Kota Tua

4 6 0
                                    


"Nath, pacaran yuk."

Nathalia melongo tak percaya mendengar ucapan Julian. Gadis itu menempelkan telapak tangannya di kening Julian, ia semakin yakin cowok itu gila. Atau mungkin dia kerasukan makhluk penunggu Taman Fatahillah ini.

"Lo ... Sehat?"

"Ah---gue sehat, kok. Hehe ...." Julian tertawa canggung. Ia tidak sadar saat berkata seperti itu. Mulut sialan! Umpatnya dalam hati.

"Ngeri gue deket-deket sama Lo." Nathalia bergidik, lalu melenggang pergi menuju tempat penyewaan sepeda. Meninggalkan Julian yang diam di tempatnya sembari menutup mulut.

Nathalia mendekati pria paruh baya yang menyewakan sepeda. Gadis itu tersenyum ramah, "permisi, pak. Harga sewa satu jam nya berapa, pak?"

"Setengah jamnya cuma dua puluh ribu, Mbak," jawab pria tersebut.

"Saya sewa satu jam ya, Pak."

"Baik, Mbak. Mau yang warna apa sepedanya?"

"Warna biru, Pak," jawab Nathalia. Bapak tersebut segera menuntun sepeda berwarna biru itu ke dekat Nathalia.

"Ini--"

"Saya yang warna pink, Pak," serobot Julian tiba-tiba. Membuat pria setengah baya itu berjengit kaget.

"Ini, Mas," ucapnya sopan sembari menyerahkan sepeda yang akan di sewa Julian.

Nathalia menatap Julian aneh. Mulai dari mobil sampai detik ini Julian tak berhenti senyum-senyum sendiri. Ia kira Julian yang selama ini Nathalia lihat saat berkumpul atau bahkan bertanding game adalah cowok yang cool, irit bicara. Tapi ternyata Julian yang ia lihat ini sangat freak. Jauh sekali dari yang sering ia lihat di berita-berita e-sport. Bagaimana tanggapan fans-nya nanti jika tahu seorang Julian Aezar gila? Tukang senyum-senyum sendiri.

"Lo terpesona sama gue, kan?" Julian menaik turunkan alisnya menggoda.

"Dih, najis!" Gadis itu memutar bola matanya malas, kemudian mulai melajukan sepedanya meninggalkan Julian.

"Ditinggal mulu gue." Tanpa berlama-lama lagi, Julian segera menyusul Nathalia menyamakan laju sepedanya agar bisa bersisian dengan sang gebetan.

Ia sesekali melirik Nathalia yang menurutnya sangat cantik. Semilir angin mengibaskan sebagai rambut gadis itu yang terurai. Damage-nya physical attack ini! Gak ngotak, batinnya.

"Terpesona, huh?"

"Iya."

"Ihh ... Najis banget Lo, Lian!" Nathalia melajukan sepedanya lebih cepat lagi, Julian makin kesini malah makin kesana. Ia semakin ngeri. Ia kembali ke tempat penyewaan tadi untuk mengembalikan sepedanya.

"Pak, saya sudah selesai sewa sepedanya," ucap Nathalia sambil menyerahkan uang berwarna biru.

"Tapi, kan, setengah jam juga belum, Mbak. Uangnya juga kebanyakan."

"Buat bapak aja, terima kasih." Nathalia menunduk sopan kemudian berlari menuju museum Fatahillah. Berusaha menghindari Julian yang pasti akan mengejarnya.

Saat masuk ke dalam museum, gadis itu menatap kagum pada koleksi benda-benda peninggalan zaman kolonial Belanda dulu. Mulai dari mebel, keramik, senjata dan barang-barang lainnya. Sesekali ia juga melakukan selfie dan menguploadnya di Instagram.

Harga tiket masuk ke dalam Museum ini juga sangat terjangkau, berkisar Rp 2.000 untuk anak-anak dan Rp 5.000 untuk dewasa.

Nathalia berjalan ke arah dinding yang  terdapat lempengan batu bergambar  kapal VOC, lalu mengambil beberapa foto selfie. Ia juga mengambil foto di mural yang dibuat oleh Haridjadi Sumodidjojo, namun mural tersebut belum selesai.

"Gue aja yang fotoin." Julian tiba-tiba merampas ponsel dari genggaman Nathalia, membuat gadis itu memukul pundaknya.

"Ish, siniin hapenya," ucap Nathalia ketus.

"Lo tinggal pose aja," ucap Julian santai, tangannya ia angkat tinggi-tinggi supaya Nathalia tidak dapat menjangkau ponselnya.

Nathalia menginjak kaki Julian pelan lalu menurut saja apa yang dikatakan cowok menyebalkan ini. Ia jengah menghadapi tingkahnya.

Tanpa Nathalia sadari, Julian tengah memotret Nathalia menggunakan handphone miliknya. Bukan milik Nathalia.

"Mana liat fotonya."

"Nih." Julian menyerahkan ponsel Nathalia, lalu pergi meninggalkan gadis itu sembari bersiul pelan.

"Lah, foto guenya mana?" Nathalia menatap heran pada galeri nya, masa sih, Julian se tolol itu?

"Julian anjeeng!"

....

Cafe Batavia.

Di sinilah mereka berada sekarang. Setelah aksinya yang meninggalkan gadis galak itu tadi, Julian langsung mengajak  Nathalia untuk makan di cafe ini. Awalnya gadis itu menolaknya dan ingin pulang sendiri dengan naik grab.
Namun, karena dirinya menakuti gadis itu dengan kejahatan yang sedang marak terjadi, gadis itu mengurungkan niatnya dan menuruti Julian. Meskipun beberapa umpatan tidak berhenti keluar dari mulutnya.

"Mau makan apa?" Tanya Julian saat waitress memberikan buku menu.

"Terserah."

"Kita pesan kerak telor, lontong balap, laksa Betawi, roasted chicken, smoked beef. Minumnya Deconstructed Ice Cream Sandwich Milkshake, Reese's Peanut Butter Milkshake, Mbak."

"Baik. Ditunggu, kak, pesanannya."

Julian tersenyum kecil melihat Nathalia yang cemberut dan memalingkan wajahnya. Kenapa Nathalia selalu imut di matanya? Julian kan jadi gemas dibuatnya.

"Nath ...."

"Gak usah manggil-manggil!"

"Ya udah, deh. Sebagai permintaan maaf gue yang paling tulus, lo mau gak jadi pacar Julian Aezar roamer team Black Venom?"


MY BOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang