Part VII

27 1 1
                                    

Warna jingga sudah terlihat di langit, matahari akan segera berganti tugas untuk menyinari bagian bumi yang lain. Jalanan sangat padat, dipenuhi kendaraan yang membawa orang-orang kembali ke rumah. Jam pulang kerja memang selalu menantang terlebih lagi untuk mereka yang mengendarai mobil pribadi.

Tidak seperti karyawannya yang sudah bergumul dengan asap kendaraan dan bising suara klakson. Joan justru masih berada di ruang kerjanya, berjibaku dengan kekalutan pikiran. Komputer masih menyala, laptop pun belum dia tutup. Seharusnya sekarang ini Joan sudah berasa di dapur, bertempur dengan alat masak untuk menyiapkan makanan. Tapi kakinya begitu berat untuk sekedar keluar dari ruang kerja mewahnya itu. Pergi dan menemui Ran. Janjinya untuk membawa seseorang ke apartemen nya mau tidak mau harus dia tepati.

Kirim makanan ke apartemen saya, resto sushi dekat kantor.
Perintahkan beberapa anak buah kamu untuk menjaga apartemen saya, tempatkan diluar dan didalam.

Joan mengirimkan pesan untuk bodyguard kepercayaannya. Dia ingin memastikan kalau Ran tetap berada dalam kondisi aman dan nyaman.

Tok tok tok ~~

"Permisi Pak!"

"Iya, masuk!"

Seseorang muncul dari balik pintu, dengan kemeja putih yang lengannya di gulung sembarang.

"Joan! Anjir! Gua udah capek kerja dari pagi buta, segala disuruh terbang ke Prancis. Bokap lo gila apa gimana?" Benua langsung melemparkan tubuhnya ke sofa panjang di sana.

"Kapan?"

"Malem ini, jam sebelas. Gila aja! Gua disuruh tidur di pesawat. Apa nggak ada yang lain yang bisa dikirim kesana?" Ocehnya dengan nada frustasi.

"Sorry, harusnya gua yang terbang, tapi ada hal lain yang harus gua urus disini."

Joan merasa bersalah, karena memang seharusnya dia yang pergi ke Prancis malam ini. Tapi kedatangan wanita itu membuat Ayahnya, bisa dengan mudah memerintah orang lain untuk menggantikan dirinya.

Benua hanya mengusap wajahnya dengan kasar, lantas menutup mata rapat-rapat. Berharap dia tertidur dan melewatkan jam penerbangan.

"Sorry Nu, gua udah nyusahin lo"

Kali ini Benua menghela napas, "it's okey, bukan salah lo juga. Emang bokap lo aja yang seenak sendiri, nyuruh dinas luar negeri dadakan" sahutnya tanpa membuka mata.

Joan terpekur, menatap kosong layar komputer yang kini mati. Banyak hal yang mengganggu pikirannya, terlalu ramai, sangat berbanding terbalik dengan sikap tenang yang selalu ia perlihatkan.

"Lo nggak balik?" tanya Benua yang kini sudah rapih dengan jas hitamnya.

"Nggak tau Nu, gua rasanya takut buat pulang"

"Ayolah Pak Joan Aksa yang terhormat, sejak kapan lo takut pulang ke rumah lo sendiri?"

Joan hanya tersenyum tipis, lalu beranjak dari kursi dan memakai jas.

"Gua anter lo ke airport"

"Oke Pak! Siap!"

Joan dan Benua lantas tertawa dan pergi meninggalkan ruangan itu saat matahari sudah benar-benar menghilang.

***

Bandara Soekarno Hatta terlihat tidak begitu ramai. Benua menyeret kopernya dengan berat hati, wajah lesunya makin ditekuk saat Joan mendapat telfon dan bilang kalau dirinya terpaksa harus meninggalkan Benua sendirian.

"Nu.."

"Udah sana lah, lo mendingan cepet pergi, nanti gua lagi yang kena. Takut banget besok gua disuruh terbang ke Zimbabwe"

Keping Luka - [NCT Johnny Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang