PETUNJUK KEBERADAAN PEDANG GILA

118 1 0
                                    

Wanita cantik berpakaian hijau kelabu duduk diam tidak bergerak di atas tubuh bundar yang dikelilingi oleh telaga air mendidih. Dua kaki dalam keadaan bersila. Dua mata terpejam, sedangkan rambutnya yang panjang menjulai hingga menyentuh tumitnya.

Duduk diam sambil memegang tongkat hitam dia tak ubahnya seperti patung. Sesekali tongkat keramat yang telah banyak menimbulkan malapetaka ini bergetar.

Merasa tongkat di tangan bergetar wanita cantik berusia tiga puluhan yang dikenal dengan nama Kupu Kupu Putih keluarkan suara mendengus. Lalu diam lagi dan melanjutkan semedinya yang telah berlangsung lama.

Tetapi sama seperti tadi tongkat hitam yang dipergunakan sebagai tumpuan tangan kanan lagi-lagi bergetar.

Malah kali ini getarannya terasa lebih keras. Wanita cantik dan masih gadis Itu merasa terusik. Dia membuka mata. Ketika mata yang terpejam Itu terbuka, terlihat jelas bahwa sepasang mata Kupu Kupu Putih merah menyala seperti darah yang menggelegak, sedangkan di tengah mata terlihat kilauan seperti mata ular paling beracun, Wanita berambut panjang menjela ini lalu mengerjabkan matanya tiga kali. Dan terjadi keanehan mata Itu berubah kemball seperti mata gadis cantik biasa.

Dia kemudian melayangkan pandangannya ke arah pintu gua yang terlindung mantra gaib.

Di depan pintu dua sosok kepala menyembul diatas permukaan lantai. Dua sosok kepala hanya sebatas leher. Sedangkan tubuhnya mulai dari bahu hingga ke kaki terpendam amblas ke dalam tanah. Wajah kedua kepala yang menyembur dilantai satunya berwarna merah, rambut panjang

riap-riapan, sedangkan satunya lagi berwajah hijau. Keduanya saling berhadap-hadapan layaknya dua penjaga yang selalu bersiaga di depan mulut gua.

Si gadis lalu layangkan pandang ke bagian langit-langit ruangan. Disana dalam keadaan posisi terjungkir tegak seorang laki-laki berwajah biru. Laki-laki itu hanya memakai cawat. Kedua kaki menempel pada langit-langit sedangkan kepala yang berambut panjang riap-riapan dalam posisi terbalik.

Keadaan orang di langit-langit ruangan tak ubahnya seperti kelelawar yang tertidur di tempat persembunyiannya.

Sebenarnya ini adalah sebuah pemandangan aneh apalagi mengingat sosok yang cuma mengenakan cawat itu tangannya tidak wajar. Dua tangan Itu seperti capit besar layaknya capit kepiting raksasa. Dalam posisi terjungkir dia itu tidak makan dan tidak minum selama ratusan hari.

Walau keadaan dan penampilan orang di depan mulut goa dan juga yang berada di langit-langit terkesan angker mengerikan, namun bagi si gadis pemandangan seperti itu adalah hal yang biasa. Dia tidak takut pada ketiga laki-laki yang masing-masing berada dalam posisi aneh itu karena mereka tak lain adalah para pengawal yang selama ini dipercaya untuk menjaga keselamatannya.

Puas menatap tiga pengawalnya yang biasa dia sebut 'Anjing penjaga'. Si gadis kemudian alihkan perhatiannya pada tongkat hitam bersimbol kepala ular yang berada di tangan kanannya.

Dengan suara lirih dia berujar pada sang tongkat,

"Wahai tongkat keramat. Tongkat Geger Gaib senjata andalan kegelapan. Kau telah mengusik tapaku, Isyarat yang kau berikan apakah merupakan hadirnya sebuah pertanda adanya sesuatu yang luar biasa?"

Seolah mengerti, sebagai jawaban atas pertanyaan Kupu Kupu Putih, tongkat Geger Gaib kembali bergetar malah kali ini dari bagian kepala tongkat keluar lagi suara desis aneh seperti desis ular.

Seiring dengan itu deretan tengkorak kepala yang bertengger di atas undakan tangga itu diseberang telaga bundar ikut bergetar, bergerak-gerak seolah hidup.

Kemudian dari seluruh penjuru sudut ruangan gua di kaki puncak Terang terdengar suara jerit dan raungan kesakitan dari arwah-arwah terbelenggu yang tewas di tangan Kupu Kupu Putih beberapa tahun lalu.

Kupu Kupu Putih menyeringai. Rambut panjangnya melambai-lambai seperti ditiup angin padahal ruangan tak ada angin yang berhembus.

Hanya dalam waktu yang tidak begitu lama wajah cantik sang dara berubah menghitam dan sangat menakutkan.

Si gadis tertawa tergelak, dan bangkit berdiri. Segala kelemah lembutannya sebagai seorang wanita mendadak raib.

Kini dia tak ubahnya seperti mahluk terkutuk yang paling liar.

Dia kemudian menoleh, perhatiannya kini terarah pada dua kepala yang tubuhnya terpendam di depan pintu gua. Mulut menyeringai, kemudian berseru ditujukan pada mereka.

"Wahai dua anjing penjaga yang terkubur di depan pintu, lekas keluar dari situ dan berkumpul!"

Berkata begitu sang dara segera mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Ujung tongkat kemudian ditunjukkan ke arah kepala Muka Merah dan Muka Hijau. Begitu tongkat disentakkan ke atas dengan gerakan mencongkel, maka si Muka Merah dan Muka Hijau tubuhnya terbetot lepas dari tanah.

Kedua laki-laki yang sesungguhnya memiliki nama Kalebu dan Kalametu ini kemudian merasakan tubuhnya melayang sedemikian rupa, lalu meluncur jatuh di undakan anak tangga tak jauh dari tumpukan tengkorak. Si gadis tertawa mengekeh begitu Kalebu dan Kalametu menghaturkan sembah sambil benturkan kepala di lantai.

Dengan sikap tidak perduli gadis ini dongakkan kepala ke langit-langit ruangan tepat ke arah pengawal ketiga yang agak lebih disayang dan bernama Kajero.

"Anjingku yang manis, apakah kau ingin kuseret dari atas sana sebagaimana dua saudaramu yang lain?" tanya Kupu Kupu Putih.

Sosok berwajah dan bertubuh biru berambut riap-riapan bertangan aneh seperti capit kepiting ini tiba-tiba membuka mata. Lalu dia menggoyangkan kepala.

"Biarkan hamba turun sendiri yang mulia gusti ayu" kata laki-laki itu sekaligus menyebut panggilan kehormatan kepada Kupu Kupu Putih.

Selesai berucap, Kajero laki-laki berkulit dan berwajah biru goyang-goyangkan tubuhnya. Setelah itu....

Wat! Wuut!

Dua kaki yang menempel pada langit-langit ruangan terlepas. Tubuhnya meluncur cepat, namun dia segera mengimbanginya dengan gerakan berjumpalitan. Setelah itu jejakkan kaki tak jauh dari dua saudaranya yang bermuka merah dan bermuka hijau.

Sama seperti Kalebu dan Kalametu, Kajero pun lekas jatuhkan diri bersimpuh diatas lantai, menjura dengan khikmat sambil benturkan keningnya tiga kali.

"Salam dan hormat hamba untuk Yang Mulia Gusti Ayu." Ucap Kajero. Laki-laki yang paling bungsu dari tiga saudara itu kemudian duduk bersila. Dia yang selama ini bertindak sebagai penyambung lidah dua saudaranya langsung memberi laporan,

"Mohon maaf Gusti Ayu. Saya ingin mengatakan tapa brata yang Gusti Ayu lakukan telah genap mencapai seratus hari.Selama itu kami menjaga Gusti siang dan malam. Kami selalu setia mendampingi Gusti. Tapi untuk selanjutnya hamba mohon Gusti Ayu tak memendam dua saudara saya Kalebu dan Kalametu. Saya juga mohon Gusti Ayu tidak menggantung saya di langit-langit ruangan karena bergantung dalam posisi kepala terjungkir ternyata sangat menyiksa."

Si gadis mengusap wajahnya yang menghitam menggidikkan laksana mahluk angker dari neraka. Begitu di usap, maka dia terlihat menjelma kembali ke asalnya yang berupa gadis cantik biasa. Kupu Kupu Putih tersenyum.

"Aku yang berkuasa mengapa kau memberi perintah?" Tanyanya. Suaranya lunak namun Kajero tahu isi hati gadis bengis berwatak angin-anginan ini memang tak dapat diduga.

01. PEDANG GILA - 313Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang