Bab 2

177 27 5
                                    

Prang!!  Prang!! Glontang!!

Suara benda-benda dibanting terdengar keras dari sebuah panti asuhan. Diiringi suara gertakan dari seorang pria berwajah sangar.

"Jika kalian tidak mampu membayar hutang secepatnya!  Maka kalian harus keluar dari rumah ini!!"

Banyak anak yang masih kecil ketakutan mendengar ancaman yang dilontarkan. Mereka memeluk Kara dengan erat.

"Tolonglah beri kami waktu sedikit lagi. Aku berjanji akan membayar secepatnya." ucap Kara sedikit memelas.

Para gerombolan rentenir hanya memberikan waktu 2 minggu untuk membayar hutang mereka.  Setelah itu, gerombolan rentenir pergi meninggalkan panti asuhan. Meninggalkan banyak pikiran kacau bagi Kara maupun Buk War. Buk War adalah pemilik panti. Semenjak suaminya meninggal. Buk War tidak lagi mampu mengurus banyak anak-anak.  Panti juga mulai kehilangan para donaturnya secara drastis. Kara dan Buk War hanya bisa saling bertatapan dengan mata penuh kesedihan.
                                       **

Di sebuah studio foto yang sangat besar.

Banyak orang terlihat sangat sibuk. Seorang wanita muda berparas cantik tengah di dandani. Untuk pengambilan photoshoot yang rencananya akan dijadikan konten iklan.  Para MUA tak begitu bekerja keras karena wanita yang mereka dandani sudah cantik alami. Tanpa perlu di tutupi dengan banyak dempulan bedak.

Beberapa staff pemotretan terlihat berbisik di ujung belakang. Wanita berkacamata memulai pembicaraan.

"Gilaaa!! Itu cantik banget sih. Kira-kira hasil ciptaan Tuhan atau ciptaan Dokter kecantikan hihi..."

"Hemmm, kalau dilihat - lihat itu hanyalah hasil ciptaan dokter. Kamu punya uang maka kecantikan bukan lagi halangan. Wajah biasa, bisa disulap menjadi wajah luar biasa." timpal wanita berpotongan bob.

Wanita yang rambutnya dikucir ikut menimpali.

"Mau itu cantik dari Tuhan atau ciptaan dokter, kalau gak pernah ngosek WC, bisa masak,  sama ganti popok anak. Bagiku ya wanita yang bisanya cuma ngabisin duit orang tua buat gegayaan."

*bih pada sadis mulutnya (Author Pov)

Saat asyik berbincang. Tanpa mereka sadari wanita yang mereka gunjing tadi datang menghampiri.  Tepat di belakangnya, seorang assisten mengikutinya dengan setia. Wanita muda tadi melihat para penggunjing dengan tatapan tajam dan berbicara dengan angkuh.

"Jika kalian memiliki mulut untuk membicarakan orang lain. Maka aku memiliki benang dan jarum buat menjahitnya.  Jika kalian kelebihan tenaga untuk menggunjing orang lain. Maka aku yang banyak uang ini, akan menjadikan kalian sapi peras layaknya budak hahahah!"

"Hemm... Bigboss, maksudnya sapi perah bukan sapi peras. Kelapa kali ah di peras." ralat assistennya. Sembari menutup mulut dan menundukkan kepalanya. Kenapa si assisten malah nambahin kalimat yang gak perlu. Dia udah ketar-ketir kena semprotan mautnya bigboss.

*elah ni cewek cakep mulutnya typo mulu yak. Mungkin kamus otomatisnya masih aktif.

Wanita yang dipanggil bigboss menatap assistennya dengan tajam.

"Apa aku menyuruhmu bicara?"

Assisten hanya menghela nafas dalam. Menundukkan kepalanya dalam diam. Keributan itu tak ayal disaksikan banyak orang. Ketiga wanita yang menggunjing tak berani menatap wanita yang dipanggil bigboss.

"Ma.. Maafkan kami bigboss." kata ketiga wanita bersamaan dengan nada takut.

Mendengar kata 'maaf' membuat wanita yang dipanggil bigboss itu semakin kesal.

"Kalian tau, apa yang paling aku benci?"

Ketiga wanita menggeleng tak tau.

"Aku sangat benci kata... Maaf... Jadi karena kata maaf itu keluar dari mulut kalian. Maka dengan mudah aku akan memecat kalian."

"Mulai sekarang kalian dipecat!!!" teriak wanita yang dipanggil bigboss itu.

"Hiii maaf bigboss.. Eh salah... Ampun bigbos. Jangan pecat kami..." kata Ketiga wanita tadi dengan nada sedih.

Wanita yang dipanggil bigboss tidak perduli dan memberikan kode pada pegawai lain untuk mengusir mereka.  Mereka hanya menangis sesenggukan. Assisten yang tadinya diam dan menundukkan kepala tiba-tiba tatapan matanya berubah menjadi tajam. Dia mengeluarkan pisau kecil dari balik bajunya.

"Wanita angkuh dan sombong sepertimu sebaiknya pergi menemui malaikat penjaga neraka!" teriaknya keras sembari mendekat ke arah Bigboss.

Bigboss terkejut dan mundur selangkah. Namun terlambat, pisau itu sudah mengayun dan ...

Srat!!! 

Darah segar keluar. Para pegawai yang lain langsung mengeroyok dan memegangi assisten yang menggila barusan. Wanita yang dipanggil bigboss memegangi tangannya yang berdarah. Beruntung sekali yang terluka hanya tangannya. Pegawai lain segera melindungi Sang Bigboss. Sedangkan assisten tadi terus berteriak dan melemparkan sumpah serapah.

Ada apa ini sebenarnya?  Kenapa assisten itu menggila dan melukai bigbossnya sendiri? 

Setelah semua situasi yang menegangkan terkendali. Luka bigboss diobati. Seorang pengawal mendekat.

"Bigboss, kita akan melakukan tindakan tegas pada assisten itu. Kita akan menuntutnya dengan hukuman maksimal. Biar membusuk di penjara."

Wanita itu tersenyum.

"Kerja bagus, lain kali carilah pegawai yang benar. Jika kejadian ini terulang lagi. Maka kamu sendiri akan aku pecut." ucap wanita yang dipanggil bigboss dengan tatapan tajam.

"Hemm.. Maksud bigboss pecat?" tanya si pengawal.

Menyadari lagi - lagi dia salah mengucapkan kata. Membuatnya hanya berdehem dan menggaruk kepalanya.

"Ya... Ya.. Itu maksudku."

*elah padahal suasananya udah tegang. Malah mulut bigbossnya kepleset.

"Hemm... Pemotretan kali ini kita tunda aja lain waktu." perintah Bigboss.

Pegawai lain membungkuk dan mengiyakan.

"Baik bigboss,  kami akan memperbaiki dan memperketat keamanan." jawab seluruh pegawai yang ada di ruangan itu dengan serempak.

Wanita yang dipanggil Bigboss tersenyum penuh keangkuhan.

                                        ***
Wih, hanya karena kata maaf saja maen pecat. Ini bigboss rasa mafia. Kejam amat yak. Gimana nih kelanjutannya?  Siapa sebenarnya wanita yang dipanggil bigboss ini?  Seberapa besar pengaruhnya sampai pegawainya tunduk. Yok nantikan cerita selanjutnya.

Maybe,  You're My Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang