Kringggggg.......
Zahra berdiri ketika mendengar suara bel istirahat berbunyi. Sudah hampir dua jam dia duduk di depan kelas. Lalu dia berjalan dengan wajah ceria kearah bangku dirinya seolah tidak terjadi apapaun.
Sedangkan Arza, ia melangkah keluar kelas karena jam pelajaran Agama telah selesai. Arza melirik dan mendapati senyum miring dari seorang gadis yang tadi sempat ia hukum.
Zahra sendiri tersenyum, ia mendudukkan dirinya disamping Alana yang masih terlihat merapikan buku-bukunya. Melihat itu ia menepuk pundak Alana pelan.
Alana menoleh kedua alisnya menyatu penuh tanya.
"Ayo kita kerjain guru baru itu!" Ucap Zahra pelan.
Alana tersentak, ia dibuat tertegun dengan kata kata itu.
"Jangan becanda deh Zah" Alana terkekeh
"Guys kumpul" panggil Zahra pada Zafa's
"Ade ape nih kumpul-kumpul, arisan kah?" Fariza menyauti
"Kita punya bahan bullyan baru" ucap Zahra dengan senyum miringnya.
"Siapa?" Bicara mereka kompak
"Guru Agama kita" terang Zahra.
Mereka tersentak kaget mendengar kalimat itu "Apa?" Ucap mereka terdengar kompak.
"Serius Lo? Gue cuma punya pengalaman bully anak orang bukan bully guru anjir. Bisa-bisanya otak Lo mikir kesitu" ucap Shireen tak habis pikir.
"Emang Lo gak bosen kita bully Mona terus? Justru kita bisa manfaatin Mona buat misi kali ini!" Jelas Zahra.
"Sumpah Lo nekat banget Zah" Alana tak habis pikir dengan apa yang dipikirkan temannya itu.
"Emang apa yang bisa dilakuin Mona?" Tanya Fariza heran.
"Menurut Lo?" Zahra menaikkan satu alisnya, menandakan bahwa mereka mengerti apa yang harus dilakukan.
Fariza pasrah kini ia tertunduk tak habis pikir dengan temannya itu.
"Gimana? Mau bantu gak?"
"Iya" kompak teman-temannya pasrah.
"Ikut gue! Kita harus temuin si cupu!" Tegas Zahra.
"Tapi kan bentar lagi jam masuk" Anya menyauti.
"Lo sok rajin bener, biasanya juga gue ajak bolos mau Lo!" Sinis Zahra.
"Lo mah enak pinter, lah gue? Bolos terus ya makin tolol"
"Bagus sadar Lo!" Kekeh Zahra.
Mereka menyusuri koridor menuju kelas sebelas IPA dua.
"Lo yakin Zah?" Tanya Shireen kembali memastikan ucapan Zahra.
"100 persen yakin"
Mereka berdiri dipintu kelas sebelas IPA dua.
"Guys seret cupu ke toilet"
Mendengar kalimat itu. Anya menarik lengan Mona dengan kasar mengarah ke luar ruang kelas dibantu dengan Shireen yang memegangi tangan sebelahnya.
"Kalian mau ngapain lagi?" Mona mulai merasa takut.
"Tanganku s-sakit" sambungnya.
Tak ada kalimat yang terucap dari Zafa's hingga sampai di toilet yang tak jauh dari kelas sebelas mereka melepas pegangan Mona.
"Gue butuh bantuan Lo!" Zahra mulai berbicara.
"A-apa? Gue b-bisa apa?" Tanya nya sambil memegangi lengannya yang terasa panas akibat genggaman Anya yang terlalu kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Zahra
Storie d'amoreMengikhlaskan seorang Aland Vincent Alexandro, laki-laki yang menjadi teman hidupnya 2 tahun terakhir? Tidak ada yang baik-baik saja dengan kehilangan, semanis apapun perpisahan tidak akan pernah menyenangkan. "Karena ada cinta diantara mereka ber...