DIEGO & RAQUEL : TENSION (PART 1)

0 1 0
                                    

"Kau sudah temukan tempatnya?" tanya Diego sembari menyesap rokoknya yang tersisa setengah batang. Ini adalah kali kelimanya melakukan yang hal sama, mengonsumsi nikotin guna mengalihkan pikirannya yang kacau bak habis diterjang badai.

"Belum," sahut Simone singkat--tangan kanannya yang sesetia anjing Golden Retriever--yang sejak setengah jam lalu juga tak kunjung meloloskan atensinya dari layar laptop yang berada di pangkuannya.

Diego mengesah, menggertakkan gigi-giginya lalu mengusap wajahnya sekilas. "Ini sudah hampir satu jam, Simone. Dan kau masih belum menemukannya? Apa yang kau lakukan dengan otakmu yang katanya cerdas itu? Aku tidak membayarmu untuk mengatakan 'belum'."

Simone menghela napas berat. Ia membetulkan posisi duduknya sambil meringis pelan. "'Three Families' sangatlah cerdik sekaligus licin, Don. Tidak mudah mencari celah dari rencana mereka yang sudah disusun sematang mungkin. Kau pun tahu itu."

Diego sontak menjatuhkan tatapannya di netra Simone; tajam dan gelap. "Apa kau baru saja mengatakan menyerah?"

Laki-laki andalan 'Sicily Outfit' itu buru-buru menelengkan kepalanya. Ah, salah bicara.

"Aku tidak pernah mengatakan menyerah. Bagaimana pun taktik 'Three Families' pasti memiliki titik lemah dan itu yang sedang coba aku manfaatkan."

Selama beberapa detik, Simone diam mengamati respons Diego yang mencebik, mengambil udara dan mengembuskannya melalui mulut, kemudian meletakkan tangannya di pinggang. Dia terlihat semakin kesal dari mimiknya yang tegang dan wajahnya yang memerah, berbanding terbalik dari kesannya yang biasanya tenang dan datar.

Meski sudah bertahun-tahun mengabdi pada Diego, tapi tampaknya Simone melupakan satu hal. Jangan pernah membiarkan lidahmu lebih cepat dari otakmu ketika bicara dengan sang Don di situasi seperti ini.

Pemimpin gangster paling berbahaya di Sisilia itu sedang kalut. Istrinya berada dalam tawanan musuh dan ia tidak tahu di mana mereka menyembunyikannya. Tentu bukan sesuatu yang bijak mengatakan hal yang sekonyong-konyong bisa melambungkan amarah Diego.

Yah ... walaupun sebenarnya Simone tidak bermaksud demikian dan yang dikatakannya pun ada betulnya.

'Three Families' memang licik. Simone tidak berbohong. Diego pun juga paham. Itulah sebabnya para bajingan itu berhasil mengelabui mereka bertubi-tubi.

"Temukan tempatnya dalam sepuluh menit atau lima peluru akan bersarang di kepalamu."

Simone nyaris tersedak tonsilnya sendiri saking kagetnya. Diego tanpa merasa bersalah dan bersama jiwa kedigdayaannya, melempar puntung rokoknya ke sembarang arah lalu menindasnya dengan kaki seolah-olah ia sedang menindas kepala Alessandro--bos 'Three Families' yang brengsek itu.

"Ba--ik. Baik."

Simone bergegas mengotak-atik keyboard laptopnya kembali.

Ah, gara-gara suasana hati Diego sedang buruk ia jadi kena imbasnya.

Menempati posisi sebagai orang kepercayaan Diego tak pelak menjadikannya bebas ancaman. Simone yakin seberapa cemerlangnya pun prestasinya sebelumnya, tapi kalau Diego sudah berucap, itulah yang akan terjadi. Tidak pernah main-main apalagi ditarik kembali.

"Kalian." Diego mengabsen satu per satu wajah keenam anggotanya yang berada di ruangan yang sama. "Dua diantaranya bantu Simone menemukan di mana istriku berada. Empat lainnya lakukan apapun untuk membereskan masalah di pabrik White Pearl. Waktu kalian juga sepuluh menit menemukan di mana lima puluh kilogram heroin yang dicuri."

Belum sempat para anggota berbenah diri akibat ancaman terhadap Simone yang mengerikan, Diego kembali membuat antek-anteknya terserang demam dadakan.

Sepuluh menit bukan waktu yang lama. Tentu mereka mustahil menemukannya mengingat lawan mereka yang bisa dikatakan seimbang. Lantas bagaimana caranya mereka memecahkan kasus semisterius itu dalam kurun waktu sesingkat-singkatnya?

Lonely Pieces Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang