⏳BAB 5. Stuck in the moment

6 4 0
                                    

Hari ini sebelum Banyu ke toko es krim miliknya, dia sudah ada janji terlebih dahulu dengan kedua sahabat karibnya yang baru saja tiba di kota Cilacap. Bertemu di tempat kost milik Banyu yang berada di jalan dr. Soetomo tepat di belakang penjual milkshake.

Banyu sendiri sengaja memilih tempat kost berlantai dua ini karena dekat dengan masjid. Meski, tiap malam dia harus begadang karena kerapkali anak tetangga kost rewel dan menangis. Godaan dan ujian di sini cukup banyak. Maklum tempat kost yang sekarang Banyu tempati ini bukan tempat kost khusus laki-laki melainkan campuran. Membuat Banyu terkadang butuh uang yang banyak agar bisa mendapatkan tempat kost yang nyaman dan tidak bising.

“Lo kapan move on? Bukannya dia selingkuh dan bahkan awet sampai sekarang?” Banyu sedikit kurang terima dengan ucapan Kino. Laki-laki itu tidak tahu saja bahwa yang di sini brengsek sesungguhnya adalah Banyu sendiri.

Rasa bersalah itu masih ada. Bahkan semakin hari semakin bertambah. Membuat Banyu ingin pergi ke Jakarta dan bersujud meminta maaf kepada perempuan yang dengan gampangnya ia sia-siakan itu. Banyu tentu menyesal. Maka dari itu ia berharap suatu saat nanti bisa dipertemukan kembali dan Banyu bisa meminta maaf atas kesalahannya dulu.

“Kita berharap lo bisa move on dari rasa bersalah lu. Kita pamit ke hotel dulu, biar nanti sore bisa ke pantai!” ujar Je dan berlalu dari kamar miliknya. Meninggalkan Banyu sendiri di dalam kamar.

Banyu tidak mengerti dengan jalan takdir dan cara bekerjanya waktu hingga ia dipertemukan lagi dengan perempuan yang sudah bertahun-tahun bertengger di hatinya. Ada rasa takut jika perempuan itu ke sini untuk berlibur dengan pacarnya yang beberapa kali perempuan itu unggah ke media sosial atau bahkan lebih parahnya lagi perempuan itu sudah menikah dan saat ini sedang honeymoon.

Banyu tidak akan pernah menyangka bahwa dengan pindah ke kota Cilacap ini akan mempertemukannya dengan perempuan yang sedari dulu membuatnya jatuh hati. Nyatanya nama Harum Santika masih tersimpan baik di dalam hatinya.

Sedari awal perempuan itu datang ke toko es krim miliknya, Banyu sudah berusaha untuk menahan diri agar tidak lepas kendali. Memeluk tubuh mungil itu dengan erat dan tidak akan pernah lagi membiarkan Harum pergi dari hidupnya untuk kedua kalinya.

Banyu sadar jika semenjak kejadian dan pertemuan dirinya dengan Harum kemarin membuat perempuan itu menjadi penasaran. Itu salahnya dan Harum dengan segala rasa penasarannya tidak akan pernah mungkin melepaskan Banyu begitu saja.

Lalu, dari jarak yang cukup dekat, hanya terhalang dua meja dari posisi Harum saat ini. Banyu bisa melihat seseorang menghampiri perempuan itu. Posisi Banyu yang memang berhadapan langsung dengan Harum membuat pandangannya tidak bisa untuk tidak menatap perempuan itu. Segala gerak-geriknya sudah Banyu rekam dalam otak.

Tubuh, logika dan hatinya kali ini benar-benar tidak sejalan, sehingga tanpa sadar dia beranjak dan mendekat ke arah meja Harum dan tentu saja Banyu langsung mendapatkan respon terkejut dari kedua perempuan itu. Namun, karena sudah kepalang basah akhirnya langsung saja ia nyemplung sekalian ke dalam jurang gugup yang ia ciptakan sendiri.

“Hai! Boleh gabung?” Banyu berusaha untuk berujar senormal mungkin. Dia selalu saja gugup dengan disertai rasa tidak percaya diri setelahnya. Ini sungguh sudah sangat terlambat untuk kembali ke mejanya. Gerutu Banyu.

“Boleh banget!” seru perempuan yang sempat Banyu dengar tadi bernama Boci, Oci, atau bocil? Entahlah, yang bisa Banyu lakukan hanya melemparkan senyum tipis. Lalu, meletakkan pantatnya di atas bangku tepat sebelah Harum. Jantung Banyu dibuat bergetar, sudah lama ia tidak duduk bersebelahan dengan Harum selama lebih dari tiga puluh menit.

“Jadi, Mas ....” Ucapan Bocil atau siapapun nama perempuan itu sedikit menggantung. Sedikit membuat Banyu penasaran.

Banyu dapat melihat bagaimana ekspresi dari kedua perempuan yang ada di depannya yang sungguh sangat berbeda. Terlebih raut wajah Harum yang nampak penasaran dan itu sungguh sangat menggemaskan.

“Nama Mas siapa?” Banyu tersenyum tipis saat mendapati pertanyaan itu. Jika dipikir-pikir Banyu seperti laki-laki playboy yang selalu tebar pesona ke semua perempuan. Tidak tahu malu dan seenaknya sendiri dengan tiba-tiba menghampiri meja perempuan. Namun, Banyu tidak menyesal karena dengan cara ini dia bisa mendekati Harum yang mirisnya tidak ingat siapa itu Banyu Mahija.

“Banyu.” Banyu masih memandang wajah serius Harum ketika sudah di depan laptop. Dalam hati pria itu, sudah begitu banyak kalimat pujian yang dituju untuk Harum.

Ochil berdehem singkat. “Liatin temen sayanya intens banget Mas? Naksir, ya?”

“Iya.” Eh? Banyu gelagapan saat tanpa sadar mengiyakan ucapan perempuan cerewet tadi. Sukses membuat Harum menoleh dan memandangnya cukup lama. Dalam hati Banyu berharap jika Harum tidak ingat siapa itu Banyu dalam hidup Harum.

“Kalau lo naksir gue, mendingan lo buang jauh-jauh harapan dan niatan lo buat deketin gue, karena gue udah punya cowok dan gue paling benci yang namanya penghianatan. Jadi, gue gak mau jadi orang yang berkhianat,” ucap Harum, tatapannya datar dan Banyu tidak menyukainya.

Banyu bergeming di tempat. Laki-laki  itu tidak tahu akan merespon apa karena akal bawah sadarnya selalu menyuruh Banyu untuk terus bersama perempuan itu. Jika sudah seperti ini kata menyesal pun untuk apa?

Kejadian beberapa tahun lalu membuat Banyu jadi belajar banyak hal dan dia ingin waktu kembali berputar seandainya bisa.

Waktu bergulir begitu cepat. Kini, Banyu sudah kembali berkumpul bersama kedua temannya di pantai Teluk Penyu yang ada di Cilacap. Di hari weekend seperti ini pantai terlihat ramai.

“Gila! Pemandangannya indah banget!” komentar Kino. Banyu mengajak Kino dan Je ke pinggir pantai. Ombaknya tidak terlalu kencang.

“Eh, nanti kita ke warung ya. Laper gue,” celetuk Kino.

“Atau mau sekarang aja? Kita makan di deket sini aja. Di sana ada banyak warung tinggal kalian pilih mau yang mana.” Banyu menunjuk ke arah warung makan yang berjejer di pinggir jalan yang masih terlihat dari pantai.

“Sekarang ajalah. Gass, perut gue udah mulai keroncongan.” Kino tampak tidak sabaran hingga Banyu membiarkan temannya itu melangkah ke sana terlebih dahulu.

Namun, pemandangan yang tidak kalah cantik dari pantai Teluk Penyu mampu membuat Banyu terhenti. Dia segera berujar kepada kedua temannya. “Gue ke toilet dulu. Entar gue nyusul.”

Tanpa curiga Kino dan Je pergi terlebih dahulu dan Banyu pun mulai berjalan ke arah perempuan yang sedang duduk lesehan di pasir yang lumayan jauh dari pantai.

Sudut bibir banyu terangkat. Menampilkan garis lengkung yang cukup manis. Harum yang sedang serius  dengan laptopnya membuat Banyu rindu moment-moment yang pernah mereka ciptakan.

“Serius banget.” Banyu berujar dan lalu duduk di samping perempuan itu.

Perempuan itu mendongak. Bola matanya sedikit membulat. Mungkin perempuan itu sedikit terkejut akan kehadiran Banyu.

Banyu dapat melihat jika perempuan itu dengan cepat merubah raut wajahnya. Lalu kembali fokus kepada laptop miliknya.

-Pedot-

10 April 2023

Sandyakala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang