"AAAA LARIIII" Linzy, gadis itu tengah lari terbirit-birit dari kejaran panglima perang dirumahnya. Zana, sang mommy galak yang selalu siap mengeluarkan tanduk saat mengamuk.
Awalnya mereka hanya duduk-duduk santai, sebelum akhirnya Zana mulai membicarakan perjodohan bocah itu. Yang langsung membuat siempu ketakutan setengah mati dan memilih melarikan diri.
"KEMARIN KATANYA MAU NIKAH!! SEKARANG UDAH DAPET JODOH MALAH LARI!! BALIK GAK KAMU!!"
"LIZY NGGAK MAU KALO SAMA OM OM!! AH NOOO!!" pekiknya yang masih berlari kemana-mana memutari rumah. Mulai dari ruang tamu sampai taman halaman belakang, naik ke lantai dua kemudian kembali turun ke lantai satu, menghindari para bodyguard Daddynya yang ikut mengejar.
"LIZY MAU DIGADAIIN BUAT BAYAR UTANG KAN?! LIZY NGGAK MAU DIJUAL, MOMMY!!"
"KAMU ITU NGGAK DIJUAL, LINZY DOMINIC!! MAKANYA BERHENTI BACA CERITA NGGAK JELAS DI HP KAMU!!"
"POKOKNYA LIZY EMOH!!"
Naren Dominic, selaku suami sekaligus ayah dari kedua orang itu duduk disofa ruang tamu, hanya menonton drama kejar-kejaran didepannya sambil terus mengusap wajahnya stress, sedikit mengalami tekanan batin.
Tolong, rumah besarnya ini bukan hutan, jadi kenapa harus saling berteriak sih?!
Pria itu meringis ngilu saat melihat sang putri tersungkur kelantai, akibat menabrak rak yang berisikan koleksi buku bergambarnya. Tanda kalau drama telah usai.
Lihat saja, gadis itu sudah siap meledakkan tangis, namun saat melihat sang Mommy menatapnya garang dengan tanduk, Linzy buru-buru menyeka air matanya.
"Larinya udah?" Suara itu sebenarnya terdengar lembut, namun Linzy masih terduduk ditempatnya dengan menunduk takut.
Sesekali mengusap pantatnya karena perutnya terbentur pinggiran meja..
Aneh? Jangan heran ya, keajaiban bocah itu memang diluar akal sehat manusia cantik seperti kalian yang membaca..
Wanita paruh baya itu akhirnya berjongkok didepan Linzy "Sakit nggak perutnya? Tadi nabraknya kenceng banget, sampe bunyi Duarr, gitu."
"Mommy nggak usah ngelawak"
Wanita itu terkekeh "Sakit?"
"Umm, tapi nggak papa"
"Mommy pengen lihat perutnya"
"Nggak mau, Lizy nggak papa." kilahnya berdusta, perutnya saja terasa sangat nyeri, belum lagi lututnya yang ikut membentur lantai.
"Sayang.. Mommy mau lihat sebentar. Hmm?"
Diperlakukan dengan begitu lembut, Linzy mengalah. Secara perlahan tangan gadis itu sedikit menyingkap kaus yang ia pakai, memperlihatkan kemerahan yang tercetak jelas disekitar pusarnya.
Menghela nafas, Zana kemudian tersenyum kecil pada sang putri.
"Lizy bisa bicara baik-baik sama Mommy. Nggak perlu lari-lari kayak tadi. Kalau udah jatuh gini sakit kan? Untung cuman lebam, kalau sampai kakinya Lizy yang patah, gimana?.."
"Nggak mau.." jawab gadis itu dengan suara parau, bibir bawahnya ia gigit keras. Berusaha menahan tangis.
"Nah, makanya lain kali hati-hati ya, cerobohnya dikurang-kurangin. Mommy khawatir kalau Lizy sampai kenapa-napa. Mommy sering nggak bisa jagain Lizy kalau keluar kota sama Daddy"
"Umm.. maafin Lizy, Mommy."
Tangis gadis itu pecah seiring dengan usapan Zana pada punggungnya. Hal itu berlangsung cukup lama, karena gadis itu terus menolak melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get Her
PovídkyUntuk beberapa alasan, ketenangan Nadine berubah total ketika Linzy; gadis pecicilan yang suka mencari perhatiannya menerobos masuk kedalam hidupnya ▪︎arieSky___