napas dalam hingga paru-parunya terasa sesak. Wajahnya kembali murung memikirkan Louis kecilnya yang sendirian akan menangisi kepergiannya ....

"Apa yang sebenarnya kau cari di tempat gila ini, Moriarty-san?"

Lagi-lagi suara mengganggu Dazai. William bahkan tak dibiarkannya berduka barang sejenak. Namun memanglah benar bahwa Dazai akan selalu jadi Dazai: si badut pengganggu yang tidak akan membiarkan orang lain tenang.

Lelaki bermata rubi itu mengangkat pandangan. Dia sudah memikirkan kembali alasannya datang. Dan saat mulutnya terbuka, hanya satu kalimat sederhana yang kemudian dia ucapkan, "Jalan untuk pulang." []

____🥀
¹ Iron maiden; adalah alat penyiksa yang terbuat dari besi berbentuk tabung, ukurannya pas-pasan untuk tubuh manusia. Biasanya memiliki semacam jendela kecil yang dapat dibuka-tutup sehingga penyiksa bisa menginterogasi si korban, menyiksa atau membunuh seseorang dengan menembuskan benda tajam (seperti pisau, duri, atau paku) ke tubuhnya sedangkan korban dipaksa untuk tetap berdiri. (Wiki)

² Vlad Dracula atau Vlad III (1428-1431) adalah pangeran dari Wallachia yang dikenal karena kekejaman dan permusuhannya dengan Utsmaniyah. Konon dia meminum darah para korban pembantaiannya dan memakan hati mereka.

³ kentang yang sudah bertunas mengandung  senyawa selonin yang dapat menyebabkan sakit perut parah. Itu makanan beracun dan Dazai pernah meminta Odasaku (yang gak tau apa-apa tentang racun kentang) untuk membuat salad dari kecambah kentang.

Perjamuan Duka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang