Part II

49 4 1
                                    

Hidup seorang Joan Aksa Wijaya sangatlah beruntung, bukan hanya dikaruniai paras rupawan dan otak yang encer. Dia juga terlahir dan besar dikeluarga konglomerat. Diusia yang masih muda, Joan sudah menjabat sebagai CEO, pengusaha restoran Prancis bintang 5 dan dikelilingi oleh teman-teman yang sama tajirnya.

Diruang VIP yang khusus disediakan untuk orang-orang elit, Joan tengah berkumpul dengan semua teman sekaligus kolega bisnisnya.

"Everything is fine Jo?" tanya Dean yang duduk paling dekat dengan Joan.

"Yas, fine. Semua berjalan dengan sempurna"

Meski tidak yakin dengan jawaban teman sekaligus bos nya itu, Dean mengangguk saja. Padahal jelas-jelas Dean melihat Joan mematikan ponselnya setelah mengetik sesuatu. Bukan kebiasan Joan yang dia tahu.

"Hesa bentar lagi bawa cewek nih kalo nongkrong" suara Benua menarik atensi semua orang disana.

"Hesa siapa? Adek lo?" Pertanyaan itu teucap dari Zeyan, membuat Benua tertawa.

"Hesa adek gua, Mahesa juga sama, adek gua"

"Lo kemana aja sih, masih tanya Hesa itu siapa. Duo Hesa disini kan adeknya Benua semua" jelas Dean yang sibuk menghisap rokoknya.

Zeyan nyengir saja, "gua nggak ngerti kenapa bokap lo namain anak nya mirip-mirip begitu" lalu ikut memantik korek api untuk menyulut batang rokoknya.

Kala yang memang bernama panjang Hesa Kalandra berhenti mengunyah spahettinya, "beda kok nama kita, Mas Benua aja manggilnya suka salah" Kala tersenyum jail dan melirik kearah Benua.

Memang benar, Benua Netap Arvanza selama ini dikenal punya dua adik. Mahesa Netap Arvanza dan Hesa Kalandra. Karena namanya nyerempet, mirip-mirip, jadilah dia selalu salah sebut. Hesa yang dia maksud adalah Kala, adik bontotnya yang kemarin malam meminjam mobil untuk pergi dengan calon pacar.

"Namanya Ran, bener kan?" Benua menatap Kala, memastikan apakah ingatannya masih bagus atau tidak.

"Iya, namanya Ran"

Joan yang sedari tadi sudah kehilangan selera makan, makin malas untuk sekedar mencicipi makanan di depannya setelah mendengar nama Ran disebut.

Benar dugaan Joan selama ini, Ran masih menyimpan semuanya. Untuk laki-laki lain yang ternyata berada dekat disekitarnya.

"Lo kenapa sih Jo? Saham turun lagi? Apa bokap lo phk karyawan lagi?" Dean yakin sekali bos nya itu sedang banyak masalah.

Bisa dilihat dengan jelas dari air muka Joan yang sangat muram dan mulutnya yang tidak banyak bicara bahkan cenderung diam saja sejak duduk disana.

Bukannya menjawab pertanyaan Dean, laki-laki dengan kemeja hitam itu justru mengajukan pertanyaan, "Mahesa? Lo sekampus sama Kala, kan?"

Mahesa tidak langsung menjawab, dia melirik Benua sebelum buka suara, "iya, sekampus. Satu jurusan cuma beda tingkat aja" jelas Mahesa.

"Kala? Lo butuh apa buat ngampus? Mobil?" Joan kini beralih, mengajukan pertanyaan pada Kala.

"Nggak Kak, kan ada mobil Mas Benua sama Bang Mahes. Gua mah bagian minjem aja, biar nggak banyak modal"

Yang lain tertawa, tapi tidak dengan Joan. Kala memang bocah yang selalu dibutuhkan mereka semua. Dia adalah yang paling ceria, kalau tidak makan, maka kerjaan nya menjaili semua abangnya. Atau bernyanyi terus-terusan saat berada di karaoke.

Bahkan bagi Mahesa yang belum sibuk memikirkan saham dan untung rugi pun selalu butuh Kala saat dia suntuk dengan kehidupan kampusnya. Apalagi abangnya yang lain, yang setiap hari bekerja belasan jam. Meeting sana sini dengan setelah jas dan kemejanya.

Keping Luka - [NCT Johnny Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang