⏳BAB 1. Tanya?

18 7 0
                                    

Sebelum kalian baca cerita ini, tolong berikan Harum cinta💕 biar semangat!

Dan berikan Maw bintang✨ biar makin semangat lagi🔥

Sudah siap membaca cerita ini?

Kalau sudah siap, Selamat membaca bestie💕


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ada berapa pertanyaan dalam benak kamu yang sampai saat ini masih belum mendapatkan jawabannya?

Hembusan angin yang tidak begitu kencang itu cukup memberi rasa segar untuk perempuan yang kini sedang berkutat dengan laptop miliknya.

“Rum!” panggil seseorang membuat sang empu yang sedang asik berkutat itu kini mendongak. Lalu saat tahu siapa yang memanggilnya, dia tersenyum.

“Gue cariin kemana, tahunya lo di sini,” ujar perempuan dengan rambut ikal yang memiliki kulit sawo matang dan terkenal dengan senyuman manisnya.

Harum kembali fokus kepada laptop yang sedang menyala itu, kembali hanyut dalam dunia yang ia ciptakan sendiri.

Tiga hari lagi Harum akan melaksanakan sebuah challenge menulis selama tiga puluh hari lamanya dan Harum kini sedang menyiapkan naskah yang akan ia ikut sertakan. Sedikit mengabaikan keberadaan sahabatnya saat ini yang sudah menggerutu kesal di sampingnya.

Menulis di belakang rumah dengan disuguhkan sebuah taman kecil dan pepohonan yang menyejukkan mata dengan gazebo kecil dan ditemani dengan kue bolu tape yang nikmat.

Cukup membantu Harum dalam melancarkan imajinasinya dan juga menaikkan moodnya yang suka hilang timbul.

“Gue baru pulang dari tempat kerja, lo malah ngacangin gue,” cibir orang yang ada di sampingnya.

Harum menolehkan kepalanya sejenak lalu kembali fokus kepada laptop miliknya. “Terus gue harus gimana?”

“Ya, lo sambut gue atau gimana gitu karena sudah seharian ini bekerja keras.”

Harum berdecak kesal, Lan temannya ini sungguh sangat cerewet dan bikin kepala Harum ingin meledak.

“Lebay Lo!” cibir Harum lalu menutup laptop miliknya setengah, tidak benar-benar ditutup. Dia tidak akan bisa fokus jika ada Lan di sekitarnya. Perempuan itu tidak pernah bisa membiarkan hidup Harum tenang. Benar-benar menyebalkan!

“Rum, Kakak lo mana? Belum pulang?” tanya Lan sembari celingukan mencari keberadaan Manggala—kakak Harum yang berbeda usia lima tahun.

“Gak tahu, kerja kali,” balas Harum cuek. Setelahnya kembali membuka laptop miliknya. Lebih baik melanjutkan naskah miliknya ketimbang meladeni Lan yang kini sedang mengoceh tidak jelas.

Sandyakala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang