"Dengar patung -"
"Rosé, namaku Rosé. Berhenti memanggilku dengan sebutan patung." Sungutnya tak terima karena sedari tadi pria yang entah siapa namanya ini selalu memanggilnya dengan sebutan patung. Ia akui jika dirinya memanglah patung sebelumnya, tetapi Rosé adalah manusia sungguhan yang berubah menjadi patung.
"Ck, terserah." JK melipat tangannya di depan dada. Ia memandang gadis bernama Rosé itu yang tengah duduk di sebuah kursi diruangannya.
Jay juga berada di sana, ia terpaksa kembali karena ancaman dari JK. Begitupun dengan Vincent yang terus menerus menoel atau pun menyentuh tangan Rosé membuat gadis itu beberapa kali terpekik dibuatnya.
Rosé memalingkan muka dengan wajah keruh, ia mengikuti gaya JK dengan menaruh kedua tangannya di depan dada. Kegiatannya terganggu oleh Vincent yang mencubit lengannya. "Hey! Apa yang kau lakukan?" Ia mengusap bekas cubitan Vincent yang memerah.
"Bisakah kalian menjauhkannya dariku?" Ia menatap JK dan Jay silih berganti.
"Tuan Muda, kemarilah." Jay mengambil Vincent ketika JK memberikan lirikan mautnya. Dia masih merasa takut ketika berdekatan dengan Rosé, entah apa alasannya tetapi dirinya hanya merasa semuanya mustahil.
"Jadi, kau hanya mengingat namamu?"
Rosé menganggukkan kepalanya lalu sedetik kemudian ia menggelengkan kepalanya, membuat JK berdecak.
Satu jam yang lalu, setelah kejadian mengejutkan itu. JK dan Rosé berdebat kecil sebelum kemudian mereka sepakat akan membicarakannya dengan tenang. Kemudian, di sinilah mereka sekarang.
"Apa kau sama sekali tak mengingat keluargamu? Atau orang-orang yang berada di sekitarmu?" Tanya JK dengan pandangan heran.
Ia menggelengkan kepalanya lesu. "Entahlah, aku tak mengingatnya. Yang aku ingat hanyalah namaku, dan pekerjaanku yang menjadi seorang model." Sahutnya.
"Nona, kau bilang saat itu kau berada di tahun 1990?" Jay ikut bertanya masih dengan mempertahankan kesopanannya.
"Iya. Dan itu sudah 32 tahun yang lalu." Ia menghembuskan nafasnya sembari menyangga dagunya.
"Berarti kau sudah sangat tua." Celetuk Jay yang langsung mendapat pelototan dari Rosé.
"Yak! Aku tak setua itu. Kau lihat diriku? Tidak ada yang berubah sama sekali. Aku masih terlihat seperti berumur dua puluh tiga tahun." Cibir Rosé sembari menunjuk-nujuk wajah Jay yang langsung membuat pria itu kikuk di tempatnya.
JK memijit keningnya, situasi ini membuat otaknya berkerja keras dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi. "Diamlah." Gertak JK membuat Rosé terdiam dengan tatapan yang masih dirinya layangkan ke arah Jay.
Ia berjalan mendekat ke arah Rosé hingga tubuhnya hanya bejarak dua langkah dari sana. "Ingatlah, bagaimana bisa kau berubah menjadi patung?" JK tengah mengulik ingatan dalam kepala Rosé.
Rosé mendongakkan kepalanya menatap JK, hingga tatapan mereka saling terpaut. Pikirannya berkelana memikirkan segala memori seperti benang kusut yang tak henti berkeliaran di kepalanya.
Belum ada jawaban sama sekali, mereka masih saling memandang dengan pikiran masing-masing. Kegiatannya terhenti begitu mendengar Vincent berucap. Rosé segera mengalihkan pandangannya tak kuasa terlalu lama menatap mata kelam JK dengan aura intimidasinya yang terlalu kuat.
"Bibi, apa ini milikmu?" Vincent masih menyimpan kalung di sakunya. Ia mengeluarkannya kemudian memperlihatkannya di depan mereka semua.
"Kalung?" Rosé bergumam melihatnya, sebuah memori terlintas di kepalanya membuat dia mengernyitkan dahinya seketika. Tetapi, sedetik kemudian matanya terbuka lebar begitu dirinya mengingat sesuatu. "Aku ingat! Kalung itu - karenanya aku berubah menjadi patung." Pekik Rosé.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANNEQUIN [Rosékook]
Fantasy[ON GOING] [ROSÉKOOK] Terinspirasi dari film movie Mannequin two : On the move. ••• Roséanne Park, seorang gadis dengan sifat sombongnya kerap kali membuat orang-orang harus menahan kesal. "Aku sangat menyukainya. Boleh kah aku mencobanya?" "Silahk...