III. Jalan-jalan

290 67 8
                                    

Part of
Jalan-jalan with papi Ligo

Part ofJalan-jalan with papi Ligo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zea menggeliat dari tidurnya. Secara perlahan mata itu semi-semi terbuka.

"Mami." Suaranya serak khas orang bangun tidur.

Mungkin ini adalah tidur pertama paling nyenyak sepanjang masa. Zoe harap besok ia masih bisa mendapat kenyamanan seperti sekarang.

Celingak-celinguk, ternyata Olesa sudah tidak ada di sampingnya, dia melirik nakas, ke arah jarum jam berdetak. Pukul tiga sore. Zea lapar. Ia tidur lumayan lama-tidak ini paling lama.

Gadis itu turun dari ranjang setinggi 25 inci. Kakinya bergerak menuju apa yang ingin ia hampiri. Dapur. Apapun itu asal ia dapat menemukan dimana mami-nya.

"Nona mau kemana?"

Tiba-tiba, salah satu pelayan perempuan berdiri disamping Zea yang hendak menuruni anak tangga. Membuatnya hampir saja lari ketakutan.

"Mami."

"Nyonya sedang pergi sebentar ke kantor. Nona butuh sesuatu? Biar saya ambilkan."

Zea menggeleng.

Ia balik badan dan kembali masuk ke dalam kamar dengan pikiran negatif yang muncul mendadak.

Mami dan papi nya pergi tanpa izin, apalagi insiden tadi pagi yang menyebabkan Ligo mendiaminya. Zea khawatir mereka marah, alhasil ia menangis karena dugaan-dugaan yang datang di kepalanya.

"Hiks.."

Zea menyelimuti diri, masuk kedalam selimut sampai membentuk gumpalan yang bergetar.

"Jangan usir Zea, hiks."

Euforia nya dipenuhi oleh ingatan-ingatan dahulu. Semakin gencar lah Zea menangis disebabkan rasa trauma nya.

Takut.

Bagaimana pun Zea baru bahagia. Boleh kah tuhan begitu jahat padanya? Membiarkan ia hanya sekali merasa dicintai?

Keluarga- adalah impian yang ia langitkan selain permohonan mati tanpa rasa sakit.

Puk.

Zea berjengit kaget di dalam selimut.

"Zea."

Itu suara papi.

Zea langsung membuka selimutnya, dan menubruk tubuh sang ayah.

"Papi.. maaf hiks jangan tinggalin Zea, jangan usir Zea, Zea janji akan jadi anak baik."

Ligo mengangkat tubuh putri nya. Membelakangkan wajah itu, dan mulai mengusap-usap punggung bergetar Zea.

"Ngga ada yang marah sama Zea. Kami sayang kamu nak. Maafin papi."

Bukan nya tenang Zea malah menangis lebih keras dari sebelumnya. Ligo tak marah tak juga menyuruh Zea berhenti menangis, ia beranjak dari sana menuju dapur, hendak membuat kan susu.

HazealnutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang