Papa I

3K 170 17
                                    

Tobio baru saja menyelesaikan sepasang suami istri yang berhutang padanya dan tak membayarnya hingga sekarang. Membuatnya muak dan memilih memusnahkannya hingga lenyap. Bersama bawahan juga teman-temannya yang ia percayai. Mereka tak pernah mengharapkan kejutan ini di rumah besar ini, seorang balita berusia tiga tahun duduk termenung di kamar luas yang memiliki jendela besar.

Bersurai jingga dan bermanik madu, menatap pada kelompoknya yang menodongkan senjata tajam dan senjata api dengan mata paling jernih dan paling polos. Berkedip lambat hingga membuat efek slow motion bagi Kageyama Tobio yang beberapa detik ini terhipnotis.

Hingga suara malas Tsukishima Kei menyadarkannya.

"Haruskah aku bunuh juga yang satu ini?" Membuatnya mendapat pukulan di kepala belakangnya dari Sugawara Koushi.

"Dia masih kecil, jangan bicara sembarangan di depannya!" Ucap pria bersurai abu-abu itu sembari melangkah mendekati bocah tiga tahun itu. "Halo, siapa namamu?" Sugawara memulainya dengan baik, menyimpan senjatanya dan mengulurkan tangan kosongnya pada bocah itu.

"Shouyo" Jawabannya jelas, tak ada cadel yang biasanya dimiliki anak berusia di bawah lima tahun. Sesuatu yang membuat kelompok Kageyama terkejut.

"Shouyo, kah? Nama yang bagus" Puji Sugawara sembari mengangkatnya perlahan ke dalam gendongannya.

Saat Sugawara kembali ke kelompoknya, bocah itu hanya diam. Dengan manik besarnya yang terus menatap pada satu orang. Yap, mereka tak terlalu menyadarinya hingga Sugawara sudah sangat dekat dan bocah itu mengulurkan tangannya ke arah bos mereka. Lengkap dengan panggilan yang membuat mereka terkejut, lagi.

"Papa"

Pada Kageyama Tobio yang membeku. Tangan mungil dan berlemak bocah itu terulur, seolah minta di gendong. Semuanya diam, memproses apa yang terjadi hingga tawa dari Kuro dan Bokuto meledak.

"Papa gendong aku, papa" Kuro dengan suara yang dibuat seperti anak kecil mulai berbicara yang hanya dibalas tawa keras dari Bokuto. Membuat ekspresi Tobio semakin datar.

"Akaashi-san, tolong" Ucap Kageyama singkat, yang langsung di angguki oleh sang empu yang mengerti. Menendang betis kedua pria besar itu hingga keduanya mengaduh kesakitan. Dan Tobio puas.

Tobio mengambil alih bocah dalam gendongan Sugawara, walau ia sedikit tak nyaman dengan binar dari tatapan manik madu itu. "Panti asuhan mana yang dekat dari sini?" Tanyanya pada yang lainnya sembari berjalan keluar dari kamar itu, diikuti yang lain.

"Ada satu, tapi Kageyama, apa kau yakin? Kita bisa merawatnya" Ucap Sugawara mencoba membujuknya.

"Aku pastikan Suga-san, aku sangat-sangat yakin" Ucap Tobio tak mau di bantah. "Lagipula aku tidak mau berurusan dengan bocah cengeng dan manja" Lanjutnya.

"Huaaa Sho maunya sama papa" Bocah itu berteriak, tapi bukan menangis. Ia seolah mengerti dengan apa yang Sugawara dan Kageyama bicarakan.

"Aku bukan papamu!"

"Hiks papa jahat! Huaaa" Dan lagi itu air mata palsu, Tobio sangat yakin itu, bocah ini hanya sedang berakting. Tapi Sugawara terpengaruh, mengambil alih gendongan bocah itu dan mempuk-puk pantatnya hingga tenang.

Bajingan kecil.

Jadi dengan berat hati Kageyama menyetujui untuk merawat monster kecil itu di kediamannya dan ekspresinya semakin tak enak dilihat saat bocah itu memaksa untuk tidur dengannya. Bahkan tangan kecil itu sangat kuat dalam mencengkeram bajunya dan dia akan menangis keras yang memekakkan telinga jika tak dituruti. Bahkan menolak ajakan Sugawara yang sudah mencoba dengan sangat sangat lembut.

Sialan, Kageyama lelah oke? Dia hanya ingin istirahat tanpa ada gangguan sekecil apapun. Hah.

Tapi bocah itu bahkan tak mau tau dengan hal itu, membangunkannya ditengah malam hanya untuk buang air, beralasan tingginya tak sampai. Memang sih.

Oneshoot HinaKageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang