Putus

28 14 6
                                    

Ditengah suasana gembira menyambut tahun baru, banyak orang yang bercanda dan tertawa bersama keluarga ataupun teman, sibuk membakar jagung atau membuat pesta kecil untuk ikut memeriahkan, juga ada yang sebatas mengobrol sambil menatap langit yang kini dihiasi pancaran cahaya warna-warni dari kembang api.

Seorang gadis menjauhi kerumunan teman-temannya sambil menatap marah pada sebuah chat yang dikirim Nando sang pacar. Tangannya terkepal kuat sesaat sebelum ia memutuskan untuk menelepon laki-laki itu.

"Maksud lo apa tiba-tiba minta putus?!" ucap Nathalia dengan emosi tertahan.

"Gue udah gak sayang sama lo, gue jijik. Gak nyangka selama ini gue pacaran sama cewek gak bener," 

"Jijik?!" Tanya Nathalia tidak mengerti. Seingatnya, selama enam bulan berpacaran dengan Nando ia tidak pernah bertingkah aneh sampai membuat cowok itu ilfill.

"Iya, gue jijik. Ternyata pas lagi susah lo pernah jual ke--"

Tahu apa yang akan diucapkan Nando, emosi Nathalia meledak. Wajahnya semakin merah padam menahan amarah.

"Anjing, lo!! Lo jangan sok tahu soal kehidupan gue ya, babi!! Gue gak pernah kayak gitu, Ndo!"

"Gak usah bohong! Dasar ja--!"

"Anjing!!" umpat Nathalia, lalu mematikan sambungannya sepihak. Ia tidak ingin mendengar kata itu keluar dari mulut Nando.

Ia berjongkok di bawah pohon kelengkeng lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Nathalia menangis, luka lamanya kembali terbuka saat Nando mengatakan itu.

Tidak ada yang tahu tentang masa lalunya seperti apa. Bahkan pada teman-temannya pun, ia tidak pernah bercerita mengenai itu. Lantas, Nando tahu dari mana itu semua? Ia tidak mau ini menjadi ancaman untuk kedepannya.

"Huft." Nathalia menghela nafas berat, ia memejamkan matanya sejenak guna meredam sedikit rasa sakit hatinya.

Ia membuka kamera di ponselnya untuk memastikan matanya tidak sembab. "Kok, sakit ya," gumamnya sembari memukul dadanya berharap sesaknya menghilang.

"Tapi, gapapa, gue pasti bisa dapetin cowok yang lebih baik dari dia. Ya, harus dapat," ucapnya penuh tekad.

"Apanya yang harus dapat?" Tanya Milla yang tiba-tiba muncul dari balik pohon tempat Nathalia sembunyi.

"Astaga! Bangsat lo, Mill!" Nathalia tersentak kaget, kenapa Milla bisa ada di sini? Apa Milla mendengar semuanya?

"Jawab dong, Nath, pertanyaan gue. Kepo tahu." Milla menarik tangan Nathalia agar sedikit menjauh dari balik pohon yang minim cahaya.

"Itu-- pas turnamen nanti kita harus dapet piala, gitu maksud gue. Uhuk, uhuk ...." Nathalia pura-pura batuk agar rasa gugupnya menghilang.

"Kalo urusan turnamen sihh, iya gue juga pengennya menang. Gue juga butuh uang banget buat beliin adik motor Vespa yang dia mau," jelas Milla jujur.

"Kita harus lebih baik lagi belajar soal makro mikro, di turnamen kemarin kita gagal juara gara-gara pemahaman makro kita kurang."

"Betul. Yok, Nath, kita ke temen-temen lagi, mereka pada nunggu lo yang tiba-tiba ilang tahu." Milla menarik tangan Nathalia agar gadis itu mengikutinya. Di antara temannya yang lain, Milla adalah orang yang paling dekat dengannya. Sedangkan yang lain, sebagian ada yang kurang nyaman dengan mulut Nathalia yang sudah mirip kebun binatang.

"Ngilang ke mana lo, Nath? Kita nunda makan-makan gara-gara lo, nih!" Semprot Keenan yang sudah tidak bisa menahan rasa lapar lagi.

"Bacot banget sih, lo! Tinggal makan duluan apa susahnya!" jawab Nathalia nge gas.

"Santai Nath, santai," ucap Thalita sambil menahan tawa karena melihat wajah shock Keenan yang barusan dibentak.

Nathalia duduk di sebelah Shira lalu mengambil jagung bakar dan memakannya dengan rakus.

"Rakus amat lo kaya babi," ejek Calvin.

"Biarin," jawab Nathalia acuh. Tak peduli ia mau disamakan dengan babi, badak, anoa, atau anakonda sekalipun. Yang penting adalah perutnya kenyang dan moodnya kembali membaik.

Teman-temannya yang lain tidak ada yang ingin berbicara lagi dengan Nathalia. Ada yang malas meladeni ocehan Nathalia karena terbilang melantur, bahkan sampai takut terkena bentakan. Padahal mereka sudah mengenal dan sering bersama dengan Nathalia selama satu tahun, harusnya mereka memaklumi perkataan Nathalia yang sarkas seperti itu.

"By the way, Nath, lo gak pengen ajak Nando ke taman belakang GH kita? Biasanya dia pengen nempelin lo terus," tanya Elazhar, biasanya saat kumpul seperti ini Nando selalu menelepon atau spam chat Nathalia karena kesal tidak diajak.

"Gue udah gak ada urusan sama dia."

"Maksudnya?" tanya Qiana penasaran.

"Gue udah putus sama dia." Nathalia menatap sebal Qiana, cewek imut berbando kelinci.

"What?!!" Semuanya memekik kaget. Sejak kapan mereka putus? Apa yang menjadi penyebab kandasnya hubungan pasangan ini? Itulah pertanyaan yang ada di benak mereka semua.

"Kenapa?" tanya Milla. Ia langsung memeluk Nathalia tanpa memedulikan gadis itu yang sedikit risih. Pikirnya, Nathalia sekarang dalam kondisi yang sangat sedih.

"Dia punya cewek baru."

"Gila, gila ... Numpang tenar doang tuh curut," seru Calvin sambil memukul bahu Keenan kencang.

"Tapi ... Lo kok, gak nangis Nath?" Milla bertanya kembali.

"Emang harus gue nangis? Meraung-raung di sini gitu, Mill?"

"Ya--ya enggak, sihh."

"Perasaan kalian baik-baik aja deh," sahut Alga.

"Gak selamanya yang diperlihatkan pada banyak orang itu kondisi aslinya, Alga," jelas Nathalia malas.

Benar juga yang dikatakan Nathalia. Di depan banyak orang bisa saja mereka terlihat baik-baik saja, saling memadu kasih seolah dunia hanya milik berdua. Tapi di belakang? Mereka tidak tahu berjalan seperti apa hubungan keduanya.

MY BOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang