III

543 50 4
                                    

"Makan rotimu ruto"

"Tidak ada daging hari ini?"

"Papa belum sempat beli daging kemarin, makan saja rotimu"

Kim haruto pria yang kini berusia 17 tahun mendengus sebal mendengarnya, perlu di ingat ia ini iblis dan memakan roti adalah hal yang paling ia benci. Benda lembek itu sangat tidak enak ketika di kunyah.

Junkyu menatap anaknya yang mengunyah roti sembari mengernyitkan dahinya, ia tertawa kecil. Anaknya sejak kecil memang tidak suka roti, ia lebih suka hal hal berbau daging, sayur pun ia jarang memakannya. Maka dari itu tak heran tubuh anaknya menjadi menjulang seperti tiang, mengalahkan tinggi badannya yang termasuk tinggi untuk seorang pria.

"Nenek sedang pergi ke bisnis butik di luar kota, jadi untuk seminggu ini papa yang akan mengantar ruto ke sekolah"

"Hm"

Berkat kerja keras ibunya, bisnis butik yang awalnya hanya kecil kecilan kini bertambah besar hingga membuat cabang di berbagai daerah ataupun luar kota. Maka dari itu irene sangat sibuk, padahal junkyu menawarkan diri untuk menghandle itu semua, tetapi irene bersih kukuh untuk pergi sendiri. Dan menyuruh ia menjaga ruto yang masih terlihat manja padanya.

"Ayo" Junkyu mengusap serbuk roti yang masih tertinggal di sudut bibir haruto lalu beranjak mengambil tas kerja dan kunci mobilnya.

Sedangkan haruto melihat junkyu yang sudah berjalan di depan dengan tatapan penuh minat. Sudah 10 tahun ia menjadi anak junkyu, dan rasa ingin memiliki itu tak hilang malah semakin besar dan besar. Seolah ada magnet besar yang tertancap di tubuh haruto bila berada di dekat junkyu.

Wajah cantiknya tak berubah walau umurnya sudah tak muda lagi, bahkan menurutnya junkyu semakin seksi dengan tubuh yang tak terlalu kurus seperti masa muda.

"Kapan ujianmu akan berlangsung?" Tanya junkyu, tatapannya masih tetap fokus menghadap depan.

"1 minggu lagi" balas haruto acuh tak acuh, ia masih fokus pada layar handphonenya yang menampilkan game. Junkyu menghentikan mobilnya ketika lampu merah datang, ia menatap haruto dan menghela nafas. Dengan segara junkyu merampas handphone haruto membuat sang pemilik terdiam dan menatapnya begitu tajam.

"Ujianmu sebentar lagi dan kau masih tetap santai?" Haruto berdecak kesal mendengar omelan yang menurut terlalu cepat untuk hari ini. Biasanya omelan dari junkyu di mulai menjelang sore ketika ia pulang kerja.

"Kau sudah kelas 3, sebentar lagi akan kuliah, mau seperti ini terus hm?" Junkyu menjalankan mobil ketika lampu sudah berubah hijau. Mulutnya masih terus mengoceh memberi nasihat nasihat yang menurutnya sangat penting, ia tak ingin haruto memiliki masa depan yang tidak baik.

Papa muda itu menepikan mobilnya ketika sudah sampai depan sekolah anaknya, ia membuka seat beltnya dan menghadap haruto "papa akan kasih ruto hadiah jika kau bisa juara 1 kali ini"

Haruto melirik junkyu, merasa tertarik dengan tantangan tersebut ia pun menghadap ke arah junkyu "apa yang akan kau berikan padaku?" Tanya haruto.

Junkyu membuat gestur berfikir, dengan mata yang terpenjam dan bibirnya yang menipis membuat pipinya yang bulat semakin bulat, "apapun yang ruto mau" bibir itu tersenyum lebar.

"Benar?" Junkyu mengangguk cepat, lalu haruto merentangkan tangannya kebiasaan yang akan mereka lakukan sebelum haruto berangkat sekolah adalah berpelukan dan saling memberi kecupan di bibir.

Haruto menghirup dalam dalam aroma junkyu, mengecup leher itu singkat, rasanya ia ingin merantai junkyu agar ia tak bisa kemanapun, mengurungnya di istana dan terus bersama selama lamanya.

Demon LoveWhere stories live. Discover now