Tatapan tak sengaja

17 6 2
                                    

Sama seperti tiga hari sebelumnya, beberapa siswa SMA Antariksa berkumpul di lapangan untuk menyiapkan pesta perpisahan untuk kelas 12. Tak terasa hanya terhitung hari SMA Antariksa akan kembali melepaskan siswa siswanya untuk melanjutkan kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang menawarkan lebih banyak pilihan dengan setiap konsekuensi yang harus dipikul di setiap keputusannya. Pilihan yang diharapkan dapat membuat siapapun bisa diterima dalam masyarakat dan terasa nyaman untuk berada disana. Terdengar membingungkan tapi siapapun pasti bisa melewatinya dengan sebuah keyakinan. Biarlah tuntutan-tuntutan saat terjun ke dalam kehidupan sebenarnya dipikirkan nanti, selagi masih berdiri di lapangan sekolah Rio ingin menikmatinya tanpa merasakan sebuah beban. Memukul simbal drum dihadapannya dengan semangat membara, Rio berkali-kali di tegur karena mendahului ritme yang ada. Adiknya yang telah geram karena Rio selalu saja sesukanya mulai menegurnya.

"Bang Rio! Chill aja chill. Lo main drum kayak kerasukan setan." Teriak Hans sambil menangkap tangan Rio.

Dengan wajah datar Rio hanya menaikkan satu alisnya. Matanya mencoba menelusuri orang-orang dihadapannya yang terlihat kebingungan serta ketakutan. Terutama seorang gadis yang berdiri mematung sambil memegang mikrofon saat matanya bertemu mata Rio. Terasa hening untuk beberapa saat, waktu seakan-akan berhenti hanya untuk mengabadikan tatapan kedua insan itu. Tatapan yang tidak disengaja namun hati mereka terasa hangat tanpa sebab.

"Halo kak Rio!"

"Sara, lo ngapain keatas panggung?" Tanya gadis yang sempat bertatapan dengan Rio.

Yang di panggil Sara itu langsung tersipu malu saat Rio juga terlihat penasaran apa yang sedang ia lakukan diatas panggung. Tanpa menjawab pertanyaan sahabatnya, Sara melangkahkan kakinya mendekati Rio dengan senyum yang semakin merekah.

"Ini, aku beliin minum kak." Ucap Sara sambil mengulurkan air mineral ditangannya.

"Makasih." Jawab Rio dengan sengaja memperlihatkan senyum tipisnya.

Sara yang tak kuasa menahan kebahagiaannya langsung membalik badannya dan menggoyang-goyangkan tubuh sahabatnya dengan asal.

"Sakit-sakit, Sar!"

"Thala!!! Gue di senyumin kak Rio! Lo liat kan tadi, liat kan?"

Thala dengan refleks sedikit memiringkan kepalanya untuk melihat kearah Rio yang meneguk air mineral pemberian Sara tanpa merasa terganggu. Sedangkan Hans, adik dari Rio terkekeh karena melihat sikap Sara yang berlebihan. Thala langsung menampar pelan pipi Sara untuk menyadarkannya.

"Sar udah sar, maluuuu."

"Kenapa harus malu? Cinta tuh bukan hal yang buat kita harus malu."

CINTA KATANYA? Batin Thala

Thala tahu sekali bahwa Rio bahkan tidak mengingat siapa Sara dan disini Sara mengatakan bahwa ada cinta. Thala memijat dahinya karena pusing melihat kelakuan sahabatnya yang urat malunya sudah putus atau memang tuhan tidak memberikannya rasa malu.

Farewell Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang