DIEGO & RAQUEL : TENSION (PART 2)

0 1 0
                                    

Tanpa tedeng aling-aling dan tak menghiraukan ekspresi Simone yang lega, Diego segera menuju pintu dan mendebamnya keras. Simone, Matteo, serta keenam lainnya saling memandang selama sejenak, sebelum bergegas mengikuti jejak sang bos.

Diego memang tidak menyampaikan instruksi untuk mengikutinya secara langsung seperti tadi, entah karena dia lupa atau saking marahnya, tapi semua juga paham apa yang harus dilakukan di saat genting seperti ini.

"Kau mengemudi, Don?" tanya Simone ketika mereka sudah tiba di garasi mansion.

"Ya."

Simone mengerjap, membasahi bola matanya yang ikut memanas seiring ketegangan batin yang dirasakannya. Secara empiris, Diego paling jarang ingin mengemudi. Kalau bukan karena ingin mengajak Raquel jalan-jalan berdua, atau ada urusan pribadi lainnya, ia hampir tidak pernah mau repot-repot membawa mobil. Katanya, untuk apa supir diperkerjakan jika bukan untuk memberikan pelayanannya.

Bukan sesuatu yang perlu dicemaskan sebenarnya Diego mengemudi. Dia cakap mengendalikan kendaraan roda empat itu. Namun menjadi penumpang di kala ia sedang dikendalikan setan agaknya ... sama saja bunuh diri.

"Masuk atau kutinggalkan kau di sini. Kau membuang waktuku lima detik."

Dia menghitungnya? Atau bagaimana?

Fuck!

Simone dengan cepat mengangguk, lalu melompat masuk ke sebelah Diego. Apakah dia akan mati akibat kecelakaan atau mati akibat peluru pistol karena tidak menurut, kedua situasi itu tetap saja membuatnya mati.

Dibanding hanyut dalam ketakutannya sendiri, lebih baik fokus pada jalanan yang terasa seperti kilatan petir saking cepatnya Diego menancap gas.

Tak ada tanda-tanda kecepatan mobil melambat bahkan saat menyalip kendaraan lainnya. Simone sampai dibuat menggigil melihatnya.

"Don, hati---"

"Diam jika tidak ingin kulemparkan kau keluar."

Pada ujungnya Simone hanya bisa menutup matanya seraya memegang safety belt-nya kuat-kuat. Semoga besok ia masih bisa melihat matahari.

Jarak antara mansion utama 'Sicily Outfit' dan Augusta terbilang cukup jauh. Butuh setidaknya dua sampai tiga puluh menit untuk sampai di sana. Entah karena Diego yang terlalu andal atau karena mesin Porsche yang kelewat mumpuni, mereka berhasil tiba di pelabuhan itu dalam waktu lima belas menit saja.

Mobil berhenti di dermaga kayu yang terhubung langsung ke gudang yang dimaksud. Diego sengaja menerobos batas aman parkir kendaraan agar lebih mudah mengakses jalur keluar masuk. Dan juga, agar tidak buang-buang energi dengan berjalan kaki.

"Jangan bertindak bodoh, Simone. Ikuti kode dariku sebelum gegabah melancarkan serangan. Mereka bisa membalas dengan menyakiti istriku."

Setelah melirik Simone sekilas dan mengeluarkan Beretta M9-nya, Diego turun dari mobil dan membanting pintunya. Dengan langkah tegap sebagaimana ciri khasnya, ia memasuki gudang reyot itu diikuti oleh Simone dan keenam anggota lainnya yang juga sudah berada di sana.

"Kalian." Diego menoleh dari balik bahunya. "Kepung markas ini dan jangan sampai kecolongan. Biar aku dan Simone yang masuk. Aku tidak ingin mereka menipuku dengan membawa Raquel pergi tanpa sepengetahuanku."

Perintah dimengerti. Bagai boneka, tidak, katakanlah robot agar lebih bersahaja, mereka mengangguk sebelum berpencar ke segala titik.

Diego melanjutkan langkahnya. Dia mendorong pintu gudang menggunakan ayunan kaki yang langsung rubuh detik itu juga. Kayunya sudah keropos, memudahkannya ambruk bahkan oleh jentikan jari sekalipun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lonely Pieces Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang