Pesan Singkat

0 0 0
                                        

Thala kira setelah melihat kedekatan Sara dan Rio, ia tidak akan berurusan lagi dengan Rio. Namun entah bagaimana hari ini Rio mengiriminya pesan selamat pagi dan mengingatkannya untuk sarapan sebelum berangkat sekolah. Thala yang tidak ingin menjadi halangan untuk Sara pun memilih untuk mengabaikan pesan-pesan itu. Tapi sama sepertinya yang kukuh, Rio juga tetap memberikan Thala pesan singkat walaupun diabaikan. Thala yang berpura-pura tidak peduli namun setiap cahaya ponselnya menyala ia mengeceknya dan selalu nama Rio yang terpampang. Sara yang duduk disampingnya pun ikut kebingungan dengan sikap Thala yang terlihat khawtir.

"Lo kenapa sih?"

"Hah? Apa? Engga. Gapapa!"

"Kalo kebelet boker, ayo deh gue temenin. Gue udah muak banget dengerin Bu Yati ngomong." Sahut Sara sambil melirik malas guru Matematika yang sedang mengajar.

"Engga, gue..."

Jawaban Thala terpotong karena ada 2 anggota osis yang meminta pengisi acara perpisahan kelas 12 untuk kembali latihan karena waktunya tinggal hari ini. Thala dan beberapa teman kelasnya pun izin kepada Bu Yati untuk meninggalkan kelas. Sebelum keluar, mata Thala memandang Sara dan berpikir apakah ia harus memberitahu bahwa Rio mengiriminya pesan? Namun Thala takut Sara kesal karena hal itu.

Seluruh pengisi acara untuk esok hari di kumpulkan di lapangan sekolah. Mereka semua berbaris sambil mendengar beberapa arahan yang diberikan ketua pelaksana acara perpisahan tersebut. Thala yang tahu sedari tadi Rio memandanginya tetap berusaha bersikap biasa saja dan malah terlihat kesal. Karena Thala sendiri bingung harus senang atau marah karena Rio yang tiba-tiba mendekatinya padahal kemarin ia bersedia mengantarkan sahabatnya pulang. Setelah arahan telah disampaikan, semua kembali pada posisi dan melakukan gladi bersih untuk acara besok. Lagi-lagi Thala merutuki dirinya sendiri karena ia ada dalam satu band bersama Rio. Walaupun Thala berusaha keras bersikap profesional namun tatapan tajam dibelakangnya terasa menembus hingga jantungnya. Rio yang terus menatap setiap pergerakan Thala dengan tetap memainkan drumnya membuat Thala berusaha mati-matian tidak berlari kearah Rio dan memeluknya. Thala menggelengkan kepalanya, merasa aneh dengan apa yang ia pikirkan.

Saat waktu istirahat, Rio terlihat sekali ingin berbicara dengan Thala namun Thala selalu saja punya celah untuk pergi dari Rio. Seperti sekarang Thala bersembunyi di tempat yang sekelilingnya terususun buku-buku dengan rapih. Ia memilih berada di perpustakaan karena tempat itu adalah tempat yang jarang dikunjungi siapapun. Namun alangkah terkejutnya Thala melihat Sara di depan pintu perpustakaan seakan-akan mencari seseorang. Saat mata Sara menangkap keberadaan Thala, Sara langsung berlari dan menemuinya.

"Lo dicariin kemana-mana malah disini! Ngapain sih? Biasanya juga abis latihan ke kantin."

"Anu mmm, gue cari buku itu loh! Apa mmm..."

"Udah gausah banyak alesan! Lo emang ngehindar dari Kak Rio kan?"

Thala terkejut mendengar penuturan Sara. Apakah Rio memberitahukan semuanya pada Sara?

"Thal, yang ngasih nomer lo ke kak Rio itu gue! Dia nanya-nanya tentang lo gitu, kayanya dia suka deh sama lo." Ucap Sara dengan entengnya, seakan-akan ia tak pernah berusaha mengejar Rio sebelumnya.

"Apa? Kenapa lo ngeliatin gue begitu?"

"Bukannya lo suka sama kak Rio?"

"OH! Jangan bilang lo ngejauhin kak Rio karena gue?"

"Apasih ini semuanya pertanyaan, gaada jawabannya."

Sara terkekeh yang juga menyadarinya, "Oke gue jawab ye. Iya emang gue suka sama kak Rio tapi bukan berarti gue maksain dia buat sama gue. Walaupun ya, effort gue gede tapi ya gue gamau maksa perasaan orang lain ke gue. Lagian yang dia suka lo, gue masih bisa deket sama kak Rio walaupun gaada hubungan spesial."

Thala menampilkan wajah bingungnya. Bersahabat dengan Sara sudah hampir 3 tahun namun apa yang Sara lakukan dan pikirkan masih saja menjadi pertanyaan dikepalanya.

"Buka hati lo Thal, gausah mikirin gue. Dan satu lagi! Gue udah mastiin dia udah gak punya pacar alias jomblo. Soooo, sikat Thal sikat!"

"Main sikat-sikat aja lo! Gue masih gatau, Sar. Masih bingung sama apa yang terjadi. Lo aneh banget asli."

"Gausah mikirin bagian guenya! Pikirin diri lo sendiri, apa emang lo mau terima dia atau engga."

"Kok seakan-akan dia nembak gue lewat lo sih?"

"Sekalian! Gue ikut gregetan soalnya."

Thala memutar bola matanya malas lagi-lagi karena tingkah Sara yang tidak bisa ditebak.

Farewell Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang