Hari ini Sekolah dihebohkan dengan Zahra dan Mona yang turun dari mobil bersama. Siapa yang tidak tahu Mona. Orang yang selalu menjadi bahan bully Zafa's. Geng yang ditakuti oleh warga sekolah karena anggotanya merupakan anak dari orang-orang ternama.
Zahra hanya berjalan santai dengan telinga yang disumpal dengan earphone. Mona hanya menunduk malu melihat banyak orang yang menatapnya.
"Emang bener sih kalo jalan itu liat-liat tapi Lo gak perlu liat jalan sampe ditatap gitu"
"Angkat kepala lo, sebelum gue bikin kepala lo gak bisa nunduk lagi." Sambungnya
Mona memberanikan mengangkat kepalanya. Mendapati banyak orang yang menatapnya tak percaya.
"Lo harus percaya diri meskipun Lo cupu!" Tegasnya.
Mona bertanya sedikit ragu "Ke-kenapa Lo m-mau bareng aku?"
"Gue pilih-pilih cari temen. Kalo gue mau deket sama Lo artinya gue cuma mau manfaatin Lo!"
"Lo cupu! Mana mau gue temenan sama Lo!" Sambungnya.
Jahat. Jahat sekali. Mona mendengus kesal tapi tidak memperlihatkannya.
"K-alo kamu pilih-pilih temen kenapa kamu mau temenan sama mereka?" Mona memberanikan diri menunjuk Anya, Fariza, Alana dan Shireen yang tampak sedang mengobrol sambil menyaksikan basket dipinggir lapangan.
"Maksud Lo? Temen gue cupu kayak Lo?!" Seketika Zahra ingin menampar Mona tapi dia teringat bahwa dia harus bersikap baik pada Mona sampai misi ini selesai.
"Sebaiknya jaga mulut cupu Lo !" Bisiknya pelan.
Zahra berjalan menuju teman-temannya disusul dengan Mona yang mengikuti langkahnya.
"Ciee udah temenan kayaknya" sindir Anya melirik Mona.
"Ck jangan pede Lo!" Zahra menatap Mona tajam.
"Ahahahhahah jangan gitu Zah liat mukanya Mona udah takut sama Lo!" Anya terkekeh.
Zahra duduk ikut menyaksikan permainan bola basket dan kebetulan Alan juga ikut bermain. Karena mulai besok Alan akan ikut pertandingan basket diluar kota.
"Semangat sayangggg" teriaknya pada Alan.
Alan yang mendengar pun melambaikan tangannya. Sambil menunjukkan tangannya berbentuk Saranghaeyo.
Melihat itu Alana memutar bola matanya malas "Udah sih mending kita ke kelas kalo udah begini"
"Sirik amat sih Lo na!" Ketus Zahra tak terima.
Kringgg....
Bel masuk berbunyi, semua orang berlari memasuki ruang kelas bersiap siap untuk memulai pelajaran hari ini. Menyiapkan alat tulis diatas meja, menyiapkan bahan ajar dan menunggu guru yang akan mengajar. Keributan yang tadi sempat terjadi pun sudah mereda.
Berjam jam Zahra hanya duduk dan berpura pura memperhatikan, sesekali ia menguap dan mencoret coret satu-satunya buku yang ia bawa. Ia akan mati kebosanan jika begini terus. Apalagi guru sejarah yang kini tengah menjelaskan itu seperti tengah membacakan sebuah dongeng sebelum tidur.
"Nih guru ngoceh mulu, gak pegel apa tu mulut"
Alam disebelahnya menggelengkan kepalanya heran, sedari tadi Zahra a tak hentinya mengomentari cara mengajar guru hari ini. Sejak jam pelajaran pertama tak ada satupun yang luput dari kritikan pedasnya. Mulai dari cara mengajar, hingga penampilan. Untung saja mereka duduk dibelakang jadi guru tidak ada yang mendengar.
"Istirahat kapan sih Beib? Bosen"
Alan melirik jam tangannya.
"Setengah jam lagi sabar sayang" Alan mengelus puncak kepala Zahra pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Zahra
RomanceMengikhlaskan seorang Aland Vincent Alexandro, laki-laki yang menjadi teman hidupnya 2 tahun terakhir? Tidak ada yang baik-baik saja dengan kehilangan, semanis apapun perpisahan tidak akan pernah menyenangkan. "Karena ada cinta diantara mereka ber...