Bab 2 - Hidup

138 21 5
                                    

26 Maret 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

26 Maret 2024

Sesuai perjanjian yang telah disepakati, mereka bertemu di mal Grand Towers yang memiliki tinggi enam lantai pada pukul 12.00.

Sakura pikir dia yang datang lebih cepat ke lokasi pertemuan, tapi ternyata Sasuke sudah tiba lebih dulu tanpa didampingi asistennya, nekat.

"Kau tidak bersama Juugo?" Sakura bertanya saat mereka bertemu di kedai kopi yang ada di lantai satu. Sasuke memakai pakaian yang tertutup, andai pria itu tidak melambaikan tangan saat Sakura tiba di pintu masuk, perempuan itu tidak akan tahu jika pria yang sedang memesan di depan meja kasir itu adalah kekasihnya.

Sasuke menggeleng untuk menanggapi pertanyaan Sakura.

"Kenapa?" tanya Sakura lagi. Sasuke tidak menjawab. Dia berbicara dengan penjaga kasir, memesankan Sakura minuman favoritnya, Matcha Latte dan aneka pastry, lalu mengajaknya duduk sebentar di kedai kopi itu, di bagian paling pojok menghindari tatapan orang-orang.

Setelah mereka duduk dengan dua gelas minuman beserta makanan, Sasuke langsung berkata. "Aku tidak mau diganggu. Jadi setelah mengantarku, aku menyuruhnya pulang."

Sakura tanpa sadar memajukan tubuh dan tangannya menyentuh pinggiran meja. Dia berbisik risau. "Astaga, kalau ada yang mengenalimu bagaimana? Aku tidak bisa menghentikan penggemarmu jika mereka melihatmu di sini, lho. Aku yakin mereka akan menggila, terutama gadis-gadis muda."

"Jangan khawatir, Sakura. Tidak ada yang mengenaliku. Memangnya penampilanku ini masih kurang tertutup?" terang Sasuke sambil menyandarkan tubuh ke sandaran kursi.

Dia merentangkan kedua tangan supaya Sakura bisa melihat jelas sosoknya tanpa terhalang. Dan memang benar, dari ujung kepala hingga kaki, seluruhnya tertutup.

Sasuke memakai topi yang menyembunyikan rambut hitam kebiruannya. Dia juga memakai kacamata hitam dan masker medis yang diturunkan sesekali ke dagu untuk minum atau makan. Dengan itu, wajahnya nyaris tidak kelihatan. Dan pakaian yang dikenakannya adalah kaus putih polos dan jaket sherpa yang digunakan sebagai luaran.

Meskipun tampilannya sederhana dan sangat misterius, tapi auranya tetap memikat, terbukti dari penjaga kasir perempuan yang berulang kali meliriknya saat pria itu membayar pesanan.

Sakura mengangkat tangan tanda meminta maaf, tersenyum kecil. "Sori, aku cuma khawatir. Dan apa kau tidak kepanasan berpakaian seperti itu?"

Sasuke menggeleng sembari melonggarkan sedikit kerah jaketnya yang diretsleting tinggi hingga menutupi leher. "Sudah terbiasa. Lagi pula, pendingin di sini tidak terlalu buruk."

"Oh." Sakura mengangguk-angguk. Dia lalu memandang Sasuke sambil tersenyum dari meja seberang, berkata sedikit bergurau. "Jika seluruh wajahmu ditutup begitu, aku tidak bisa melihatnya. Padahal aku ingin terus melihat wajahmu."

Sakura tidak serius dengan ucapannya, tapi Sasuke menanggapinya mendalam. Dia menatap Sakura dari balik kacamata hitamnya, dan berkata penuh kesungguhan. "Apa perlu kulepas kacamata dan masker sialan ini?"

The Crazy Days In The City Of LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang