#1

14.2K 974 210
                                    

Halo selamat datang di cerita ku yang baru. Aku harap kalian akan suka dengan cerita ini. Karena beberapa waktu belakangan aku nulis cerita dengan konflik yang berat, cerita yang satu ini dibuat untuk pengimbang. Selamat membaca ❤️





























Cuaca dingin menusuk kulit malam itu. Mungkin penduduk lain lebih memilih berdiam diri di rumah, dengan secangkir minuman hangat di tangan mereka, dan menghabiskan waktu bersama para orang tersayang. Berbeda dengan halnya dominan satu ini, yang justru bukan menenteng minuman hangat, melainkan menenteng satu mantel tebal di tangannya. Berdiri di halte untuk menunggu bus terakhir berhenti guna menjemput sosok yang selama ini selalu menemani hari-harinya.

Kakinya bergerak menendang apa saja di hadapannya guna menghindari rasa bosan. Meski lama menunggu, tak membuatnya berpikir untuk meninggalkan tempat itu. Ia masih sabar berdiri di tengah dinginnya cuaca yang merasuk tubuhnya.

Tak lama, bus yang dinantikan akhirnya datang. Decitan suara rem bus, dan pintu terbuka menjadi penggiring setiap langkah yang keluar dari kendaraan besar itu.

Seseorang turun dari sana dengan senyuman manis mengembang di wajah ayunya. Mata cokelat hazel yang bulat berkilau bagai malam dengan taburan bintang di langit menatap dominan yang selalu datang untuk menjemputnya. Tubuh mungil dengan tungkai ramping semampai itu berjalan mendekat, sembari memanggil lelaki April yang kini belum menyadari keberadaannya.

“Jeno–ya...”

Insan yang baru saja mendengar suara lembut menyerukan namanya lantas mendongak. Menatap sosok yang lebih kecil, dan tersenyum manis menyambut si mungil yang ditunggunya sedari tadi.

“Kenapa selalu pakai jaket yang tipis? Hari ini sangat dingin, nanti tubuhmu membeku” ujar Jeno mengkhawatirkan si manis dengan suara beratnya yang khas. Tak ada jawaban dari lawan bicaranya yang kini hanya tersenyum kikuk sembari berjalan menggerak-gerakan pundak kecilnya pelan.

Resleting mantel tebal yang Jeno gunakan, dibuka. Lantas dominan itu merentangkan tangannya guna memberitahu pada makhluk kecil di hadapannya untuk segera masuk dalam dekapan. Tak ada penolakan, si mungil bermata bintang segera melesak pada sela-sela mantel tebal Jeno, memeluk pinggang lelaki itu, dan menyamankan dirinya di sana. Setelahnya Jeno menarik kedua sisi mantelnya untuk direkatkan agar si manis merasakan kehangatan.

Jika ada manusia lain yang melihat mereka, mungkin akan menyangka bahwa mereka merupakan pasangan. Dilihat dari bagaimana dua pasang netra itu bersibobrok dengan tatapan kelembutan, nan dalam. Belum lagi interaksi yang begitu rekat seperti pasangan yang dilanda mabuk cinta. Padahal kenyataannya mereka berdua hanya sepasang sahabat. Meski begitu tak pernah ada yang tahu jika mungkin salah satunya menaruh rasa, atau bahkan bisa saja keduanya.

“Sudah, ayo segera pakai mantel mu Renjun–ah”

Puas berpelukan untuk menghantarkan rasa hangat, kini dekapan itu saling melepas. Jeno segera membantu si manis menggunakan mantel yang sempat dibawanya tadi. Sudah menjadi kebiasaan ketika ia menjemput di waktu musim dingin, ia akan membawa mantel ekstra karena kebiasaan sahabat kecilnya itu yang sering melupakan pakaian tebal untuk menghangatkan tubuhnya dari cuaca dingin.

Selesai dengan tugasnya membuat Renjun lebih hangat, kini keduanya berjalan pulang meninggalkan halte bus, menuju apartemen mereka. Tidak tinggal bersama, unit mereka saling berhadapan. Tangan Jeno menggenggam erat telapak tangan yang lebih kecil, dan memasukannya ke saku mantelnya.

“Bagaimana hari ini? Apa Jaemin membuatmu senang?”

Fakta pahit lainnya adalah si manis Renjun yang sudah memiliki kekasih. Sedangkan sahabatnya, Jeno, sama sekali belum pernah menjalin hubungan. Ketika ditanya perihal kesendiriannya, maka Jeno hanya akan menjawab nanti akan ada waktunya.

My Yellow - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang