28 Maret 2024
Keberadaan para zombi yang tadinya sangat jarang atau bahkan tidak kelihatan sama sekali hingga mereka sedikit lupa sedang berjuang mati-matian melawan mereka kini dihadapkan kembali pada kenyataan bahwa eksistensi zombi itu nyata dan jelas.
Seiring matahari pagi yang bersinar makin terang dan menyebar luas ke sekitar hingga mengeskpos segala hal mengerikan yang bisa ditemukan selama perjalanan, mereka yang berada di mobil hitam itu saling bertukar percakapan untuk mengurangi kegelisahan.
Meski baru berkenalan sebentar, tapi tidak ada kecanggungan di antara mereka. Mungkin itu karena perangai Kiba yang mengasyikkan dan pandai bergaul sehingga cocok dengan siapapun. Ditunjang kepribadian Sakura yang ramah dan mudah menyesuaikan diri membuat komunikasi mereka mengalir begitu saja. Itu jugalah yang mempermudah Sasuke sesekali melompat masuk ke dalam percakapan kedua orang yang memiliki social battery lebih besar darinya.
"Kau tinggal di mana? Di sekitar sini, kah?" tanya Sakura pada Kiba di tengah perjalanan mereka yang meresahkan. Kira-kira ini sudah bermenit-menit setelah meninggalkan penampungan sementara. Tapi tidak ada yang bisa dinikmati dari perjalanan mereka yang hampa, dingin, dan senyap oleh kematian yang membayang. Setidaknya, hujan deras yang turun kemarin membuat kebun milik penduduk dan lahan kosong yang belum banyak dimanfaatkan orang-orang menghijau karena rumputnya tumbuh subur. Akan tetapi, meski panorama di luar menggiurkan, tidak yang ada tertarik untuk memperhatikannya lebih.
"Jika kuberitahu, kau juga tidak akan tahu," jawab Kiba.
Sakura tidak merasa marah, yang ada malah sebaliknya. Dia terkekeh. "Ramah sekali."
Kiba menyeringai. "Bukan maksudku bersikap sinis, tapi jika kuberitahu, kalian juga tidak akan tahu. Kutebak kalian bukan penduduk sini?"
"Kami sudah terlalu jauh menyasar atau mungkin tidak juga," kata Sakura ambigu. Dia ingat bahwa tadinya mereka berada di pusat kota dan sekarang di pinggiran kota. Shikamaru mungkin punya pemikiran lain saat menyetir sampai ke sini, tapi tidak akan ada yang menyalahkannya. Kawasan ini masih lebih baik dibanding wilayah lain yang sudah dikepung habis-habisan karena penduduknya lebih padat hingga hampir tidak ada ruang untuk menyelamatkan diri dari serangan zombi yang begitu cepat menyebar. Sakura mengalihkan pandang dari jalan ke Sasuke yang serius menyetir. "Sasuke, aku kurang tahu jalan ini. Kau tahu?"
"Sedikit." Sasuke yakin pernah sekali melewati jalan ini saat bersama Kakashi, itupun karena salah keluar pintu tol saat hendak menuju bandara. Sasuke tahu jika melewati jalan ini akan menembus ke mana, tapi sebelumnya dia murni hanya sekadar lewat. Jadi tidak tahu dan tidak memperhatikan toko-toko apa saja yang berdiri di sekitar sini.
"Jauhkah ke rumah sakit tempatku bekerja?" tanya Sakura lagi.
"Kurang-lebih," jawab Sasuke. "Kau mau ke sana?"
Sakura tidak langsung menjawab. Dari lubuk hati terdalam, dia ingin, ingin sekali ke sana. Dia ingin mengetahui kondisi terkini di rumah sakit. Apa pasien dan orang-orang terdekatnya yang berada di sana berhasil menyelamatkan diri? Dari yang dia ingat terakhir kali, Ino pun berada di rumah sakit untuk melakukan shift pagi saat virus ini tiba-tiba menyeruak. Tanpa tahu apakah mereka berhasil selamat atau tidak, Sakura hanya dapat terpikirkan dua kemungkinan. Entah bagaimana beberapa dari mereka mungkin berhasil bertahan hidup dan sekarang terjebak di salah satu ruangan yang ada di gedung rumah sakit. Atau jika tidak cukup beruntung, mereka mungkin akan menjadi sama seperti ribuan atau jutaan korban lainnya yang terus bertambah.
Sakura tidak sanggup membayangkan kehidupan para kerabatnya harus berakhir mengenaskan begitu, sama seperti dia tidak sanggup memikirkan nasib keluarganya yang belum ada kabar. Akhir-akhir ini dia hanya bisa mengatakan pada diri sendiri bahwa harapan masih ada untuk sekadar menghibur diri. Apalagi saat ini dia memiliki prioritas utama di depan mata yang harus dilakukan, Sakura berusaha keras menjaga pikiran dan suasana hatinya agar tidak berantakan karena itu bisa mengacaukan apa yang sudah direncanakan. Obat untuk Temari harus segera ditemukan. Itu juga yang dikatakan Sakura untuk menolak tawaran Sasuke yang telah berbaik hati menawarkannya meninjau rumah sakit tempatnya bekerja. Dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy Days In The City Of Light
Fanfiction"Saat ini, aku memang tidak bisa memberimu hadiah yang istimewa, tapi aku akan melindungimu. Meski itu akan mengirimkanku pada kematian, aku tidak peduli." "Sasuke, bagaimana jika hadiahnya diganti saja? Aku ingin kau tetap hidup, dan tidak mati k...