8'6':28

2K 161 50
                                    

Happy Reading...












"Ngomong-ngomong anakmu cantik, pintar lagi. Pas banget anak cowokku belum nikah bisalah kita kenalin?"ucap Bu Sarah tiba-tiba.

"Anak cowokmu masih belum nikah juga?"tanya Umi balik.

"Iya, dia tuh fokus ke karir sampai lupa kalau dia butuh pendamping,"jawab Bu Sarah.

"Jadi gimana? Mau dinner kapan nih?"tanya Bu Sarah.

"Emm, aku bicara in dulu sama Ava ya,"jawab Umi merasa tak enak.

"Oke-oke."


–o00o–

Waktu sangat cepat berlalu, pagi berganti siang, siang berganti sore, dan kini sudah berganti malam.

Selepas kepergian Bu Sarah, Umi terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Mereka sudah melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, seperti biasa mereka akan kumpul di ruang keluarga.

"Abah, teman Umi mau mengenalkan anaknya pada Ava. Dia mengajak keluarga kita makan malam bersama."ucap Umi pada Abah.

Abah terdiam sebentar."sudah lama kita tidak bersilaturahmi dengan keluarga teman Umi, terima saja ajakan itu,"ucap Abah.

Ava terkejut mendengar ucapan Abah, walaupun berniat bersilaturahmi itu sama saja dengan menerima maksud dari Bu Sarah yang ingin mengenalkan anaknya.

"Tidak baik, menolak orang yang ingin bersilaturahmi,"ucap Abah mengerti dengan tatapan yang Ava berikan.

Ava hanya bisa menurut ia tak mau menjadi anak yang tak patuh pada orang tua. Tetapi, tetap saja hati nya merasa gelisah, pikirannya melayang pada kejadian satu tahun yang lalu, saat pria itu memintanya untuk menunggu kepulangannya.

Ava pun ijin untuk kembali ke kamarnya karena malam semakin larut. Kini Ava sedang duduk di atas kasur, saat ini otak nya dipenuhi segala pikiran. Sebenarnya, ini bukan pertama kali nya ada seorang pria yang ingin mengenalnya lebih dalam setelah kepergian Gara.

Tapi kali ini pria yang akan dikenalkan padanya adalah anak dari sahabat Uminya. Tentu saja menjadi lebih berat, pasti Umi nya lebih mendukung.

Segala macam asumsinya bertebaran di dalam kepalanya, tak tahu harus berbuat apa akhirnya Ava memutuskan untuk tidur.

–o00o–

Terasa seperti kemarin baru membicarakan, namun waktu begitu cepat. Kini kedua keluarga itu sedang berada di ruang makan. Keluarga Bu Sarah memutuskan agar keluarganya saja yang datang ke pesantren.

Sedari pagi Umi nya sudah sangat sibuk mempersiapkan segala macam makanan untuk malam ini, mau tak mau Ava pun ikut membantu Umi.

Setelah bersalaman dan saling menanyakan kabar kedua keluarga itu kini sedang menyantap hidangan yang ada di atas meja.

Ava hanya diam tak mau ikut campur, melihat Uminya yang sangat antusias menyambut sahabatnya.

"Kok Ava dari tadi diam saja? Kamu lagi sakit ya?"tanya Bu Sarah.

"ngga kok Bu, saya baik-baik saja."jawab Ava sembari tersenyum.

Pria yang sedang duduk selisih dua kursi dengan Ava, menatap ke arah Ava dengan tatapan kagum.

Ya, dia adalah anak dari Bu Sarah yang bernama Garen Pratama. Ava yang merasa terus diperhatikan pun sedikit merasa risih, ia kembali menundukkan kepalanya.

PSYCOPATH  INSAF (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang