#7

5.5K 572 52
                                    

Jangan lupa vote dan komennya cinta❤️






















Hari kedua kepindahan Jeno, dan Renjun ke rumah baru mereka. Keduanya menggunakan jasa yang bisa membantu merapikan barang-barang di rumah baru mereka dengan cepat. Memang sebelum pindah pun beberapa furniture sudah berada di rumah tersebut, sehingga Jeno, dan Renjun hanya membawa furniture kecil yang tersisa.

Udara di sini begitu sejuk. Perumahan tempat mereka tinggal memang menerapkan konsep yang begitu asri. Jauh dari polusi, dan kepadatan kota, walaupun tempat mereka juga bukan di pedesaan. Hanya butuh 20 menit untuk sampai di pusat kota.

Jeno sengaja memilih tempat ini agar Renjun bisa lebih nyaman. Ia tahu Istrinya itu sangat menyukai tempat yang terasa menyatu dengan alam. Maka dari itu, Jeno memilih rumah ini untuk ia tinggali bersama Renjun.

Sore ini, kediaman keduanya didatangi orang tua Renjun. Mulanya orang tua Jeno juga hendak datang, namun Jaehyun memiliki pekerjaan di luar kota yang membuat ia, dan sang Istri tidak bisa hadir untuk menengok Putra juga menantunya.

Berbeda dengan kehangatan kala orang tua Jeno datang. Rasanya euphoria di sini justru terasa menegang. Renjun merasakan sesak berada di tengah-tengah antara Jeno, dan Ayahnya. Mengingat Jeno yang tidak suka pada sang Ayah begitupun sebaliknya.

“Rumahmu cukup bagus” Yuta angkat suara begitu memperhatikan setiap sudut di ruang tamu rumah baru Putranya itu. “Ya, ternyata bocah itu mampu mengurus mu dengan baik” lanjutnya lagi.

Renjun menengok wajah Jeno yang terlihat begitu tenang saat ini, walau Suaminya itu sama sekali tak melepas rengkuhan tangan kokohnya di pinggang Renjun. Bahkan ketika Renjun hendak berdiri untuk menghampiri Ayahnya, Jeno tetap menahannya.

“Jeno tolong jaga Renjun ya, mama yakin kau lebih tau mengenai apa yang diinginkannya, dan apa yang tidak dia sukai.” Winwin berujar dengan lembut pada menantunya. Jeno lantas membalas senyuman hangat Ibu Mertuanya. “Tentu mama, menjaga rubah kecil ini sekarang tanggung jawabku. Termasuk memastikan tidak ada yang boleh menyakitinya” jawab Jeno.

Yuta tahu menantunya itu bicara sembari melontarkan kalimat sarkas padanya. Tatapan Yuta tajam menusuk pada sosok Pria yang menikahi buah hatinya itu, namun Jeno nampak terlihat begitu tenang.

“Mama membawakan ramuan kesehatan untuk kalian. Sekarang cuaca tidak bisa ditebak, tetap jaga kesehatan mengerti?” Winwin mencoba mencairkan suasana.

“Terima kasih banyak mama, aku dan Renjun akan meminumnya” jawab Jeno.

“Renjun, sedari tadi baba di sini apa kau tidak berniat menyambut baba? Apa lelaki itu membuatmu durhaka pada ayahmu sendiri?” Yuta tiba-tiba berceletuk mencoba menegaskan posisinya sebagai Ayah Renjun di sini, melihat bagaimana sikap Jeno yang nampak tidak menghormatinya.

“Hyung hentikan, berhenti bertengkar dengan menantu mu sendiri. Harusnya kau bersyukur karena Jeno menjaga putramu dengan baik” ujar Winwin menahan lengan Yuta.

“Apa maksudmu? Bagaimanapun aku ayahnya. Aku lebih mengenal Renjun, dia hanya manusia baru dalam hidup putraku” Sejujurnya Yuta menyimpan kecemburuan karena Putranya terlihat lebih nyaman berada di samping Jeno, dibandingkan berada bersamanya. Ada kekecewaan di hati Yuta. Ia hanya tidak menyadari sepenuhnya kenapa Renjun bersikap begitu, ia sendiri yang mendorong Putranya menjauh dengan segala sikap kasarnya.

“Aku sangat menghormati baba Yuta sebagai ayah mertuaku. Aku memang orang baru di hidup Renjun, tapi ini bukan perihal siapa yang lebih lama, tapi tentang siapa yang bisa memberinya rasa aman”

Mendengar ucapan Jeno, jantung Renjun berdegup kencang. Ia tahu sang Ayah tidak akan suka. Renjun bisa melihat dengan jelas kilat kebencian yang kental di tatapan Ayahnya pada sang Suami.

My Yellow - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang