09. Lugu

86 13 1
                                    

Secret
—09.Lugu—

------

Dari miliyaran manusia di bumi, aku mencari satu yang bisa ku jadikan malaikat pelindung.

------

Suara kicauan burung milik tetangga terdengar layaknya seorang penyanyi, menyambut pagi yang cerah dengan alunan penarik atensi betina.

Juga beberapa makhluk hidup berusia untuk memulai hari yang baru, dengan semangat yang baru. Begitupun dengan Jeon yang sudah yakin bahwa ia sepenuhnya sembuh.

Setelah merapihkan rambutnya dengan sisir, ia segera meraih tas ransel nya lalu berlari kecil menuju dapur untuk sarapan bersama.

Dan disana ia menemukan Deyno yang seperti biasa tengah menyiapkan menu sarapan, juga ada Jayu yang bermain ponsel sembari meminum susu.

"Good morning my brother!" Pekiknya sumringah.

"Morning too Jeon." Jawab Deyno, ramah.

PLAK!

"Ouh anj—!"

"Eitt eitt tidak boleh misuh, nggak berkah pagi lo. Orang nyapa itu harusnya dijawab, bukan malah sibuk main game sendirian!"

Jayu mendengus, meletakkan ponselnya begitu saja. "Fuck you!"

Jeon berkacak pinggang. "Oh yes, fuck you too!"

Deyno hanya menonton mereka dengan gelengan heran, merasa tidak kaget lagi melihat Jeon yang memang jahil dan Jayu yang terkadang mudah tersulut.

Deyno tersentak merasakan sepasang lengan yang merengkuh pinggangnya, juga pundaknya yang terasa berat. Deyno menoleh pelan, menatap Reyto yang kini tersenyum manis.

"Selamat pagi Abang."

Deyno mengangguk kaku, agaknya ia gugup karena wajah mereka yang terlampau dekat. Karena Deyno masih begitu ingat perdebatan sensitif mereka semalam, dan melihat tingkah Reyto saat ini yang seolah tidak terjadi apa-apa cukup membuatnya bingung.

"Nanti bang Deyno berangkat sama Jayu ya, biar Jeon sama gue."

Jeon yang di sebut pun mengerutkan keningnya. "Loh cok? Gue mau sama bang Deyno!"

"Jangan banyak protes!"

Jeon berdecak, menahan diri untuk tidak melemparkan gelas ditangannya pada wajah songong Reyto yang seenaknya.

Dan nyatanya Deyno sungguh berangkat bersama Jayu, sementara Jeon dengan Reyto. Tidak ada protes, meskipun sepanjang jalan Jeon hanya merengut kesal.

"Nanti pas istirahat gue jemput buat ke kantin."

"Nggak perlu, gue bakal ke kantin sendiri."

Jayu mendatarkan wajahnya, dan hal itu di sadar oleh Deyno yang baru saja turun dari motor. Jayu berjalan terlebih dahulu, dan Deyno segera menyusul serta menggandeng tangan besar Jayu.

"Jayu."

Yang di panggil tidak menjawab, fokus pada pandangan lurus. Nampaknya kesal dengan Deyno. Namun saat ia merasakan tangan yang lebih kecil hendak melepaskan diri, Jayu segera mengeratkan genggaman tangan mereka.

"Jayu." Deyno kembali memanggil, karena mereka sudah sampai di depan kelas Deyno.

Jayu kini menoleh, menyempatkan diri untuk mengusap surai Deyno yang tertata rapi.

"Nanti pas istirahat gue jemput buat ke kantin."

Merasa tak memiliki kesempatan untuk kembali menolak, akhirnya Deyno pun mengangguk saja. Dan usapan dari Jayu turun hinggap pada tengkuk lehernya, Deyno mendongak menatap Jayu dengan bingung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang