PROLOG

46 5 1
                                    

Siapa yang tidak bangga jika menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM)?begitupun yang dirasakan oleh Salsabhila Hendrawan dari fakultas hukum(FH). Hidup di kota orang lain bukanlah pilihannya tetapi takdir berkata lain ia harus menetap setidaknya sampai ia wisuda.

Bekerja separuh waktu supaya bisa memenuhi kehidupan sehari-hari adalah hal yang wajar bagi anak rantau seperti Salsabhila ini. Dia bukan dari kalangan orang kaya ataupun miskin tetapi dia dari kalangan sederhana. Tapi dia sangat bersyukur dengan jalan hidupnya dan percaya suatu saat nanti semua kerja kerasnya akan menghasilkan sesuatu yang sempurna.

Pertemuan yang tidak sengaja bertemu dengan orang yang memiliki kenangan banyak dengan Salsa membuatnya terus saja teringat akan hal moment itu. Di sebuah warung makan khas Jogja Deket UGM dimana pertama kalinya Salsa bertemu kembali dengan teman lama SMP nya.

"Salsa," panggil seseorang.
Membuat Salsa mencari sumber suara yang memanggilnya itu. Seseorang berjalan menuju arah meja makan yang Salsa tempati.
"Gimana kabarnya?." Tanya kembali seseorang.
"Alhamdulillah baik, gue lupa siapa elu tapi gue kenal." Jawabnya.
Seseorang itu tertawa kecil lalu duduk berhadapan dengan Salsa.

"Arsalan Raden Atmaja" Ujarnya

"Ouhiya gue inget. Arsal alumni SMPN 3 Bandung kan." Ucap Salsa.

"Nah iya, kalau gak inget gue parah sih maneh(kamu)."

"Udah lama gak ketemu, sekalinya ketemu berubah drastis tapi enggak sama ciri khas nya." kata Salsa melihat Arsal dari bawah.

"Ciri khas gue apaan emang?" Tanya Arsal.
"Di setiap akhir kalimat suka ada kata "maneh". Arsal tertawa kecil mendengar ujaran Salsa.

Arsalan Raden Atmaja kisahnya sama dengan Salsa yang hidup di kota orang. Arsal adalah mahasiswa Universitas Brawijaya fakultas teknik jurusan arsitektur, melihat dirinya seakan teringat kenangan kenangan masa lalunya. Tetapi Salsa sadar bahwa hubungan mereka hanyalah sebatas temanan saja.

"Kuliah dimana sal?" Tanya Arsal.
"Kuliah di Universitas Gadjah Mada fakultas hukum." Jawab salsa.
"Buset anak hukum nih bos senggol dong" ujar Arsal seperti meledek.
"Biasa kali sal, lu kuliah dimana?" Tanya balik Salsa.
"Universitas Brawijaya fakultas teknik jurusan Arsitektur," jawabnya.

Setelah pertemuan itu mereka memulai kembali hubungan pertemanan seperti dulu kala, meski beda universitas dan beda kota, mereka sering bertemu pasalnya Arsal sering mendapatkan tugas magang di daerah kota Jogja.

Tahun ini Arsal sedang menjalankan KKN di daerah kota Jogja. tidak jauh pula dari kampus UGM jadi, dirinya selalu menyempatkan untuk bertemu atau mengantar jemput sang teman lama. Sedangkan Salsa baru saja memasuki semester 4 Fakultas hukum jurusan hukum pidana.

Salsa bekerja di sebuah Caffe kekinian bersama teman teman sekampusnya. Bekerja menjadi kasir Caffe harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Caffe Watership tempat Salsa bekerja tidak jauh dari UGM ketika tidak ada kelas maka Salsa akan mengisi waktu luangn dengan bekerja di Caffe.

Berbeda dengan Arsal ia magang di sebuah perusahaan yang lumayan terkenal serta di sediakan segala kebutuhan anak magang. Arsal terus bekerja keras supaya bisa di angkat menjadi karyawan perusahaan apabila bekerja dengan baik.

Kedekatan mereka masih berjalan sempurna banyak yang mengira mereka berpacaran. Padahal mereka hanya sebatas teman saja walaupun mereka berdua tidak memiliki pasangan atau orang yang dicintai. Tujuan mereka hanya ingin terus bekerja keras dengan apa yang mereka lakukan.

Bahkan mereka sudah berjanji untuk tidak berpacaran dengan siapapun itu sebelum wisuda. Arsal dan Salsa sedang menikmati makan malam di sebuah warteg bisa di bilang cukup murah dan cocok bagi anak kos seperti mereka. Lauk pauk yang ada di piring Salsa hanya telor dadar dan sambel sedangkan di piring Arsal ada ayam goreng, sambel kentang, dan telur.

"Lo lauknya cuma telor doang sal?" Tanya Arsal melihat piring Salsa.
"Iya, hemat gue mah orangnya." Jawab Salsa.
"Biar gue yang bayarin, ambil lagi sono lauknya. Apa mau di bungkus buat di kosan?" Ujarnya.
"Gak perlu sal. ini aja udah kenyang banget." Ucap salsa sebenernya ia tidak enak hati untuk memesannya.

Setelah selesai makan malam Arsal mengantarkan dirinya ke kosan. "Besok gue jemput... ada urusan di sekitar UGM jadi sekalian." Ujar Arsal di depan kosan Salsa.

"Oke sekitar jam 7an aja jemputnya." Sahut salsa

Setelah mengantar Salsa ke kosan Arsal melanjutkan perjalanan menuju ke tempat magang. Kini Salsa sudah memasuki kamar kosan serta langsung membersihkan diri siap untuk tidur. Suara notifikasi membuat ia mengurungkan niat nya untuk tertidur dan mengecek handphone.

Salsa tersenyum-senyum sendiri mengingat kembali kenangan bersama Arsal waktu masih duduk di bangku SMP kelas 8. Begitu indah, manis, dan menyenangkan namun semua itu kandas hanya tinggal kenangan.

"Ternyata waktu dulu gue deket banget sama dia." Tutur Salsa melihat foto foto yang masih tersimpan rapi di galeri handphone.

Di sisi lain Arsal sedang di ruangan meeting yang langsung di pimpin oleh ketua magang perusahaan yang sedang menjelaskan perancangan apa saja untuk besok.

"Arsalan untuk besok apapun permintaan mereka, kamu harus menuruti keinginannya sebisa mungkin." Ucap ketua magang.

"Pak bagaimana jika klien tersebut meminta lebih dari tugas kita?" Tanya Arsal.

Semua orang didalam ruangan mengangguk menyetujui pertanyaan Arsal.

"Gini aja jika klien tersebut meminta lebih, kita juga harus meminta lebih ke mereka. Bekerjalah dengan seimbang dan berimbang." Ucap ketua magang tegas.

Selama kurang lebih 4 tahun dekat dengan Arsal tidak sedikitpun terlintas dalam pikiran Salsa menjadi calon istri dari teman lamanya. yang ia ketahui bahwa Arsal tidak menyukainya dan menganggap bahwa mereka hanya sekedar teman sekelas yang bertemu di masa perkuliahan.

Namun seiring berjalannya waktu Arsal menyadari bahwa dirinya begitu mencintai dan menyayangi musuh bebuyutannya. Meski ombak laut menghantam hubungan mereka sejauh manapun Arsal pergi ia akan pulang ke rumahnya.

Sesuai dugaan semua teman dekat mereka bahwa Arsal dan Salsa memanglah berjodoh, karena Arsal selalu mengucapkan bahwa Salsa adalah miliknya. Dan tidak ada seorangpun yang berani mendekati Salsa karena mereka mengetahui seberapa keras nya Arsal.

" Kamu milik aku selamanya Salsabhila Hendrawan" tutur Arsal serius.

Salsa menatap sang empu dihadapannya dengan malas. "Alah, dulu aja bilang gak bakal jadi milik lo. Eh sekarang nelen ludah sendiri." Salsa menjawab  dengan tatapan sinis.

"Jangan gitulah gue ini calon suami Lo. Kemaren kan khilaf." Arsal menatap Salsa lekat.

"Bilang aja gengsi, gengsi berkedok khilaf". Kata Salsa.

"Ego gue terlalu besar sal. Karena sekali nya kita pacaran gue gak mau ada kata putus" ungkap Arsal.

"Maka itu gue gak pernah ngajak Lo pacaran" lanjutnya

Pernikahan yang mereka jalani tidak selancar dan semulus yang dibayangkan, permasalah rumah tangga yang pasang Surut terus saja menghadang mereka. Untung saja mereka bijak dalam menyelesaikan semua permasalahan.

Jika kalian tidak percaya dengan istilah berawal musuh dan berakhir cinta atau cerita kisah cinta yang selamanya harus dimulai dari pacaran. Cerita Seang dan Ben akan menunjukkan balasan kepada orang yang mencintai secara diam dan sabar.

TBC

                                ArsalanRadenAtmaja
                                SalsabhilaHendrawan

Follow Instagram Sasalbilahendra
Jangan jadi pembaca gelap voting dan komen setiap part buat cerita selanjutnya.

ARSALAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang