26 Maret 2024
Para pengunjung lari terbirit-birit meninggalkan mal untuk evakuasi diri. Tapi hanya sedikit orang yang berhasil mencapai pintu keluar tanpa terhadang sekumpulan penyerang yang meraung-raung dan mengejar seperti kesurupan.
Ada seorang remaja yang bersembunyi di bilik kecil, gemetar ketakutan ketika zombi gila mengejarnya sampai ke toilet. Zombi itu membentur-benturkan kepalanya ke pintu, menimbulkan suara tak beraturan yang membuat jantung berdebar-debar dan telinga pekak.
Saat situasi riuh yang membuat gempar itu terjadi, fokus semua orang hanya tertuju pada satu titik.
Pintu keluar menjadi satu-satunya harapan, tapi itulah bagian terburuknya. Semua orang jadi ingin cepat-cepat pergi ke sana. Akibatnya, mereka tertumpuk dan tertahan di keramaian, membuat mereka menjadi santapan mudah untuk zombi yang kelaparan.
Sakura memandang sekitarnya dengan ngeri. Dia dan Sasuke tidak bisa turun menggunakan eskalator karena di sana tengah terjadi penyiksaan beramai-ramai yang melibatkan pembantaian anggota tubuh.
Dan lagi, akibat beban yang terlalu berlebih, eskalator jebol. Korbannya terperosok ke dalam mesin, menjerit-jerit. Mereka seperti tertelan lubang hitam yang membuat keberadaannya lenyap.
"Sasuke, kita harus ke mana?" Sakura bertanya bingung saat situasi di sekelilingnya bertambah keruh dan menggelisahkan. Dia berulang kali mengembuskan napas kasar untuk meredakan degup jantungnya yang menggila. Situasi serba tidak pasti ini membuatnya mumet. Apalagi karena hal ini terjadi dengan sangat tiba-tiba, mengejutkan semua orang tanpa persiapan. Mereka dipaksa untuk bertahan jika memang ingin hidup. Tapi bagi beberapa orang, bertahan hidup itu sulit, apalagi dalam situasi semacam ini.
"Lewat tangga darurat," ujar Sasuke yang sejak tadi tidak melepaskan pegangan tangannya pada Sakura apapun yang terjadi. Sekarang ini, situasinya makin parah dan kacau, orang-orang tercerai-belai. Jika mereka terpencar, itu adalah kematian untuk masing-masing.
Sakura mengangguk. Tadinya mereka hendak menggunakan lift, tapi sepertinya itu bukan pilihan tepat ketika pengangkut vertikal itu saja telah dikerubungi zombi. Jika berhasil menggunakannya pun, bukan tidak mungkin mereka telah ditunggu dan tinggal diserang saat pintu lift terbuka entah di lantai berapa. Setiap lantai di mal tersebut kemungkinan telah dikuasai zombi yang berhasrat memangsa manusia. Lebih baik jika tidak mencoba-coba keberuntungan yang bayarannya adalah nyawa.
Sasuke dan Sakura melewati toko buku dan berbelok melintasi sebuah lorong yang menghubungkannya dengan pintu darurat.
Sasuke menyentuh gagang pintu besi yang dingin itu dan menekannya ke bawah, membukanya. Dia menahan pintu sebentar membiarkan Sakura masuk lebih dulu lalu dirinya menyusul di belakang.
Sasuke langsung menutup pintunya dengan sedikit bantingan ketika zombi yang kebetulan melintas di ujung lorong melihat mereka, mengejar.
Sakura bernapas terengah-engah. Pintu berdebum menutup. Dia sudah merasa aman, tapi buru-buru menjauhi pintu saat menemukan wajah pucat dengan mulut berlendir menempel lekat di kaca kecil tembus pandang yang ada di pintu.
Jaraknya begitu dekat, hingga Sakura dapat melihat pori-pori besar di wajah mahkluk itu dan luka samarnya yang tak akan ketahuan jika tidak dilihat dari dekat. Sosok itu menggeram-geram sambil menatap tajam, seolah tidak senang jika diperhatikan. Dan dia mencoba menerobos masuk dengan melempar tubuh keras-keras ke pintu. Sakura kaget dan berjengit, tapi tidak merasa takut karena yakin zombi itu tidak akan bisa mendekatinya, ada pintu yang menghalangi.
"Tidak usah dilihat, nanti kau bisa terbawa mimpi," ujar Sasuke ringan sambil mengajaknya turun.
"Aku tidak yakin bisa tidur malam ini," kata Sakura yang tersenyum gelisah dan berjalan di samping Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy Days In The City Of Light
Fanfic"Saat ini, aku memang tidak bisa memberimu hadiah yang istimewa, tapi aku akan melindungimu. Meski itu akan mengirimkanku pada kematian, aku tidak peduli." "Sasuke, bagaimana jika hadiahnya diganti saja? Aku ingin kau tetap hidup, dan tidak mati k...