5. -HARAPAN BUNTU-

176 32 3
                                    


Hai hai hai
Ada yang kangen Bintang?
Atau kangen Namy?
Haha lama tak up

Sebelum baca, ayo votement dulu... biar aing semangat buat up

★☆★☆

Langkah kaki para manusia berseragam putih abu itu mulai meninggalkan gerbang SMA BINAR, ada yang lansung pulang dan ada yang menunggu jemputan. Bintang tersenyum tipis dengan bibir pucatnya kala menyaksikan pemandangan seorang gadis yang dijemput ayah nya. Sederhana, tapi ia tak pernah. Baginya pulang ke rumah adalah hal paling membosankan, tidak ada yang bisa ia ajak bicara dan bercanda, intinya hanya sepi.

"Heh dungu, jawab pertanyaan gue! Kok elu bisa tumbang seh perkara kena bola doang?" Tanya Arvan

"Yaelah mana gue tau.. mungkin karna gue lagi pengen berak kali ye" jawab Bintang mencoba senatural mungkin. Ia tak mau menimbulkan kecurigaan sedikit pun

"Lah anying.. ape hubungannye goblok?" Tanggap Vano seperti biasa, ga ada istilah lembut

"Tau gak? Tadi waktu gue pingsan, gue ketemu sama bidadari yang cakepnya Masya Allah... jadi pengen pingsan lagi"
Tentu saja, ucapan Bintang barusan berakhir di toyor oleh Satria

"Bangsat lu ye.. pingsan lagi sono"

"Ada ada aja gen z ini ya Allah" ratap Kaizo sok dramatis

"Dah dah.. Nanti jam 3 jangan lupa kumpul di markas" peringat sang ketua sebelum akhirnya naik ke atas motor besarnya

"Sip paketu" balas yang lain kompak seraya menyalakan mesin motor masing masing, termasuk Bintang.

"Yok gas" ajak Bintang pada Satria yang masih duduk enteng di atas motor kebanggaannya. Namun cowo ber-headband hitam itu hanya menanggapi dengan anggukan

"Duluan ae, gue nunggu Nayla"

"Oh oke lah" balas Bintang kemudian menurunkan kaca helm nya dan siap meluncur membelah jalan raya kota Jakarta. Dari balik helm, laki laki itu dapat melihat segala jenis kehidupan yang tengah berlangsung di sepanjang jalan. Ada banyak tawa yang ia saksikan, entah itu palsu atau nyata adanya. Terkadang, tertawa bukan hanya tentang menyamarkan kesedihan tapi juga bentuk pelepasan emosi yang mengganjal. Seperti kata Bintang, suara tawa jauh lebih seru daripada suara tangis, tapi bukan berarti gak boleh nangis. Boleh nangis asal lebih banyak tawanya

"Bintang harus tetap semangat yah, Insya Allah Bintang bisa bertahan lebih lama lagi" ucap seorang Dokter cantik berkerudung biru muda yang bermaksud memberi semangat pada Bintang. Bintang hanya tersenyum simpul. Lagi dan lagi selalu kalimat penenang yang ia dengar. Lagian, mana bisa seorang pasien GBM bertahan lebih lama?

Bintang kembali menunduk, menatap hampa pada kertas hasil pemeriksaan otaknya hari ini, tumor tumor itu kian merambah bahkan sudah menyentuh Lobus oksipital bagian otak besarnya. Artinya sebentar lagi ia akan kehilangan kemampuan penglihatan? Lalu bagaimana ia dapat melihat keindahan gemintang lagi? Rasanya pengobatan dan semua terapi yang ia jalani selama ini hanya sia sia. Bohong! Kalau dia bilang gak takut. Bohong! Kalau dia bilang gak putus asa.

"Tapi saran saya Bintang, kamu sebaiknya di rawat inap. Kamu butuh penanganan medis yang intensif" saran Dokter Ravyn yang duduk di depan Bintang. Dokter specialis kanker yang selama ini berusaha mengobati Bintang.

"Gapapa lah Dok, kan ada obat. Nanti kalo udah jadi tuyul baru opname.. hehe.. saya lagi mau menikmati hidup" balasnya tak ketinggalan cengiran. Berusaha menjelaskan kepada sang dokter bahwa ia kuat dan mampu beraktivitas seperti biasa

STARLIGHT [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang