sorry means nothing.

1.3K 158 9
                                    

"soobin?"

sang empu nama menoleh, mendapati euntae temannya memandang penuh. soobin menautkan alisnya seolah bertanya alasan memanggil namanya.

"pacarmu" jawab euntae singkat sembari dagu nya menunjuk kearah seorang gadis yang berdiri dengan wajah jutek. soobin menghela napas saat mendapati pemandangan itu, yatuhan setidaknya jangan hari ini, tidak tidak... jangan sekarang.

"saayang!" panggilan itu menggema. suara kaki yang di hentak hentakkan memenuhi pendengaran soobin. tangannya mengambil earphone bluetooth dan segera memakai benda elektronik tersebut.

si gadis mendecih, ia menarik paksa earphone soobin sampai terlepas. "kau berniat mengabaikan ku, huh?" kesalnya pada soobin. sementara yang di ajak bicara hanya menghela napas lelah tak berminat untuk menjawab.

"ku mohon mina, jangan sekarang" ucap soobin dengan nada pasrah. dirinya sedang frustasi belakangan ini saat tak sengaja selalu memikirkan yeonjun. entah apa yang salah pada otaknya, tapi tiap kali soobin akan terpejam, bayangan yeonjun yang menangis tak berdaya di lantai kamar mandi seakan akan menjadi ingatan paling mengerikan. "apa maksud mu jangan sekarang?" mina bertanya dengan kedua tangannya yang di lipat di depan dada. si pria dimple itu kembali menghela napas dan mulai berdiri di hadapan mina yang sedang bersedekap, "apa yang kau mau?" soobin berkata dingin.

mina membulatkan mata nya, "kau baru saja berucap dingin pada ku?!" si gadis kembali bersuara dengan jari telunjuknya menodong hidung nya sendiri. "kau menyebalkan soobin" adalah kata terakhir yang mina ucapkan sebelum mendorong dada soobin dengan telunjuknya dan pergi begitu saja.

euntae yang tak mengerti apapun hanya meringis, sembari menampilkan pose dua jari dan berlari pergi menjauhi tempat itu.
ya tidak heran, karena mina merupakan gadis dari keluarga kaya yang manja dan egois, ia tidak mau mengerti keadaan orang lain bahkan soobin yang merupakan pacarnya. belum lagi ditambah sifat overthinkingnya yang menyebalkan. itu kadang sangat menganggu.

**

"kau makan seperti babi, yeonjun" seohwa berdecak kagum dengan keadaan mulutnya ternganga saat melihat yeonjun makan dengan begitu lahap siang ini.

yeonjun mengunyah makanan di mulutnya dengan pipi yang mengembung, "ini sangat nikmat, kau tahu seohwa? aku jadi ingin satu porsi lagi"

"yeonjun, ini menu biasa nya. kemarin kau tidak seantusias ini, kenapa sekarang bersemangat sekali? dan apa apaan dengan satu porsi lagi? kau sudah makan dua porsi yeonjun, DUA PORSI?!" seohwa menegaskan dengan memberi simbol dua jari tepat di depan wajah yeonjun. membuat laki laki di hadapannya itu menunduk menatap makanannya.

"h-hey ada apa? kenapa jadi murung begitu?" sekali lagi seohwa berkata dengan panik.
taehyun yang baru saja sampai menatap heran kearah yeonjun dan seohwa "ada apa ini?" tanya nya.

"aku duluan" yeonjun berucap dengan nada sedih, si laki laki mungil itu masih menundukkan kepala nya sambil berjalan keluar kantin, seohwa panik bukan main dan segera menyusul yeonjun.

menyisakan taehyun dengan kebingungannya.

**

"apa aku makan seperti babi?"

"hmpph! memangnya kenapa kalau aku makan dua porsi? mau sepuluh porsi pun itu urusan ku, seohwa memang tidak mengerti"

saat ini yeonjun sedang berada didepan kaca kamar mandi sekolahnya. ia bermonolog meluapkan kekesalannya akibat perkataan seohwa beberapa saat lalu dikantin. dirinya memutar mutarkan tubuh rampingnya di depan kaca, sembari menarik seragamnya ke belakang untuk melihat cetakan di perutnya.

"ini pasti akan membesar tidak lama lagi" cicitnya, tangan lentik yeonjun mengusap perut agak buncitnya perlahan. tidak begitu buncit sebenarnya, itu hanya efek makan terlalu banyak saja.

"sudah 8 minggu ya?" tanya nya lagi pada diri sendiri. yeonjun termenung didepan kaca dengan tatapan mata terpaku pada perut nya.

klik

pintu di dorong dari luar, yeonjun menatap kearah pintu dan mendapati presensi soobin yang tengah berdiri, seragamnya tak terkancing dengan kaos hitam membalut didalamnya.

yeonjun bergegas hendak keluar dari sana, namun soobin segera mencekalnya dan mengunci pintu. "LEPAS" teriak yeonjun.

"hey, hey choi yeonjun tolong tenang, jangan berteriak" si jangkung berusaha menenangkan yeonjun. namun usaha nya sia sia karna tubuh yeonjun bergetar dan beberapa kali berteriak minta tolong.

dengan terpaksa, soobin menbekap mulutnya. air mata mulai mengalir di pipi yeonjun membuat soobin semakin panik. "ku mohon tenang lah, jangan menangis, tampar aku bila kau kesal"

akhirnya setelah beberapa saat tangisan yeonjun berhenti, namun masih menyisakan segukan sesekali. "begini lebih baik" soobin berucap dengan menghela napas.
ia tak akan menyalahkan reaksi yeonjun saat bertemu dengannya, sepenuhnya sadar diri, karena ia pelaku disini.

lalu keheningan tak berati berlangsung selama beberapa menit. sampai soobin memecahnya. "a aku minta maaf" tangannya menjalar kebelakang leher karena merasa gugup. sementara yeonjun memandangnya tak percaya.

"aku sungguh minta maaf, saat itu aku mabuk dan dalam kendali obat perangsang, aku sungguh tidak sadar. kumohon maafkan aku"

dan "ya" adalah jawaban yeonjun sebelum dirinya bergegas keluar dari kamar mandi.

**

seohwa menatapi yeonjun yang dengan lunglai memasuki kelas dan menelusupkan wajahnya dibalik lipatan tangan. dirinya hendak menghampiri yeonjun namun suara heels yang beradu dengan lantai menghentikan niatnya.

"buka halaman 127 sekarang" ucap seseorang didepan sana dengan nada penuh perintah.

hufft, seohwa hanya bisa menghela napas.





KIMINC
300323

ARGH SH!T [soobjun/binjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang