Sepersekian detik biji peluru dari pelatuk itu meluncur, Ella bergerak spontan menutupi samping Trisha yang tidak tahu menahu apa yang akan menimpanya.
Mata lelaki itu membulat. Pelurunya mengenai orang yang salah. Orang yang harusnya ia sisakan satu untuk hidup, setidaknya.
"ELLA!" teriak Trisha setelah menyadari apa yang dilakukan oleh rekannya itu.
Lelaki dengan pistol itu lunglai dan berjalan ke belakang perlahan sambil terus menatap wajah perempuan yang terkena tembakan di kepala, karena dirinya.
Melihat hal itu, Reggy dengan sigap menyandera dan menjatuhkan balik tubuh lelaki itu. Tangannya bergerak untuk membuka penyamaran yang sejak tadi membuat mereka semua geram.
Swan yang panik segera datang dan mengayunkan bangkai pistol yang sempat dijatuhkan oleh rekannya dan mengenai kepala belakang Reggy.
Reggy memegangi kepalanya yang terkena lemparan pistol berat, membiarkan celah bagi sanderanya untuk melepaskan diri. Lelaki dengan penyamaran itu pun segera tersadar dan cepat-cepat bangkit tanpa menyadari ada Ethan yang menarik kain penyamarannya dari belakang.
Dunia seakan berhenti. Trisha tidak percaya dengan siapa yang dilihatnya sekarang. Begitupun dengan Ansel dan Ethan, yang merupakan teman lelaki itu.
Suara Trisha tercekat, "Daren..? Apakah itu kamu?".
Nampak raut wajah kekesalan tergambar di wajah Daren. Tapi bola matanya tidak bisa berbohong, ia tetap melihat kearah Ella yang telah terbujur kaku.
"Apa maksud dari semua ini?! Mengapa kau ada disini, Daren? Bukankah hanya picked yang dapat keluar dari Debris?"
Daren tidak dapat mengatakan apapun. Swan menatapnya seakan bertanya langkah apa yang harus mereka ambil. Tetapi tatapan Swan malah mendorongnya untuk mengakui apa yang tengah mereka perbuat.
"Sepertinya kalian tidak tahu apapun. Para petinggi sengaja merekrut kami sebagai bagian dari misi kalian."
Dahi Ansel berkerut. Tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.
"Imbalan apa yang kau dapat dari melakukan hal ini, sialan?!", tanya Reggy yang masih memegangi kepalanya.
"Kau tahu, hal-hal menyenangkan yang tidak akan bisa kau dapatkan di Debris. Makanan mewah dan tempat tidur yang lebih nyaman dari sekedar kasur reyot berdebu."
"Aku tidak percaya. Apakah kau benar-benar... Daren?", Trisha berjalan mendekatinya tetapi di tahan oleh Helen. Mereka tidak ingin mendapatkan serangan tiba-tiba dari musuh dalam selimut yang sedang berhadapan penuh amarah.
"Hadapi kenyataannya, Trish. Kami juga ingin mendapatkan kenyamanan. Dan melakukan hal seperti ini bukanlah hal yang buruk, kami menjalankan misi seperti kalian, menggagalkan misi kalian adalah misi kami." Jawab Swan panjang lebar.
Reggy tidak dapat menahan amarahnya ketika mendengar jawaban penuh kesombongan dari mulut Swan. Ia dengan cepat melesat sambil mengepalkan tangannya ke depan, menargetkan wajah berdebu Swan.
Sayangnya, gerakan pamungkas itu tidak cukup cepat. Membuat tubuh kekar milik Reggy jatuh dan ia meringis kembali.
Melihat Reggy yang tersungkur, Swan memandangnya remeh, "Sebaiknya kalian menyerah, selagi kami masih berlaku baik-baik."
"Baik-baik katamu?! Kalian orang-orang sialan! Sepertinya kalianlah yang harus menyerah sebelum kami mencincang tubuh kurus kering itu dan memberikannya kepada anjing." Ethan membuka suara.
Semua orang berada dalam gelombang ketegangan yang tidak terbendung. Trisha mencoba membantu Ella yang terlanjur terbujur kaku. Bibirnya kering dengan banyak bercak darah di sekujur wajah dan tubuhnya. Helen melindungi Trisha dari empat pasang mata, Swan dan Daren, agar tidak melukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKAPANCA
Science FictionCerita yang menyajikan kehidupan distopia penuh krisis. • • Bagaimana Trisha tidak menyesali hidup nya saat dia terlempar ke dalam bangunan penuh manusia terluka yang menatapnya geram. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah melakukan misi kej...