Secret
—03. Kembalinya Trauma—------
Gila, ketakutan akan melumpuhkan kinerja otak mu.
------
"JEON PANGESTU!"
Reflek si empunya nama menoleh, menatap Deyno yang sudah berkacak pinggang. Senyum lebar pun ia tunjukkan seolah tidak melakukan kesalahan apapun.
Deyno melangkah mendekat lalu menggebrak meja dihadapan Jeon, membuat yang lebih muda mengusap dadanya penuh dramatis.
"Kenapa bolos ke kantin?" Tanya Deyno dengan tajam.
"Pak Toni nggak asik, nggak seru!" Ujar Jeon disertai cibiran pada salah satu gurunya itu. Ia yakin sekali kalau dia lah yang mengadukan kegiatan bolos pelajarannya pada Deyno.
Deyno mengusap wajahnya sendiri, lumayan lelah setelah berkeliling mencari Jeon. Awalnya Deyno sempat mengira kalau nomor milik pak Toni di blokir oleh Jeon sehingga tidak bisa dihubungi, namun ternyata Jeon dengan sengaja mematikan ponselnya dan membuatnya ikut bingung kelimpungan.
"Masuk ke kelas atau abang hukum?"
Jeon mengerutkan keningnya, ia meneguk es teh nya yang sisa seperempat. "Males bang, nanti aja deh nunggu pelajaran nya pak Toni kelar."
"Masuk kelas, Jeon!"
Jeon mendengus malas, bangkit lalu merangkul Deyno yang lebih pendek darinya. "Oke gue masuk kelas, tapi harus lo anterin."
Memilih mengalah daripada Jeon keluyuran tidak jelas seperti ini, akhirnya Deyno mengikuti langkah Jeon kembali ke kelas dengan masih dalam rangkulan si adik kelas. Meskipun ia masih dongkol bukan main, karena waktu belajarnya harus terpotong berkat Jeon.
"Besok lagi nggak usah pake ada acara kabur atau bolos segala, jangan suka bikin guru marah karena ulah lo! Denger?" Deyno mulai acara mengomel nya yang hanya dijawab anggukan bertubi-tubi Jeon.
"Abang lama-lama ya cape kalo setiap hari nanganin kenakalan lo gini, ada aja tingkahnya. Sehari aja duduk tenang di kelas dengerin apa yang disampaikan guru gitu loh, kalo emang nggak suka sama pelajaran atau gurunya nggak perlu pake bolos. Hargai guru yang udah ngajar. Denger?"
Jeon kembali mengangguk ringan, membuat Deyno mencubit perutnya dengan gemas. "Nakal banget!"
Bukannya meringis kesakitan Jeon malah meledakan tawanya yang sedari tadi sudah ia tahan, rangkulannya pada Deyno menguat saat tau abang nya ini ingin menjauhkan diri.
"Iya abang gue tersayang, maaf ya udah ngerepotin." Ujar Jeon dengan nada lembut.
"Geli! Udah sana masuk kelas!"
Jeon terkekeh kecil, menyempatkan diri untuk melambaikan tangannya sebelum akhirnya masuk ke dalam kelas begitu saja tanpa memperdulikan pak Toni yang menatapnya garang atau teman-temannya yang menatapnya heran.
Selesai mengantarkan Jeon, Deyno memutar langkahnya menuju kelasnya sendiri. Meskipun di kelasnya saat ini sedang jam kosong, Deyno tidak ingin membuang waktu dan akan melanjutkan acara belajar nya.
"Bang Deyno?"
Deyno terhenti, ia mengulas senyum melihat Jayu lah yang hampir bertabrakan dengannya di koridor.
"Darimana?"
"Toilet, bang Deyno kok sampe sini?"
"Nganterin Jeon masuk kelas tadi, abis bolos lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
Fanfiction"Akan ada akhir untuk kita semua." ------ Deyno hanya memiliki trauma dengan tragedi di masa lalunya, ia hanya sering ketakutan. Itu saja. Hidup dengan tiga orang baru sekaligus menjadi sulung dirumah membuatnya harus bisa bersikap dewasa di setiap...