Bonchap

5.8K 467 46
                                    

Mohon maaf apabila ada typo, dan penempatan kata yang kurang tepat.




















Dicintai itu hanya mimpi pikirnya. Bagi Renjun yang sering kali gagal dalam hubungan asmara. Bagi Renjun yang sering kali memohon seseorang bertahan di sampingnya meski pedih, dan penuh duka. Bagi Renjun yang haus akan kasih sayang yang tak didapatkannya.

Satu persatu dari mereka pergi begitu saja, tanpa pernah merasa bersalah karena telah menoreh luka. Tampaknya sebagian besar dari mereka masih bisa hidup dengan tawa bahagia, sedang Renjun harus hidup dengan bayang-bayang trauma.

Tidak ada kisah cinta yang disaksikannya secara nyata. Orang tuanya mungkin memang saling mencintai, tapi tak serta merta kasih mereka mengalir pada kehidupan Renjun. Kemudian pada akhirnya semua hanya angan dalam imajinasinya saja.

Bagaimana pernikahan yang begitu diimpikannya. Bagaimana keluarga kecil yang selalu diidamkannya. Bagaimana kisah cinta yang terus mengalir bahkan dikenang hingga maut memisahkan. Semua tersimpan apik dalam asa, dan angannya saja.

Tanpa Renjun ketahui dalam setiap mimpi yang diutarakannya, ada sosok yang juga sama-sama menantikan semua itu menjadi kenyataan. Tanpa Renjun ketahui, ada sosok lain yang mencoba mengupayakan. Tanpa Renjun ketahui ada seseorang yang berusaha mewujudkan.

Hingga akhirnya semua itu kini benar-benar terjadi. Pernikahan yang selalu Renjun impikan. Keharmonisan keluarga kecil yang selalu Renjun idamkan, dan cinta yang sebegitu tulusnya.

Seseorang yang sedari awal tak pernah melepas tangannya. Seseorang yang selalu ada untuknya. Seseorang yang selama ini mencurahkan segala kasih sayangnya. Untuk pertama kali Renjun takut akan kematian, dan kehilangan. Takut bila mana ia tak bisa berada lagi di dunia yang dulu sempat ia benci. Dunia yang begitu kejam, namun kini menjadi tempat yang paling takut ia tinggalkan.

Kehidupan bahagia yang selalu Renjun nantikan, kini berada di tangannya. Cinta dalam yang tak pernah surut telah ia dapatkan, dan semua terwujud karena Jeno. Lelaki yang setiap hari selalu bersyukur akan kehadirannya, meski sebetulnya Jeno lah yang merupakan anugerah terbesar dalam kehidupan Renjun. Dicintai sebegitu indahnya oleh seseorang, kini bukanlah mimpi. Renjun telah merasakannya, dengan Jeno yang memberikannya.

Renjun berlari dengan derai air mata. Ingatannya masih kental akan perhatian dari sang suami yang begitu ia cintai di setiap pagi. Kening yang dikecup lembut, ucapan “Aku mencintaimu, Renjun ... Renjunku, istriku, ratuku” dan tak lupa kedua punggung tangan Renjun yang tak juga luput dari kecupan, sebelum sang kekasih pergi melaksanakan tugasnya sebagai kepala keluarga.

Tak ada yang berbeda, semuanya masih sama. Tak ada ucapan, atau kalimat yang terdengar seperti perpisahan. Lalu bagaimana bisa sore itu diiringi dengan hujan deras, kabar mengejutkan lantas ia dengar mengenai sosok tercintanya.

Baru saja Renjun merasakan indahnya kehidupan penuh suka cita. Manisnya asmaraloka yang memenuhi hari-harinya. Bagaimana bisa Tuhan begitu tega merenggut pusat cintanya, pusat kebahagiaannya.

Renjun dengan tubuh basah kuyup itu segera masuk ke rumah sakit, untuk mencari keberadaan suaminya. Derai air mata tak bisa berhenti, perih di dadanya menghantam kuat pada sanubari. Tidak, kali ini tolong jangan buat Renjun kembali kehilangan cintanya. Ketakutan, dan kekhawatiran berkecamuk di dalam jiwanya.

Hujan deras sore ini, menjadi saksi kecelakaan yang melibatkan Jeno sebagai korbannya. Akibat jalanan licin, sebuah mobil dari arah berlawanan, tergelincir, dan menghantam mobil Jeno. Pihak kepolisian segera menghubungi keluarga, dan membawa Jeno ke rumah sakit.

Seorang perawat menghampiri Renjun yang terlihat panik, lantas perawat itu mengantar Renjun pada ruangan di mana Jeno berada. Terlihat di sana, Jeno yang terlentang, bersandar pada headboard ranjang rumah sakit.

My Yellow - NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang