TRANSMIGRASI ZAHRA - 11

10 1 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi lima belas menit lalu. Sekarang Zahra tengah berdiri didepan pintu bertuliskan Ruang BK, mau tidak mau ia harus berhadapan dengan gurunya yang resek itu, Arza.

Zahra menarik nafas panjang, kemudian membenahi tas punggungnya. Gadis itu mulai membuka pintu melangkah dengan perlahan ke arah seorang laki-laki yang terlihat tengah duduk menghadap sebuah laptop.

Mendengar pintu terbuka Arza segera menutup laptopnya. Pandangannya beralih pada gadis yang kini sedang berdiri dihadapannya.

Zahra berdiri menyilangkan kedua tangan sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Walaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh" ucap Arza.

"Kalo mau masuk itu biasakan mengucapkan salam terlebih dahulu" sambungnya.

"Apa perlu gue nemuin Lo disini? Sepenting apasih!" Ucapan seorang siswi masuk ke dalam Indra pendengaran Arza.

"Kamu tidak sadar atas kelakuan mu?"

Zahra mengernyit atas ucapan Arza.

"Kalopun gue jelasin Lo juga bakal anggep gue yang salah. Jadi percuma!"

Arza menggelengkan kepalanya tak percaya dengan sikap gadis yang berada dihadapannya ini.

Arza bangkit dari duduknya dan mulai menjelaskan "Pertama, saya adalah guru kamu maka kamu harus bersikap sopan. Kedua, setidaknya kamu merasa malu dan menyadari kesalahan yang kamu perbuat, dan semua kejadian yang kamu lakukan____"

"Pertama, siapapun Lo gue gak peduli. Kedua, gue gak suka liat Lo ada di Sekolah ini!" Serobot Zahra santai, memutus ucapan yang belum sempat Arza selesaikan.

"Kalo kamu masih bersikap keras seperti ini. Saya akan memanggil orang tua kamu!" Tegas Arza sambil menunjuk wajah Zahra dengan jarak yang sangat dekat.

"Astaghfirullahhallazim" lirih Arza menunduk dan melangkah mundur merasa bersalah karena sudah bersikap keras dan berada pada jarak yang sangat dekat terhadap seorang wanita.

"Kenapa? Sok suci Lo! Masalah gini doang mau Lo bawa sampe ke orang tua. Belain Andri sana! Emang cocok kalian berdua sama-sama Jalang!" Teriak Zahra dengan sorot mata tajam.

Zahra berbalik badan, melangkah meninggalkan ruangan dengan wajah yang penuh kekesalan.

Brakkk

Zahra menutup pintu dengan kasar hingga suara pintu terdengar jelas.

"Astaghfirullah ya Allah, maafkan dan berikanlah kesabaran untuk hamba" lirih Arza pelan mengelus dada sambil kembali ke tempat duduknya semula.

***

Ceklekk

Mbak Lena memasuki kamar Zahra dengan tangan menenteng nampan berisi makan siang dan buah-buahan segar yang telah dipotong. Zahra yang rebahan, seketika bangkit sambil tak lupa tersenyum lebar.

"Neng ada masalah ya di Sekolah?" Tanya Mbak Lena.

Zahra yang  mendengar ucapan itu segera melahap cepat makanan yang kini sedang dikunyahnya.

"Mbak tau darimana?" Ucap Zahra menatap mbak Lena heran.

"Tadi ada pihak sekolah telepon nanyain Ayahnya neng Zahra. Untung bapak lagi gak di Rumah" jelasnya.

"Oh gitu, jangan sampe Ayah tau ya mbak. Nanti yang ada Ayah malah makin kecewa sama aku" ucap  Zahra seraya menunduk lesu.

"Iya neng, tapi neng harus selesaikan masalahnya sampe tuntas, oke?" Mbak Lena menunjukkan jempol.

"Siap siap siap bos" Zahra hormat menghadap mbak Lena sambil terus mengunyah makanannya.

"Yasudah neng makanannya dihabiskan, mbak mau ke belakang dulu" ujar mbak Lena.

Transmigrasi ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang