Gunung Semeru, Jawa Timur, 2112.
Kawasan terlarang yang merangkap menjadi pusat pangkalan militer Indonesia, setelah diresmikannya Nusantara sebagai ibu kota negara baru. Tempat lahirnya penemuan-penemuan modern yang menjadikan Indonesia sebagai nomor lima negara berpengaruh di dunia. Puncak dari kejayaan itu setelah salah seorang ilmuwan, mereformasikan alat yang membantu kehidupan manusia.
Salah satu alat modern yang masih dipakai hingga saat ini adalah robot drone pengantar barang. Yang saat ini masih berlalu-lalang di atas langit, salah satunya di kawasan asrama dekat dengan pangkalan militer, yang ditinggali oleh Tsiksofia Asa.
Mata laki-laki itu memperhatikan robot pembawa paket yang memiliki baling-baling kecil di atasnya. Dia tersenyum setelah melihat pemandangan itu melalui jendela kamarnya.
"Kamu masih bekerja di hari terakhirmu?"
Suara laki-laki membuat Asa menoleh. Senyum tipis muncul setelah dia merapikan jaket rompi yang dipakainya. Sepasang mata laki-laki itu memperhatikan orang lain yang juga ada di kamarnya.
"Enggak. Aku cuma mau pamitan ke Profesor Joseph dan orang-orang yang udah membimbingku di pusat penelitian."
Setelah menyadari bahwa waktunya di kamar ini hanya tersisa satu hari. Dia menutup kelopak mata demi menikmati sisa menit terakhir sebelum dirinya meninggalkan pusat penelitian sore nanti. Pemandangan kamar yang tidak begitu asing, aroma yang menemani tahun-tahun pemagangannya, serta teman sekamar yang selalu mendengar keluhannya hampir setiap hari.
Mungkin itu semua bakalan aku rindukan.
"Enggak kerasa udah lebih dari empat tahun kamu magang di sini. Padahal waktu pertama kita ketemu, kamu kaku banget."
Asa tertawa. Membayangkan bagaimana dia pertama kali terpilih untuk bergabung dengan proyek Profesor Joseph, dan harus menyesuaikan diri dengan teman sekamarnya yang lumayan berisik. Membuat hari-hari Asa jauh lebih menarik. Apalagi ketika dia tau bahwa penelitian yang dilakukannya akan sangat berpengaruh untuk kehidupan manusia di masa mendatang.
"Iya, aku juga enggak nyangka semua ini bakalan berakhir." Asa membuka ponsel lipat. Setelah dibuka, sebuah hologram bercahaya biru menampilkan waktu setempat. "Kalau begitu aku berangkat dulu. Profesor Joseph bilang dia enggak bakal ada di laboratorium jam satu nanti. Jadi aku harus buru-buru."
Laki-laki itu mengambil tas ransel yang berisikan peralatan penelitiannya. Sementara barang-barang lain miliknya telah diantarkan menuju rumah dinas di Nusantara kemarin menggunakan pos kilat. Jadi kini hanya tersisa peralatan penelitian yang diberikan oleh Profesor Joseph.
Setelah menggendong tali ransel di kedua bahunya. Asa melangkah menuju pintu keluar. Sebelum dia benar-benar membuka pintu, teman sekamarnya lebih dulu menahan pergelangan tangan laki-laki pemilik pupil mata cokelat itu.
"Hei, kamu melupakan kompas milikmu."
Asa yang menyadari kompas miliknya tertinggal di dalam laci meja belajar, dengan cepat dia berbalik dan berlari menuju meja berbahan dasar kayu. Membuka laci tersebut, lalu mengambil kompas peninggalan leluhurnya yang berwarna dominan keemasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Beats: Forbidden Memory (1)
Fantasía[𝘕𝘦𝘷𝘦𝘳 𝘌𝘯𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘍𝘢𝘵𝘦𝘴 series] Abigail seorang musisi penderita insomnia, tiba-tiba terjebak dalam masalah yang dimiliki oleh Asa--orang dari masa depan. Perjalanan Asa menuju masa lalu karena kecerobohan menyebabkan sebuah retakan dim...