18. Menuju

241 28 1
                                    

Kakashi membuka pintu bis, bisa ia lihat tumpukan mayat hidup yang menggunung di sekitar kendaraan. Menginjakan kaki dengan hati-hati sekedar memastikan apakah aman untuk dilintasi atau tidak. Pijakannya sedikit goyah tatkala mulai melangkah karena tumpukan mayat hidup yang berserakan tersebut. Nampaknya ia harus meminta bantuan para-laki-laki untuk setidaknya sedikit menyingkirkan mayat hidup yang menghalangi jalan agar para murid perempuan bisa lewat dengan aman.

Membalikan badan dilihatnya Guy yang juga sudah berdiri di pintu bis, "Ku rasa kita harus menyingkirkan terlebih dahulu tumpukan mayat hidup ini, Guy," Lalu Kakashi pun melihat ke arah Issei serta yang lainnya yang juga melihat di jendela, "Jadi, Issei. Apa alasanmu menggunakan senjata di toilet tadi sehingga kita semua harus berurusan dengan banyak sekali mayat hidup?"

"ketika aku membuka pintu toilet, tiba-tiba saja aku dikagetkan mayat hidup yang ingin menyerangku. Jadi aku reflek menembakan senjata."

Kakashi mengangguk sekali bersamaan dengan membuang nafas pelan mengerti alasan Issei menembak. Pun dengan yang lainnya yang juga mengerti karena sudah mengetahui kronologis sebenarnya.

.

.

.

NARUTO © Masashi Kishimoto

HIGHSCHOOL DxD © Ichiei Ishibumi

Warning: Alternative Universe, Out of Characters, Mature for Violence

Genre: Action, Fiction, Horror, Drama

.

.

.

Butuh sekitar hampir tiga jam bagi para laki-laki tersebut untuk membersihkan area pengisian bahan bakar dari tumpukan mayat hidup termasuk Naruto dan Vali yang juga ikut membantu. Para mayat hidup yang sudah dikumpulkan di tempat lapang pun lalu dibakar dengan jarak yang cukup jauh dari tempat pengisian bahan bakar. Bau menyengat khas daging dibakar pun menyeruak memasuki indera penciuman mereka semua.

Sebenarnya mereka jijik untuk melakukan hal tersebut, bahkan beberapa dari mereka sampai muntah yang salah satunya adalah Chouji dan Issei yang tidak kuat mencium aroma busuk dan wajah hancur dari mayat hidup tersebut. Dan untuk mengurangi efek tersebut mereka pun menggunakan sapu tangan atau blazer yang dikenakan untuk menutupi hidung mengurangi efek bau busuk dari para mayat hidup.

Cara ini (red. dibakar) dilakukan tentu saja untuk mencegah penyakit yang bisa ditularkan dikemudian hari oleh para mayat hidup tersebut, bisa saja mereka memilih mengubur jasad tersebut, tapi itu akan memakan waktu yang lama dan juga tenaga yang pasti semakin banyak terbuang mengingat jumlah mayat hidup yang sangat banyak tersebut. Dan cara dibakar pun menjadi pilihan tepat yang mereka pilih untuk lebih menghemat waktu dan tenaga.

Area pengisian bahan bakar sudah bersih dari mayat hidup, namun tidak dengan darah yang hampir mengering yang masih mengotori area tersebut. Para murid perempuan yang memang disuruh menunggu di dalam mereka keluar satu-persatu setelah Anko mengizinkan. Dan diseberang tempat yang di mana Naruto juga menaiki kendaraan APV dua gadis tadi pun keluar kembali setelah menunggu area bersih dari mayat hidup. Tapi anehnya hanya satu gadis yang tidak ikut keluar dan hanya terus duduk terdiam.

Mereka semua melihat para lelaki yang masih di seberang sana dengan api yang membumbung tinggi dan asap hitam yang terus menjulang hingga ke langit. Anko pun lalu memilih untuk menghampiri kedua gadis yang masih berdiri melihat ke arah sana sedikit melambaikan tangan kanannya pada mereka dengan sedikit senyum yang tersungging diwajahnya, "Hai. Namaku, Anko. Jadi... Apa kalian selama ini bersama Naruto?"

Dead AliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang