3. Alfan Area

781 24 2
                                    

Enjoy guys

(Azalea Coroline)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Azalea Coroline)

Panik, itu satu kata yang bisa menggambarkan perasaan Lea saat ini. bagaimana tidak, karena ikut nebeng bersama dengan cowok aneh itu, membuatnya telat seperti ini. Lea harap Pak Dandi yang punya jadwal ngajar dikelasnya, terlambat datang. karena beliau adalah sosok yang sangat tegas terhadap murid siapapun yang terlambat, tidak pandang bulu.

Lea berlari tergesah, dan sampailah dia di kelasnya, IPA 1. sebelum masuk Lea berharap dan berdoa sangat-sangat walapun jantungnya berdegup kencang. dengan perlahan Lea menggeser pintu kelasnya, dan...

"Lea! syukurlah lo dateng juga, panik anjir gue." Pak Dandi izin telat, itu yang di jelaskan ketua kelas pada saat Lea menghampiri Lara, teman sebangkunya.

Lea hanya tersenyum dan ada rasa lega yang dia rasakan, "Tadi telat bangun." ucap Lea menjelaskan.

Alis Lara mengerut, tumben sekali seorang Lea yang sangat rajin dan tanpa ada absen terlambat, tapi hari ini anak itu hampir mencoreng predikat itu. "Tumben banget." ucap Lara.

Lea dan Lara memang sudah berteman sejak di bangku Smp, rumah mereka pun satu komplek, cuman pas memasukin masa abu-abu orang tua Lara memutuskan pindah, dan membeli rumah yang lebih besar secara Lara tinggal bersama ke-empat kakaknya. tapi hubungan mereka tetap baik dan komunikasi pun tetap lancar.

"Nanti kekantin belakang yuk, lagi pengen baksonya mang udin." tawar Lara. by the way Lea dan Lara yang dikenal twoL oleh sebagian teman kelas mereka, dan mereka terkenal pintar dan sama-sama anak yang rajin, sangat jarang anak pintar di sekolah ini mau untuk pergi ke kantin yang ada di belakang sekolah, sebab disana tempatnya anak-anak yang merokok, bahkan ada yang mambawa minuman, sekolah ini elite. kenapa tidak ada yang mengadu? bagaimana ingin mengadu, toh yang berani akan menghadapi orang-orang yang seperti preman itu, dan mereka semua kasar dan menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah, termasuk Alfan yang lebih menojol dari yang lainnya.

"Gapapa emangnya? kita sekolah disini udah setahun dan baru kali ini lo ngajakin gue untuk ke kantin belakang," tanya Lea.

"Gapapa kayanya, kan cuman makan doang. lagian itu tempat bebas cuman pandangan mereka anak kaya kita ga cocok buat masuk kesana, padahal kita ga secupu itu." ucap Lara.

Lea hanya mengangguk, dia sebenernya juga penasaran, sejak kelas 10 memang teman-temannya melarang dirinya untuk kesana, walapun disana makanannya lebih lengkap dan lebih murah, apalagi tidak membosankan seperti kantin utama. sekali-kali untuk mencoba hal baru.

☂️

Dan disinilah mereka, di kantin belakang. Lea langsung menutup hidupnya saat menghirup asap nikotin dari mereka yang sedang asik mengisapnya.

"Ternyata bener ya kata mereka, disini bebas banget, kaya gaada aturan." bisik Lara.

Lea melihat sekeliling, banyak botol alkohol yang tersusun rapih di sudut tembok, tempatnya bersih walapun baunya tidak sedap untuk Lea dan Lara.

"Yaudah ayok cari tempat duduk." ucap Lea, karena disini mereka seperti bayi yang baru lahir, terlalu terkesima melihat hal baru ini.

mereka mendapatkan tempat duduk yang sama sekali tidak ada penghuninya, dan itu di pojok sangat pas untuk Lea dan Lara agar menjauh dari orang yang merokok. semua orang disana menatap aneh Lea dan Lara yang seperti tidak tahu apa-apa tentang tempat dan peraturan disini, ingin memberitahupun mereka tidak ada yang berani melewati batas merah yang sudah digarisi.

"kenapa pada ngeliatin gitu si?" risih Lea.

"mungkin mereka asing banget sama muka kita, kita kan sama sekali gak pernah kesini." ucap Lara. "Gue pesenin dulu, lo mau bakso juga atau nasi goreng?" tanya Lara.

"Gue batagor aja." Lea mencibik, padahal itu tidak ada dari list yang dia tawarkan.

Lea pun memesankan Bakso dan batagor untuk makan siang mereka, "Mang baksonya 1 ya. gak pake sayuran."

"Siap neng, ohiya neng. eneng baru ya kesini?" tanya tukang bakso itu.

Lara mengangguk canggung, "Kenapa emangnya Mang?"

"Anu neng, tempat yang eneng sama temen eneng tempatin, areanya temen-temennya den Alfan."

DucibellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang