Setelah beberapa saat, dan memastikan semua bersih, Daffa memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan pak bos.
Tok.. tok.. tok..
"Masuk? Daffa ya?" tanya pak bos dari dalem ruangan.
"Iya pak. Ini saya." Daffa pun masuk ke dalam ruangan. Dia menatap ke arah Risha dan pak bos yang duduk bersebelahan.
"Masuk sini. Risha udah nungguin daritadi." Risha hanya melirik ke arah Daffa lalu kembali melihat ke handphone nya.
"Pak, beliin aku beha yang ini ya? Boleh kan?" tanya Risha sambil berbisik ke pak bos. Pak bos pun hanya mengangguk menandakan setuju, diikuti Risha yang kembali duduk serius.
Kemudian mereka bertiga memulai rapat itu, membahas tentang bagaimana kelanjutan projek masing-masing dan juga tentang situasi setelah ada nya kantor cabang yang baru. Walaupun Risha ditawari sebagai direktur di kantor cabang yang baru, tapi dia lebih memilih di tempat yang sekarang. Dia merasa lebih nyaman apalagi temen-temen nya juga disana semua.
Hingga waktu berlalu begitu cepat, dan jam menunjukkan pukul 7 malam.
"Daffa kamu sibuk gak? Kalo gak, anterin Risha pulang ya. Dia gak bawa mobil hari ini." tanya pak bos ke Daffa.
"Oke pak siap." jawab Daffa singkat.
Kemudian Risha pun keluar ruangan itu terlebih dahulu. Daffa pun ikut pamit pulang, tapi pak bos mengatakan sesuatu.
"Kamu gak tergoda sama Risha? Kalo kamu mau, kawinin dia biar kamu bisa ngewe sama dia. Soalnya dia cuman mau ngewe kalo ada yang mau ngawinin dia." Daffa hanya bisa terkejut mendengar hal itu dari bos nya sendiri.
"Nanti Daffa pikirin lagi ya pak."
"Jangan lama-lama, nanti keduluan cowok lain lho." ucap pak bos sambil menepuk pelan bahu Daffa.
Kemudian Daffa pun ikut pergi keluar ruangan, menyusul Risha yang udah nunggu di parkiran.
"Lama juga. Keburu malem nih." gerutu Risha. Kemudian Daffa menyuruh Risha untuk masuk ke dalem mobil nya.
Keadaan didalam mobil benar-benar sunyi tanpa ada obrolan apapun. Risha pun memutuskan untuk berpura-pura tertidur karena jalanan yang sangat macet membuatnya sedikit bosan. Dia menyadari bahwa Daffa sedaritadi memperhatikan belahan dada nya, dan dengan sengaja Risha membuka resleting jaket dibagian atas. Hal itu agar Daffa tergoda dengan gundukan kembar yang di punyai oleh Risha. Daffa hanya bisa menelan ludah melihatnya. Kemudian...
"Kamu pengen ya?" tanya Risha yang tiba-tiba menanyakan hal itu. "Mau aku kocokin gak?" lagi-lagi Risha membuat Daffa menjadi canggung.
"Eee eh jangan. Kan kita lagi di mobil." jawab Daffa agak kaku.
"Udah gak apa-apa. Tapi janji gak crot didalem mulut atau muka aku ya? Hm?" Risha melihat ke mata Daffa sambil mengelus paha nya. Dia mulai memasukkan tangannya ke dalam celana Daffa. Tanpa penolakan, Risha mulai membuka resleting celana Daffa.
"Kamu yakin?" tanya Daffa.
"Tenang aja, inget lho jangan ngecrot di mulut atau muka aku." menit menit selanjutnya, Risha sudah berhasil mengeluarkan kontol Daffa dari sarang nya.
"Udah sange ternyata." ucap Risha agak ketawa ngeliat kontol itu udah negang.
"Kamu fokus ke depan nyetir dong. Nanti nabrak bahaya nih." Daffa hanya mengangguk.
Risha mulai mengocok kontol itu dengan tangan nya yang lentik. Jari-jari kecil nya mulai mengelus lubang kontol yang kecil itu.
Daffa hanya bisa menahan keenakan dan dia mulai merasakan getaran dari kocokan Risha. Risha yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum. Dan dia memulai semua nya dengan menyepong dan mengulum kontol Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Istri mu, Bukan Pelacur
RomanceRisha adalah seorang wanita dari keluarga yang cukup kaya. Kemudian ada seorang pria yang menurut nya baik dan cocok menjadi suami nya. Beberapa tahun berlalu hingga akhirnya mereka berdua kini telah resmi menjadi sepasang suami istri. Daffa, suami...