6. -TRY OUT 4-

235 38 14
                                    

Aing kambekk!!!!
Votment jangan lupa yahh

Happy reading!!

★☆★☆

"Penyakit tersakit adalah mencintai    seseorang yang hatinya milik orang lain"
Bintang Azhen Danareksa-

★☆★☆

Bintang tersenyum cerah memandangi gerbang SMA BINAR yang terbuka lebar. Terlihat para manusia berseragam putih abu  sama sepertinya, berjalan memesuki gerbang tersebut. Jam segini tergolong awal bagi Bintang untuk bersekolah, ya... biasanya laki laki penyuka bintang satu ini selalu datang saat gerbang akan di tutup atau bahkan telah ditutup. Jangan tanya kenapa, karna sudah pasti jawabannya 'biar keren'.

Lama Bintang berdiri di depan gerbang sambil tersenyum, hingga sang Satpam yang bertugas menjaga gerbang menegurnya.

"Kumaha atuh Den? Dari tadi saya perhatikan senyam senyum mulu di depan gerbang?" Tegur Satpam itu.

"Biasa Mang, lagi bahagia" jawab Bintang dengan cengiran khasnya, kemudian memasuki gerbang samberi bersenandung kecil. Laki laki ini memang sulit ditebak, sedang bahagia kah atau sedang bersedih. Karna air mukanya tetap saja menunjukkan sinar kebahagiaan.

Netra Bintang berbinar serta senyumnya ikut merekah begitu melihat  sosok perempuan bersurai coklat gelap dengan cardigan merah muda baru saja melewati langkahnya. Dari aroma omnia crystaline yang menyerbak dari si perempuan, ia sudah sangat yakin jika itu adalah sang pujaan hatinya, Cahaya. Tanpa malu ia lansung menyapa.

"Pagi, bidadari tanpa sayap."

Cahaya tidak merespon. Bahkan untuk melirik sekilas pun tak ia lakukan. Perempuan ini terus saja melangkah tanpa memperdulikan Bintang yang tengah mengajaknya untuk bicara.

"Eh, kok gak dijawab?" Bintang masih berusaha, kali ini ia berjalan mundur demi bisa berhadapan dengan Cahaya.

"Kok bidadarinya sombong? Panglima lagi ngomong disini"

Masih tidak di respon...

"Bidadari diam aja aku terpesona, gimana kalo senyum? Bidadari ga boleh cuek cuek... ntar panglima makin jatuh cinta gimana?"

Cahaya menghentikan langkahnya secara tiba tiba. Diikuti Bintang.

"Mau lo apa?" Tanya Cahaya dingin

"Aku," Bintang menunjuk dirinya sendiri, kemudian beralih menunjuk Cahaya.

"Kamu,"

Lanjut, laki laki itu mengaitkan kedua telunjuknya di depan manik Cahaya. Dan jangan lupakan senyum sabit yang senantiasa terpatri di wajah teduh itu.

"Kita" sambungnya lagi.

"Stress" ucap Cahaya kemudian lanjut melangkah, sengaja ia percepat laju langkah, supaya laki laki itu tak mengimbangi langkahnya lagi. Tapi sepertinya salah, Bintang tetap berusaha mengimbangi. Benar benar cogil.

"Bidadari semangat yaa buat jawab soal try out hari ini. Semoga nanti paralelnya tetap dua," ucapnya tanpa dosa

Cahaya mengepalkan kedua tangannya, ia panas mendengar ocehan laki laki di depannya ini. Jujur Cahaya sedikit takut, ia telah belajar mati matian demi peringkat satu paralel, namun bagaimana jika nanti ia kalah? Bagaimana jika kenyataannya ia tetap pada peringkat dua? Ia tak sudi bertunangan dengan Bintang! Terlebih ia sangat mencintai Reyner Alaska.

STARLIGHT [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang