03. Renjana

1 1 0
                                    

•••
"Abang sayang gak sama kami?"

"Sayang banget dong. Abang akan selalu sayang sama Ashyana dan Alicia."

"Kami juga sayang abang."

"Tetap jadi abang terbaik buat kami ya."

"Pasti."
_____________
"Ashyana, k-kamu apain Alicia?"

"Aku gak ngapa-ngapain bang, aku datang dia udah kayak gini."

"Kamu bohong. Itu pisau ditangan kamu, terus perutnya Alicia berdarah. Kamu apain dia?"

"Aku sungguh gak ngapa-ngapain Alicia bang, percaya sama aku."

"Abang nyesel punya adek kayak kamu."

"A-abang."
_____________

"Huh keinget lagi. Dimana dia sekarang? Apa baik-baik aja? Ck, ngapain gue mikirin seorang pembunuh?" Anand menggeram kesal mengacak-acak rambutnya. Dia mengambil sebuah foto yang terdapat lima orang anak, tetapi dia foto anak kecil terdapat coretan diwajah mereka.

Gue gak suka saat harus membenci orang yang dulu paling gue sayang.

•••
    Irsyad yang sedang merasa tenang sendiri di rumah tiba-tiba terganggu dengan kedatangan ayah dan ibunya. Dia tidak masalah bila yang mengunjungi rumahnya hanya ibunya tapi ini ayahnya pun ikut. Dia sungguh tak suka melihat pria dewasa itu.

"Sayang, kamu udah makan belum?" tanya Dira, ibu Irsyad.

"Udah bund," jawab Irsyad tersenyum manis pada ibunya.

"Bagaimana sekolah kamu?" tanya Irfan, ayah Irsyad.

"Baik," jawab Irsyad dingin.

"Kamu gak buat ulah yang macam-macam kan?" tanya Irfan hendak menyudutkan Irsyad.

Ini orang tua kek gak mau liat gue bahagia.

"Emang saya akan brutal seperti anda?" balas Irsyad membuat amarah Irfan memuncak.

"Irsyad!" bentak Irfan.

"Mas," kata Dira pelan sambil memegang tangan Irfan.

"Anda gak perlu bentak saya, saya gak akan takut dengan bentakan anda," kata Irsyad kesal.

"Anak durhaka ya kamu. Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Kamu selalu seperti ini. Anak setan," kata Irfan.

"Dan anda setannya," jawab Irsyad santai.

    Irfan tidak bisa menerima perlakuan Irsyad seperti ini, sehingga akhirnya dia menampar anaknya itu. Tamparan itu mengagetkan Dira, sementara Irsyad juga tidak bisa menahan amarahnya sehingga ia langsung memukul ayahnya. Hal ini semakin membuat Dira terkejut dengan perkelahian suami dan anak laki-laki tunggalnya tersebut. Dia tidak mengerti mengapa selama beberapa tahun ini Irsyad begitu membenci ayahnya.

"Hentikan!" teriak Dira membentak kedua pria di depannya ketika mereka saling menarik kerah baju lawannya,"apa yang kalian berdua lakukan? Irsyad, dia ayah kamu. Kenapa kamu melakukan ini? Apa yang buat kamu benci sama ayahmu sendiri. Bunda kecewa sama kalian berdua," kata Dira dengan derai air mata yang membasahi pipinya.

"Ini semua karena kamu," kata Irfan menunjuk Irsyad marah.

"Anda yang memulainya," balas Irsyad.

"Sudah cukup, kalian berdua cukup. Bertahun-tahun kalian seperti ini, kenapa? Kenapa Irsyad? Kenapa kamu membenci ayahmu sendiri? Kenapa mas? Kenapa kamu tidak pernah menganggap kehadiran Irsyad?" Dira sudah muak dengan keduanya. Bertahun-tahun dia menyaksikan perseteruan suami dan putranya yang menyebabkan Irsyad memilih tinggal sendiri. Kini dia sudah muak. Dia ingin tau alasan dibalik perseteruan mereka.

Candramawa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang