•••
Tap tap tapLangkah kaki terdengar renyah disepanjang lorong sepi nan gelap. Seorang pria dengan wajah tertutup melangkah masuk menuju sebuah ruangan. Di dalamnya berdiri beberapa orang yang sama-sama memakai penutup wajah.
"Bagaimana bisa kalian ketahuan oleh FBI?"
"Maafkan kami tuan, kami tidak tau kalau ada anggota FBI di dalam bar tersebut." Bersimpuh beberapa orang di bawah kaki pria tersebut.
"Kalian benar-benar tidak pernah becus dalam bekerja. Harusnya kalian bisa lebih berwaspada lagi, bahkan sekarang geng motor Wolf-Rayet juga sudah bekerja sama dengan FBI. Argh kalian semua habisi dua orang penting dalam geng tersebut," perintahnya dengan amarah yang meluap-luap.
"Tapi tuan mereka sangat hebat," bantah salah satu anak buahnya yang langsung mendapat tamparan keras darinya.
"Saya tidak mau tau apapun yang terjadi mereka harus dihabisi." Dengan aura gelap dia langsung pergi dari situ menyisakan para anak buahnya yang tak berani memandang kepergiannya.
'Aku harus segera memberitahukan hal ini pada Tara.'
'Saya tau di antara kami pasti ada pengkhianat.'
•••
Dengan langkah tegap, pria yang sudah berumur itu berjalan diantara kuburan menuju sebuah kuburan kecil yang begitu terawat. Sambil tersenyum sinis dia duduk di samping kubur itu."Anak kecil kesayangan keluarganya telah lenyap, kakakmu juga sudah diusir, kasihan sekali. Cup cup cup. Sebentar lagi pewaris keluarga kalian juga akan lenyap dan perlahan-lahan semua harta keluarga Arumawa akan saya kuasai. Tidak ada yang bisa menghentikan saya Alicia." Ya itu adalah kuburan Alicia Arumawa, putri bungsu keluarga Arumawa yang meninggal saat berusia 11 tahun.
"Anak kecil sepertimu saat itu ingin membongkar kejahatan saya bukan? Tapi lihatlah berkat dirimu saya bisa menyingkirkan kakakmu juga, kau pasti merasa bersalah dari atas sana kan? Tapi saya sangat senang, senang bisa melihat kalian menderita." Dengan tatapan penuh amarah pria itu langsung pergi dan tanpa disadari ada yang mengawasinya dengan penuh kebencian.
"Takkan pernah ku biarkan kau hancurkan keluargaku, paman."
•••
Pukul 5 sore sebuah motor melaju dengan kecepatan tinggi. Karena jalanan yang sepi membuat pengendara motor tersebut dengan bebas melaju kencang tanpa rasa takut. Walaupun jalanan ramai pun dia tetap akan mengendarai motornya dengan cepat. Tak lama dari arah depan ada beberapa motor yang menghadang."Sialan," umpat Ashyana.
Dengan amarah yang membuncah dalam dadanya, Ashyana turun dari motor. Menatap tajam ke arah kelompok buronan hitam yang sekarang berdiri tegap dihadapannya.
"Gak ada kerjaan apa tiap hari maunya perang ama gue, cape ngeladenin."
Beberapa dari mereka langsung bergerak maju menyerang Ashyana. Dengan enggan Ashyana meladeni mereka dikarenakan moodnya yang sedang tidak baik. Namun, tak lama kemudian ada motor lain yang datang. Melihat Ashyana sedang di serang Irsyad langsung membantu.
"Sialan, bos ada cowok yang datang membantunya," kata salah satu dari para penyerang melalui sebuah earphone yang bersarang ditelinganya.
"Habisi mereka berdua."
"Baik, bos."
Penyerang yang berjumlah sekitar delapan orang tersebut terus menyerang Ashyana dan Irsyad secara brutal. Tak main-main dalam menyerang, kali ini kedelapan penyerang itu menggunakan senjata tajam yang mereka sembunyikan di balik saku baju. Senjata yang berukuran kecil tetapi sangat mematikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candramawa
PoetryHidupnya bagaikan abu-abu. Tanpa warna, tanpa kehidupan bahagia. Senyum palsu ditunjukkan untuk menutupi luka dalam dirinya. Bertemu kembali dengan pembawa luka membuatnya harus menutupi kebenaran tentang dirinya. "Andai waktu itu kau memercayaiku...