V

428 45 5
                                    

"ugh"

Junkyu merenggangkan badannya, ia tersenyum menatap cahaya matahari. Seperti biasa tidurnya begitu nyenyak hingga bermimpi indah.

Ia bergegas bangkit dari tempat tidurnya menuju cermin besar di samping ranjangnya. Sembari menelaah wajahnya yang kini tampak menua, walaupun tak ada garis garis halus. Karena junkyu rajin sekali merawat dirinya.

Dirinya tak sengaja melihat beberapa kancing piyama yang ia kenakan terbuka  "Apakah aku tidur seganas ini" ucapnya bingung.

TOK TOK TOK

"Junkyu, sudah bangun?"

"O-oh sudah bu" junkyu segera mengancingkan kembali piyamanya agar terlihat rapih, ia menoleh ke arah pintu yang terbuka terlihat kepala ibunya yang menyembuk di sela sela pintu.

"Segera mandi lalu sarapan" ucap irene lalu kembali menutup pintu.

"Baik bu"

.

Setelah selesai mandi junkyu menuju ruang makan yang sudah tersedia makan yang cukup banyak.

"Ibu, masak banyak hari ini?" Tanya junkyu, sedangkan irene yang sedang menyusun makanan hanya tersenyum. Dalam hatinya ia bersyukur perdebatan tadi malam tidak membuat hubungannya dengan junkyu merenggang.

"Ibu sedang bersemangat hari ini" irene tertawa kecil.

"Ruto kemana bu?" Senyum irene menghilang sesaat, jujur irene sedikit malas mendengar junkyu membahas cucunya anak itu. Tapi karena tak ingin hubungan ia dan junkyu kembali memanas, ia mencoba untuk biasa saja.

"Anak itu belum keluar dari kamarnya, coba kamu panggilkan"

Junkyu menghela nafas mendengar perkataan ibunya, seharusnya haruto sudah dibangunkan sejak pagi, walaupun sekarang adalah hari libur tetapi junkyu ingin membuat anaknya terbiasa bangun pagi.

Niat hati ingin menuju kamar haruto terhenti melihat anaknya sudah bangun dengan keadaan yang segar, walaupun matanya masih terlihat mengantuk.

Junkyu segera menghampiri haruto, ia mengusap tetesan air yang menetes di wajah haruto. "Kenapa rambutmu belum dikeringkan?" Nada junkyu terlihat sangat sebal bibirnya merenggut lucu, dan haruto dengan mata mengantuk menatap papanya datar.

Ia tak memperdulikan junkyu yang pergi dengan langkah kaki dihentakkan segera ia mendudukan diri lalu menelungkupkan wajahnya.

Dalam hati ia mengumpat bagaimana kegiatan malam harinya gagal karena irene, dan membuatnya tak bisa tertidur, karena penisnya yang tegang dan sangat susah untuk di tidurkan Kembali. Bagaimanapun juga ia sedang menjadi manusia yang membutuhkan tidur, makan dan minum.

Haruto mengangkat kepalanya ketika merasa usakkan handuk di rambutnya. Ia tersenyum dalam hati, merasakan kelembutan tangan junkyu.

Irene yang tengah menyendokkan makanan ke piring junkyu terdiam melihat interaksi kecil itu. Hal kecil yang sudah beratus ratus kali ia lihat kini terasa berbeda, dahulu semuanya terasa biasa karena haruto masih kecil, kini pandangannya berubah melihat haruto yang kini sudah besar bahkan tingginya melebihi junkyu.

"Argh" junkyu dan irene terkejut mendengar geraman kesakitan haruto, junkyu memegang pundak anaknya kencang, tak lama pegangannya terhempas ketika haruto bangkit dari duduknya.

"Ruto ada apa?" Junkyu mengadahkan kepalanya.

Haruto mencengkram telapak tangannya erat, dahinya mulai terlihat bulir bulir keringat. "Perutku sakit, aku kekamar dahulu"

Tak lama haruto pergi meninggalkan junkyu dan irene yang melihatnya khawatir dan bingung.





💋💋💋





Demon LoveWhere stories live. Discover now