Bab 5

128 22 7
                                    

Pagi hari yang cerah. Seorang gadis bertinggi 165 cm sedang berdiri menatap sebuah gedung perusahaan yang menjulang cukup tinggi. Gadis ini tak lain Kara Dirandra. Dia membaca pesan Line seseorang.

Datanglah ke perusahaan Wang Holding Ltd. Lantai paling atas.

“Ini kan perusahaan tempo hari pas aku ngelamar audisi.”

Lalu Kara membaca isi pesan yang dikirimkan seseorang bernama Felicia lagi dan bener alamatnya gak salah. Kara melihat foto profil Felicia yang full face.

Gilaa!! Cakep bener makhluk Tuhan satu ini. Astagaa… ada apa sama aku? malah liatin profil cewek. Dahlah…masuk aja… gerutu Kara sambil mukul-mukul kepalanya perlahan.

Kara yang tak ada bakat dalam hal apapun kecuali ya keahlian bela diri dan sedikit pantomim ini gercep banget dapatin Line Idnya Felicia yang cakep. Padahal di luar sana, tanpa sepengetahuan Kara. Banyak banget kaum Adam pengin deket sama Felicia. Belum lagi cowok-cowok dari Negeri Tirai Bambu sana. Pada antri buat dekat sama Felicia Wang. Tetapi yang dapat Line Idnya cuma Kara yang tak punya apa-apa. Beruntung bangetlah dia. Kalau sampai para cowok-cowok tau Kara dapat Line Idnya Felicia. Udah kejang-kejang tuh sambil bertanya-tanya. Kok bisa Kara di kasih Line Idnya Felicia. Padahal Felicia ini terkenal jutek, angkuh, gak gitu mau deket sama orang. Jarang bangetlah ada yang bisa deket sama dia. Felicia seperti membangun tembok yang menjulang tinggi. Jadi susah di panjat sama orang lain. Terutama cowok-cowok.

Flashback

Felicia yang sudah diselamatkan Kara dari gerombolan geng motor mengajaknya ke apartemen. Apartemennya bukan main-main sih. Lokasinya ada di kawasan apartemen bagi orang kaya super papan atas. Pas pintu apartemen di buka dan Felicia mengatakan nyalakan lampu dalam sekejap mata lampu menyala dengan otomatis. Kara yang seumur hidupnya belum pernah melihat apartemen semewah dan secanggih ini hanya bisa melongo. Matanya tak berkedip sama sekali. Jiwa miskinnya sedang meraung-raung menangis darah.

Ni cewek kaya banget sih? Another level ini mah. batin Kara.

Apartemennya sangat luas dan kelihatan sangat mewah. Ruang tamunya terdapat sofa yang mahal. Lampu-lampunya terkesan mewah. Tepat di depan Kara, dia bisa melihat pemandangan malam Ibu Kota dipenuhi lampu-lampu yang berpendar indah. Kara bisa melihat dari balik kaca apartemen yang cukup lebar. Jadi pemandangan jauh maupun di bawah sana terlihat dengan jelas. Kara hanya bisa menempelkan tubuhnya di kaca kayak tokek. Saking gak percayanya sama pemandangan yang dia lihat.

Kara mengedarkan pandangan di sekeliling apartemen. Barang-barang dan hiasannya terlihat super duper mewah.

“Wah, kalau barang-barang ini aku ambil satu. Pasti aku bakal dapat cuan banyak nih hihihi…” Kara bicara dengan dirinya sendiri. Sambil membayangkan dia mendapatkan banyak uang dan bisa membayar hutang. Ekspresi wajahnya terlihat benar-benar mata duitan parah.

“Jika kamu mau, ambillah salah satu barang itu.” tiba-tiba Felicia sudah berdiri di belakang Kara. Membuat gadis manis itu terkejut setengah mati.

Saking kagetnya pas noleh, Kara sedikit menyenggol Felicia. Membuat Felicia hendak jatuh. Tetapi buru-buru Kara pegangin tangan dan pinggang Si Feli. Mata mereka saling beradu.

Deg

Deg

Deg

Jantung Kara terdengar berdetak sangat cepat. Apalagi melihat setiap bagian wajah Felicia. Mulai dari mata, hidung, hingga bibir membuat Kara yang seumur-umur cuma main di empang menelan ludahnya. Tanda gak percaya gimana bisa ada makhluk sesempurna ini. Jantungnya tiba-tiba makin tak karuan.

Maybe,  You're My Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang