Air mata terus bercucuran di setiap pipi.
Tangisan yang sudah memenuhi pemakaman seseorang, "Menyakitkan" satu kata yang bisa di sebut untuk saat ini.
Pemuda Blonde, Aka Naruto Uzumaki-Uchiha, kini telah di makamkan.
Naruto meninggal pada saat tanggal 24 Juli tepat setelah hari ulang tahun Suaminya Sasuke Uchiha.
"Naru.. Hiks.. Hiks.. Kenapa kamu pergi begitu cepat.. Hiks.. Hiks.. " tangis Wanita berambut Pink, Haruno Sakura. Itu namanya wanita itu, wanita itu adalah sahabat satu-satunya naruto, Sakura dan Naruto selalu bersama. Dia dan Naruto berteman sejak mereka sekolah dasar.
Sakura dulu selalu prihatin melihat keadaan Naruto yang hari demi hari pasti selalu menurun, apalagi Naruto hidup sebatang kara. Kakek Hiruzen itu tidak mau mengurus Naruto , karena menurutnya Naruto itu pembawa sial.
Sakura menangis , seluruh bebannya ia salurkan pada Naruto. Dan yang lain semua juga menangis tapi mereka menangis dalam diam.
Di sisi pohon besar yang ada di tengah-tengah pemakaman itu berdirinya roh Naruto yang melihat mereka semua yang menangis dan menyebutkan namanya.
Naruto bingung, siapa mereka? Apa ia pernah berkenalan dengan mereka semua? Benak Naruto. Sungguh ia tak mengingat apapun, kecuali masa-masa ia di caci maki ia masih ingat, Sangat Fresh.
Naruto mengigit bibir bawahnya, "Sebenarnya apa yang terjadi?" gumam Naruto, tanpa sadar Sarada yang ada di sebelah Sasuke melihat Naruto.
Melihat ibunya yang ada di samping pohon besar itu dan batu nisan yang bertuliskan nama Ibunya membuat gadis kecil itu kebingungan, "Itu mama, tapi kenapa nama itu Mama juga??" Gumam Sarada, dia menatap Sasuke yang sedang menangis di sebelah kanannya dan di sebelah kirinya ada kakaknya yaitu menma yang sedang menangis juga.
Sarada bingung, kenapa semua orang menangis? Kata Mamanya, kalau ada yang menangis berarti sedang sedih, tapi kenapa mereka sedih?
Sarada bingung tidak ketulungan apalagi Papanya, dia pun berbisik kepada Papanya, "Papa.. Papa kenapa? Kok menangis? " tanya Sarada, dan Sasuke langsung menunduk melihat Sarada dengan tatapan polos dan tak ada dosa itu membuatnya semakin sakit hati.
Seorang anak kecil berumur 8 tahun yang masih membutuhkan kasih sayang seorang Ibu, kini di tinggal mati oleh sang Ibu.
"Sarada, Sarada harus kuat ya. Hidup tanpa Ibu memang tidak mudah tapi Sarada harus menerimanya ya" ujar Sasuke sambil mengelus surai hitam Sarada dengan lembut.
Hidup tanpa Ibu? Tapi kan Ibunya sedang melihat mereka di samping pohon besar itu, "papa? Apa maksud papa? Kan Mama sedang melihat kita, buktinya Mama sedang berdiri di pohon itu sambil melihat kita" Sarada menunjuk pohon besar yang sedang di tepati oleh Ibunya.
Sasuke melihat apa yang Sarada tunjuk, "tidak ada siapapun Sarada" kata Sasuke lembut. Sasuke bertanya-tanya apa yang di maksud Sarada dengan pohon besar itu? Dan kenapa Sarada bilang kalau di pohon besar itu ada Naruto istrinya??
Menma sejak tadi memandang nanar batu nisan yang bernama kan Ibunya, kenapa? Ibunya meninggalkan Dia, ayahnya dan Sarada begitu cepat? Apa ibunya sudah tidak tahan?
Menma sering melihat Ibunya menangis di kamar di saat Ayahnya sedang tidak ada di rumah atau ada urusan.
Dan menma sering mendengar, Ibunya berkata. "TUHAN! AKU TIDAK TAHAN DENGAN INI, INI BEGITU SAKIT DADAKU BEGITU SESAK JANTUNGKU SANGAT SAKIT DAN SEKUJUR TUBUHKU BEGITU MENYAKITKAN YA TUHAN!" itu adalah raungan Ibunya ketika berada di kamar mandi, Menma mendengar dengan jelas apapun yang Ibunya ucapkan.
Mulai dari Makian, kata Sedih , kata Marah dan lain sebagainya.
Menma sungguh mengetahui apa yang Ibunya alami selama ini.
Tapi ia tak mau menanyakan hal ini pada Ibunya, takut Ibunya membenci dirinya karena menguping.
"Mama... Maafkan Menma karena tidak bisa menjaga diri kemarin.. Mitsuki memang bejat Mama.. Aku menyesal tidak mendengar ucapanmu" lirih menma, air mata mengalir dari matanya. Air mata kesedihan itu terus mengalir dan mata Biru lautnya memancarkan aura kesedihan dan tak memiliki semangat untuk hidup saat ini.
Dan kita kembali lagi pada Naruto yang terus-menerus menatap mereka sampai akhirnya mereka semua bubar kecuali seorang wanita Berambut kuning Pucat.
"Sayang sekali, dirimu harus mati sekarang. Dan itu adalah balasan karena merebutnya dariku, dasar jalang" ujar wanita itu lalu pergi.
Naruto semakin bingung di buatnya, merebutnya dari siapa? Wanita itu siapa? Apa mereka pernah bertemu atau berkenalan?
Atau.. Apa? Sungguh Naruto sangat di buat bingung oleh alam semesta ini.
"Kau hanya punya waktu 365 hari, untuk memecahkan misteri kematianmu, Uchiha Naruto"
Naruto berbalik mencari arah suara tapi tak ada seorang pun yang terlihat di sana, kosong dan sunyi.
Naruto menyeringit,"365 hari untuk memecahkan Misteri? tapi Misteri apa? " gumam Naruto.
Dan langit pun gelap, begitu pula dengan tatapan pemuda yang bisa melihat Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days.
FanfictionMencari tahu, bagaimana kamu mati dan merelakan orang terkasih. Tidaklah mudah.