Bab 4 - Kanibalisme

93 16 3
                                    

26 Maret 2024

Setelah raungan menggelegar milik petugas Customer Service yang tidak sengaja mereka dengar dari pengeras suara, para tamu di restoran AYCE itu tidak lagi bernafsu untuk melanjutkan makan, terlebih lagi saat menemukan peristiwa mengerikan terjadi di koridor.

"Apa itu?"

"Mulutnya berdarah!"

Pandangan khawatir para tamu tertuju pada pintu dan kaca tembus pandang yang memperlihatkan keadaan di luar restoran yang jauh dari kata baik.

Orang-orang menjerit, berlari tergesa-gesa menuju eskalator yang penuh.

Saking banyaknya yang bergerak ke sana, mereka jadi berdesak-desakkan di koridor. Beberapa jatuh tersungkur, terinjak-injak saat tak sengaja terdorong pengunjung lain dari arah belakang yang juga sedang berlari terburu-buru seolah sedang dikejar sesuatu yang menyeramkan hingga mereka memasang wajah sepanik itu.

Sakura pikir karena adanya kebakaran. Sasuke juga berpikir begitu, tapi fire alarm tidak berbunyi. Situasi di luar restoran yang kacau-balau membuat para tamu gelisah. Beberapa sudah ada yang bangkit dari tempat duduk.

"Sasuke, apa yang terjadi, ya?" tanya Sakura, menatap khawatir pada kaca tembus pandang disampingnya yang memperlihatkan huru-hara yang tengah berlangsung di luar restoran.

Sasuke menggeleng tidak tahu, tapi berikutnya dia dapat menebak apa yang jadi ketakutan para pengunjung saat ujung matanya tak sengaja menangkap pergerakan tak wajar dari arah timur.

Di sana, sosok berpakaian compang-camping berjalan dengan kaki diseret, tapi itu tidak membuat langkahnnya memelan. Dia terlihat sangat berhasrat mengejar para pengunjung yang histeris dan berlari ketakutan menghindarinya.

Tangannya yang berjari bengkok terjulur ke depan, bersiap menerkam. Urat di wajahnya menonjol.  Matanya melotot tajam. Mulutnya yang bernoda merah kehitaman terbuka mencaplok-caplok udara. Dan yang menggelisahkannya adalah, bukan cuma satu yang seperti itu, tapi lebih dari dua. Mulut mereka mengeluarkan air liur bercampur darah yang terlihat mencolok di wajah pucat.

"Bukankah itu zombi di wahana permainan yang kita lihat tadi, Sasuke?" Sakura bertanya khawatir. Jari telunjuknya ditekan pada dinding kaca, menunjuk mahkluk mengerikan yang berjalan makin dekat ke arah mereka. "Kenapa zombi palsu itu mengejar pengunjung hingga membuat mereka takut?"

Sasuke menajamkan pandangan pada sosok berdarah-darah itu, dan bergumam pelan. "Mungkin mereka terlalu mendalami peran."

Sakura akan menertawakan perkataan Sasuke yang barusan itu andai situasinya tidak seserius ini. Karena pada detik berikutnya, mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri jika mahkluk menakutkan yang tadinya mereka kira berasal dari wahana permainan zombi itu mulai menyerang orang-orang  dengan brutal, hingga banyak dari mereka mengalami luka parah.

Salah satu korbannya adalah seorang wanita yang hendak melarikan diri, tapi harus berhenti saat putranya terjatuh. Dengan tergesa-gesa, sang ibu membantu anaknya bangkit berdiri, tapi pria berkemeja biru acak-acakkan dengan bahu berkedik ganjil itu telah menghunjamkan wajah ke bahu anaknya, menggigitnya dari belakang hingga anak itu menjerit ketakutan dan menangis terisak-isak.

Sang ibu menjadi kalut. Air mata membasahi pipi. Dengan panik, dipukul-pukulkan tas tangannya ke kepala pria itu agar mau melepaskan putranya, tapi pria itu malah menggigit makin keras. Setelah memberi luka serius pada anak laki-laki yang jatuh ditindihnya hingga menggelepar di lantai, pria itu mendongak, menggeram, lalu menyerang wanita di depannya.

Wanita yang baru saja menyaksikan anaknya terluka itu terkejut dan meronta-ronta membebaskan diri, tapi seberapa keras pun mencoba, manusia gila yang menggigit lehernya itu tidak menjauhinya, malah makin buas mencabik-cabiknya. Setelah membuat dua korbannya menderita dan mengerang kesakitan karena saraf rusak dan luka sobek yang parah, pria itu menoleh ke segala arah, berbalik pergi mengincar mangsa lainnya.

The Crazy Days In The City Of LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang