Bab 16

217 26 2
                                    


Pukul 10 malam pas, Qin menginjakkan kaki di rumah. Melangkah ia masuk ke dalam rumah, benyanyi dan bersiul. Qin tiba-tiba berhenti, ia merasa heran kenapa rumah ini sepi sekali, dan lampu-lampu juga mati, hanya sedikit saja penerangannya, pikirnya. Dia tidak melihat Everest dan asisten Fadil yang biasanya berkeliaran di ruang tamu. Apa mungkin mereka berdua sedang pergi ke luar? Ah, masa bodoh. Kenapa juga ia harus penasaran.

Qin mengangkat bahu acuh, bukankah seharusnya ia senang jika pria itu tidak ada di rumah? Rumah 'kan jadi lebih damai dan aman.

Qin berjalan sambil merentangkan tangannya dan menguap. Ngantuk sekali, gumamnya. Membuka pintu kamar dan masuk.

"Lelah sekali... Aish sialan!!"teriak Qin kaget,"Bedebah sialan! Kau mengangetkan aku!"Qin mengelus dada, hampir saja dia jantungan.

Everest menatap tanpa ekspresi.

"Tunggu dulu. Hei hei! Kenapa kau bisa ada di kamarku? Kau pasti mau mencuri, ya?!"tuduh Qin. "Iya 'kan kau mau mencuri barang-barang ku? Benar sekali. Kau pasti mau mencuri!"

"Apa menurutmu aku yang kaya ini masih butuh barang murahan yang ada di kamarmu ini? Yang benar saja."Everest berdecih.

"Apa kau bilang? Barang murahan. Benar-benar menjengkelkan."gerutu Qin kesal. "Sekalipun barang murahan bisa saja kan kau beralasan saja."

"Mulutmu itu minta dijahit ya. Sudah aku bilang, aku tidak mencuri barang jelek di kamar ini."decak Everest, ikut emosi jadinya.

"Oh ya? Terus aku harus percaya gitu? Bisa saja kan kau hanya beralasan saja."ucap Qin, membuat Everest geram.

"Barangku memang murahan dan jelek. Tapi, aku ini dokter hebat. Kau masuk ke kamarku tanpa ijin pasti ada yang kau cari. Jangan-jangan kau mau mencuri resep obat rahasiaku?"

Everest tertegun.

"Tuh 'kan! Kau saja tidak bisa menjawabnya. Berarti benar. Kau mau mencuri resep obat rahasiaku. Tidak tahu diuntung."tunjuk Qin marah.

Everest mendengus. "Aku tidak se-picik itu. Jika aku mau, mungkin sudah aku lakukan dari awal. Kenapa harus menunggu hari ini?"

Qin terdiam.

"Oh ya? Apa kau bisa menjelaskan ini?"Everest menunjukkan lingerie merah muda yang dia temukan di lantai kamar Qin.

Mata Qin melebar sempurna melihat lingerie tidur miliknya di tangan Everest.

"Bukan apa-apa."pipinya bersemu merah. Ia merebut lingerie itu. Namun, Everest dengan cepat menariknya.

"Berikan padaku."pinta Qin. Everest tersenyum menyeringai.

"Kenapa kau menginginkannya?"Qin sontak terdiam. "Bukankah ini pakaian wanita. Tapi kenapa ini bisa ada di kamarmu?"

"CK! Banyak bicara. Cepat berikan padaku."

"Aku akan memberikannya. Tapi, tunggu sampai kau menjawabnya."ucap Everest dengan mata mengejek.

"Aish, bedebah sialan...!"

"Apa?"

Qin melotot tajam. Ingin rasanya mencabik-cabik wajahnya detik ini juga. Senyum tengil yang menyebalkan, gerutu Qin. Qin tidak boleh terpancing. Jika tidak, akan berantakan. Qin mengatur nafas, menahan emosi.

"Baiklah."Qin menghembuskan napas. "Aku akan mengatakannya padamu. Itu memang pakaian wanita. Kau pasti merasa heran, kenapa aku memilikinya."

"...."

"Kau tahu, aku ini mempunyai kebiasaan aneh yang tidak semua orang tahu. Kebiasaan aneh yang bisa membuat orang bergidik ngeri, hufft."Qin merubah rautnya, menghela napas dan duduk di kasur.

The Billionaire Romance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang